Mohon tunggu...
Aulia TsaqifaNafiroh
Aulia TsaqifaNafiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030088 UIN Sunan Kalijaga

Seorang Mahasiswa yang memperbanyak pengalaman dan juga relasi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bangunan Kolonial Solo: dari Terbangkalai ke Instagramable!

28 Mei 2024   12:21 Diperbarui: 28 Mei 2024   12:32 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hello Guys! Here I am, kali ini gue memutuskan untuk menjelajahi Kota Solo dengan segudang pertanyaan di benak. Bagaimana kondisi bangunan-bangunan bersejarah di kota ini? Apakah bangunannya terbengkalai, atau justru direnovasi dengan gaya modern sehingga menjadi tempat nongkrong anak muda? Karena semangat petualang dan rasa ingin tahu yang tinggi, gue memulai trip kali ini dengan mengunjungi beberapa situs bersejarah di Solo untuk mencari jawabannya. Dalam perjalanan yang penuh kejutan dan keindahan di kota budaya ini. Follow Me!

As We Know Kota Solo, atau Surakarta, adalah salah satu kota di Indonesia yang sarat dengan sejarah dan budaya. Selain dikenal dengan keraton dan budaya Jawa yang kental, Solo juga memiliki warisan bangunan peninggalan era kolonial Belanda yang tak kalah menarik. Bangunan-bangunan ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan waktu, tetapi juga menawarkan cerita menarik tentang masa lalu dan masa kini.

Laweyan: Pusat Batik dengan Nuansa Kolonial
Perjalanan gue dimulai dari kawasan Laweyan, sebuah daerah yang terkenal sebagai pusat batik di Solo. Kawasan Laweyan di Kota Solo, atau Surakarta, adalah sebuah daerah yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Terkenal sebagai pusat produksi dan perdagangan batik sejak zaman dahulu, Laweyan menjadi saksi bisu perjalanan panjang industri batik di Indonesia. Namun, Laweyan bukan hanya tentang batik; kawasan ini juga memiliki arsitektur unik yang merupakan perpaduan antara gaya kolonial Belanda dan tradisional Jawa. 

Di sini, gue lihat jejak kolonial masih sangat terasa melalui bangunan-bangunan tua yang berdiri megah. Salah satu bangunan yang mencuri perhatian adalah rumah-rumah besar para juragan batik yang dibangun pada era kolonial. Bangunan-bangunan ini memiliki arsitektur khas Eropa dengan sentuhan lokal yang menarik. Sayangnya, beberapa dari rumah-rumah ini terlihat kurang terawat, dengan cat yang mengelupas dan atap yang mulai rapuh. Namun, ada pula beberapa rumah yang telah direnovasi dan dijadikan galeri batik atau kafe, dan bisa nih dijadiin tempat nongkrong yang asyik bagi para pengunjung yang ingin menikmati suasana tempo dulu sambil belajar tentang batik.

Karena perut mulai keroncongan, dan nggak lengkap rasanya kalau berkunjung ke Laweyan tapi nggak nyipin kuliner khasnya. Disini gue mulai menjelajahi kuliner khas jawa dengaan membeli beberapa makanan yang makin bikin ngiler mulut, gue nyicipin nasi liwet, gudeg, dan berbagai jajanan pasar yang menggugah selera banget di tengah suasana klasik Laweyan.

Benteng Vastenburg: Dari Pertahanan Militer ke Pusat Seni
Lanjut, gue memutuskan buat berkunjung ke Benteng Vastenburg, yang terletak di pusat kota Solo. Benteng Vastenburg di Solo, atau lebih dikenal sebagai Benteng Vastenburg, merupakan salah satu peninggalan sejarah kolonial Belanda yang paling menonjol di Kota Solo, Jawa Tengah. Benteng ini nggak hanya menjadi saksi bisu dari masa penjajahan Belanda, tetapi juga menyimpan cerita-cerita tentang perjuangan dan perubahan yang terjadi di kota ini. 

Kondisi saat ini, dan peran Benteng Vastenburg dalam kehidupan masyarakat Solo. Benteng ini dibangun pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Baron van Imhoff sebagai pusat pertahanan militer Belanda. Selama bertahun-tahun, benteng ini mengalami berbagai perubahan fungsi dan kondisi. 

Dari perjalanan ini, terlihat bahwa Benteng Vastenburg tidak lagi terbengkalai. Pemerintah Kota Solo telah melakukan beberapa renovasi untuk menjaga keaslian bangunan, namun tetap memberikan sentuhan modern yang membuatnya relevan dengan zaman sekarang. 

For Your Information Guys!! Benteng ini sering digunakan sebagai tempat penyelenggaraan berbagai acara seni dan budaya, seperti festival musik dan pameran seni rupa. Pada saat saya berkunjung, kebetulan sedang ada festival musik indie yang menarik banyak anak muda. Mereka tampak menikmati konser sambil sesekali berfoto dengan latar belakang bangunan kolonial yang megah.

Kota Solo adalah contoh nyata bagaimana bangunan-bangunan peninggalan era kolonial dapat dikelola dengan baik dan diberdayakan untuk fungsi-fungsi modern. Beberapa bangunan mungkin masih membutuhkan perhatian lebih, namun banyak pula yang telah direnovasi dan diadaptasi sehingga tetap relevan dengan zaman sekarang. Dengan memadukan sentuhan modern dalam bangunan bersejarah, Solo tidak hanya menjaga warisan budayanya, tetapi juga menciptakan ruang-ruang baru yang menarik bagi generasi muda. Pengalaman mengunjungi tempat-tempat ini memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana masa lalu dan masa kini bisa berkolaborasi untuk membentuk masa depan yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun