Mohon tunggu...
Article Psychology
Article Psychology Mohon Tunggu... Psikolog - Education

Mari Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara Melatih Pramembaca pada Anak Usia Dini

17 Februari 2022   15:15 Diperbarui: 17 Februari 2022   15:22 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Membaca merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap anak. Membaca merupakan salah satu modal untuk belajar banyak hal di berbagai jenjang pendidikan. 

Untuk itu, kemampuan ini menjadi perhatian bagi orang tua ketika anak masuk usia prasekolah. Tidak sedikit orang tua yang berharap anaknya sudah menguasai kemampuan membaca saat di usia sekolah. Maka dari itu, banyak orang tua yang memberikan stimulasi pramembaca untuk anak sejak usia dini. 

Dalam Zero to Three (2003), stimulasi membaca dapat dimulai di tiga tahun pertama kehidupan anak. Hal ini bukan berarti pada usia ini anak sudah diajari membaca seperti orang dewasa. Stimulasi pramembaca pada anak usia dini lebih menekankan pada keterampilan membaca yang berkembang secara bertahap sesuai tahap perkembangan anak. 

Beberapa dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta dalam Program Pengabdian Masyarakat yang dilaksanakan secara daring pada 5 februari 2022 bersama KB - TK Exiss Abata seperti Melani Aprianti, Aulia Kirana, dan Firman Alamsyah melalui webinarnya menuturkan bahwa membaca sebenarnya merupakan bentuk keterampilan yang bisa dilatihkan, tetapi memang untuk berlatih membaca membutuhkan koordinasi antara organ fisik dan mental anak.

Organ fisik terkait dengan kondisi fisik terutama penglihatan dan syaraf otak dalam proses sensasi dan persepsi. Sensasi adalah aktivitas indra penglihatan untuk memperoleh informasi dari luar. Stimulasi sensori dan motorik sangat penting sebagai pondasi belajar agar anak siap membaca.          

Dalam webinar tersebut juga disampaikan hasil sensasi (pengamatan) adalah persepsi  tanggapan),  yakni gambaran pengamatan yang tinggal dalam kesadaran. Melalui proses tersebut individu akan mendapat pemahaman dengan dibantu oleh pembimbing atau pendamping. 

Misalnya dalam membaca huruf-huruf baik yang disertai gambar maupun tanpa gambar.  Jika secara fisik dan mental dalam keadaan baik, maka sebenarnya anak akan mudah mengikuti pembelajaran membaca. Tetapi memang sejak dini anak sudah dikenalkan dengan berbagai keterampilan dasar yang  akan mendukung anak untuk mudah menyerap materi membaca. 

Karena belajar membaca membutuhkan beberapa keterampilan pra-membaca. Keterampilan dimaksud terdapat dalam berbagai permainan anak yang selama ini sudah diterapkan dalam lingkup pendidikan anak usia dini, seperti permainan menyusun balok yang mencakup berbagai bentuk, warna,menyusun puzzle, bermain tebak kartu yang disertai huruf awal dari satu kata sesuai gambar yang ada di kartu. 

Secara kognitif, permainan tersebut akan membelajarkan anak untuk membedakan bentuk-bentuk huruf, memahami sekumpulan huruf yang menghasilkan kata bermakna (Dobson,dalam Tajudin , 2014).

Ternyata, stimulasi pramembaca bisa diberikan dengan cara yang menyenangkan ya? Tidak perlu selalu lewat les-les mahal, kegiatan sehari-hari pun bisa menjadi stimulasi pramembaca untuk anak usia dini. Tutur Melani, Aulia, dan Firman dalam webinarnya mengenai Stimulasi Pra Membaca Anak Usia dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun