Mohon tunggu...
Aula Nur Muntakhibah
Aula Nur Muntakhibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga 22107030111

hobi saya melakukan hal positif yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Afrika yang Bikin Geleng-geleng Kepala

13 Mei 2023   09:20 Diperbarui: 13 Mei 2023   09:27 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Padangkita.com

Afrika, merupakan negara yang memiliki kekayaan suku dan tradisi. Terlepas dari sebagian besar wilayah Afrika yang modern, dalam negara ini juga masi banyak tradisi-tradisi unik dan menarik yang masih dibudayakan. Sampai saat ini tradisi-tradisi itu masi dipraktekkan dan mereka bangga dengan itu. Suku Wodaabe dari Afrika Barat menjadi salah satu suku yang memiliki keunikan budaya yang cukup menarik perhatian banyak orang, tetapi sebagian orang juga memandang tradisi ini tidak wajar. Suku Wodaabe merupakan sub kelompok kecil dari kelompok etnis Fulani. Mereka pengembala dan pedagang ternak nomaden di Sahei. Laki-laki Suku Wodaabe dianggap angkuh karena merasa paling tampan dan mereka selalu membawa cermin. Keunikan budaya suku ini yaitu dimana suku ini disetiap bulan Oktober akan mengadakan festival gerewol. Festival ini merupakan festival mencuri istri pria lain. Dalam Suku Wodaabe, pernikahan dikontrak pada masi bayi secara tradisi. Pernikahan pertama yang mereka alami harus diantara sekupu yang seumuran. Pada saat beranjak dewasa, barulah mereka mencari wanita lain yang akan dijadikan pendamping hidup sebenarnya. Wanita lain yang dimaksud adalah wanita yang sudah menikah menurut tradisi, itulah sebabnya kenapa festival ini disebut sebagai festival mencuri istri. Syarat untuk mengikuti festival ini adalah seorang pria yang sudah mencapai usia dewasa dan tidak peduli apakah ia sudah menikah atau belum memiliki pasangan. Para wanita dapat memiliki pasangan intim sebanyak yang mereka inginkan sebelum menikah. Lokasi festival ini pun dirahasiakan dan baru terungkap sebelum beberapa hari acara dimulai. Perempuan Suku Wodabe berhak memilih siapapun pria yang akan mereka pinang atau sebagai pemuas nafsu saja. Festival ini berlangsung selama satu minggu dengan para pria akan merias wajah setapan mungkin, mereka bermaksud untuk mengesankan istri pria lain. Menurut adat suku Wodaabe standar ketampanan pria Wodaabe yaitu berdahi lebar, mata yang menonjol tajam, serta gigi yang putih. Oleh karena itu, riasan yang digunakan sangan menonjolkan fitur-fitur tersebut. Make up yang digunakan mereka untuk wajah merupakan dari tanah liat untuk warna merah, memakai eyeliner agar mata tampak lebih putih. Untuk lipstik hitam yang mencolok mereka dapatkan dari kandungan kimia pada baterai. Sebagai bentuk penyempurnaan pada penampilannya mereka menggunakan bulu burung unta putih dirambut agar terlihat lebih tinggi. Pada hidung mereka diberi cat putih untuk membuat mereka terlihat lebih tajam. Hal tersebut dilakukan sebagai bagaian dari ritual dalam suku mereka. Pada festival itulah ada satu hal yang menarik yaitu tarian yake, tarian ini adalah panggilan berhubungan intim bagi pria. Para pria akan menari tarian yake dan keahlian mereka dalam menari juga menjadi faktor penting untuk para perempuan memilih mereka. Mereka membutuhkan waktu enam jam untuk mempersiapkan diri, sehingga dapat menari dan memamerkan diri. Selama festival, tiga wanita tercantik dari suku itu dipilih untuk menilai pria yang tampil melalui tarian, bergerak berputar-putar. Mereka memamerkan semua pakaian mereka dan menunjukkan semua yang mereka miliki. Wanita lain yang sudah bersuami boleh mengagumi pria yang mereka pilih sebagai suami kedua. Siapa saja yang memenangkan acara dalam tradisi ini, maka ia memiliki hak untuk memilih Wanita yang diinginkan, meski Wanita itu istri dari pria lain, dia tetap berhak untuk mengambilnya dan hal itu merupakan sesuatu yang wajar dalam suku mereka. Suami yang ditinggalkan tidak bisa apa-apa karena kalah dalam event adu ketampanan atau tidak ikut sama sekali. Jika seorang pria mencuri istri orang lain tanpa tertangkap, maka wanita itu otomatis menjadi istrinya dan perkawinan itu sah. Suku Wodaabe menganut poligami, sehingga mencuri istri diterima secara luas dalam suku tersebut. Namun, beberapa pria tidak ingin istrinya dicuri pria lain, maka mereka tidak mengizinkan berpartisipasi dalam festival gerewol tersebut. Jika pria suku Wodaabe bisa mencuri istri pria lain, maka Wanita juga boleh mencuri suami orang lain.wanita yang dianggap paling cantik, boleh meminta siapa saja untuk menjadi suaminya. Seorang wanita di suku ini bisa memiliki lebih dari satu suami, jika dia memang menginginkannya. Oleh sebab itu, menjadi paling cantik atau tampan di suku ini adalah hal yang paling penting bagi mereka. Namun, ada efek negative dalam tradisi ini, yaitu kerap timbulnya perselisihan antara istri muda dan istri tua. Karena Wanita yang dicuri harus hidup  bersama dengan suami barunya dan meninggalkan keluarga lama. Jika dikeluarga lama sang wanita memiliki anak, maka anak itu harus pula ditinggalkan. Hal itu menjadikan hubungan antara anak dan ibu menjadi tidak terlalu kuat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun