Mohon tunggu...
Aulia Rahmawati
Aulia Rahmawati Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Aulia Rahmawati, Mahasiswa Pendidikan MIPA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Pengetauan dari Dalam: Penerapan Konstruktivisme di Kelas

12 Mei 2024   20:32 Diperbarui: 12 Mei 2024   21:01 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
smkn1gombong.sch.id

Pendekatan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru telah digantikan oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa dalam bidang pendidikan modern. Konstruktivisme merupakan salah satu teori pembelajaran yang mengubah cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Menurut pandangan ini, anak-anak mengembangkan pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan sekitar dan pengalaman pribadi.

Berdasarkan konstruktivisme, siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri daripada diteruskan atau diberikan langsung oleh gurunya. Perspektif ini memandang siswa lebih dari sekedar konsumen pengetahuan pasif, sebaliknya, dalam proses pembelajaran siswa dipandang sebagai peserta aktif. Para siswa menafsirkan dan memahami informasi yang baru diterima dengan memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan siswa sebelumnya.

Menerapkan konstruktivisme di kelas memerlukan penyesuaian mendasar dalam strategi pembelajarannya. Guru kini berperan sebagai fasilitator, membantu siswa dalam menciptakan pemahaman mereka sendiri, bukan sebagai sumber informasi utama. Menurut Dr. Mamik Suendarti (2019: 81) strategi pembelajaran yang konstruktivisme adalah strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa, berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam kelas konstruktivisme:

Menurut Gunardi (2020: 2289) model pembelajaran inquiry atau inkuiri merupakan aktivitas sistematis dalam pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir dengan cara analitik, kritis, dan kreatif sehingga mampu mendapatkan solusi dari permasalahan yang diberikan, secara mandiri oleh siswa tersebut. Misalnya dalam pembelajaran IPA, guru meminta siswa untuk menyelidiki faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan tanaman. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

  • Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Widiasworo (2018:149) berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan proses belajar mengajar yang menyuguhkan masalah kontekstual sehingga peserta didik terangsang untuk belajar. Masalah dihadapkan sebelum proses pembelajaran berlangsung sehingga dapat memicu peserta didik untuk meneliti, menguraikan dan mencari penyelesaian dari masalah tersebut. Misalnya dalam pembelajaran IPA, guru dapat memberikan masalah tentang pencemaran lingkungan di suatu daerah, kemudian siswa diminta untuk mengidentifikasi penyebab, dampak, dan solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Siswa akan mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan mempresentasikan solusi mereka.

  • Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching & Learning = CTL)

Menurut Hasudungan (2022: 116) Contextual Teaching and Learning merupakan Pendekatan pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi kehidupan nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan mereka dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Misalnya dalam pembelajaran Matematika, guru dapat mengaitkan konsep matematika dengan situasi nyata yang dekat dengan kehidupan siswa, seperti menghitung diskon saat berbelanja, mengukur luas lahan untuk menanam sayuran, atau menghitung bunga pinjaman dan lain sebagainya.

  • Strategi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Menurut Sjafei (2017: 33) pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan sengaja mengembangkan interaksi saling berbagi dan membantu hasil belajar siswa melalui kemampuan kerja sama dalam kelompok. Mislanya dalam pembelajaran Matematika, guru dapat memberikan soal atau masalah matematika yang cukup kompleks kepada siswa. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil, lalu mereka akan bekerja sama untuk memecahkan masalah tersebut dengan berbagi pengetahuan dan strategi penyelesaian.

Keuntungan menerapkan pembelajaran konstruktivisme di kelas sangat besar, meskipun faktanya hal ini memerlukan banyak penyesuaian terhadap strategi pembelajaran. Siswa memperoleh kemampuan berpikir kritis, yang sangat penting dalam dunia modern yang berkembang pesat seperti sekarang ini, dan menjadi lebih bersemangat dan terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa yang memupuk pengetahuan dari dalam memperoleh pemahaman yang mendalam dan bermakna di samping menguasai materi artinya siswa tidak hanya menguasai materi saja. Konstruktivisme adalah pendekatan pendidikan yang menuntut sekaligus menjanjikan. Prinsip konstruktivisme dapat membantu guru mengembangkan generasi yang mandiri, berpikir kritis, dan siap menangani permasalahan yang ada di dunia nyata.

Referensi:

Gunardi, G. (2020). Inquiry Based Learning dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pelajaran Matematika. In Social, Humanities, and Educational Studies (SHES): Conference Series (Vol. 3, No. 3, pp. 2288-2294).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun