Ngabuburit atau kegiatan menunggu adzan maghrib adalah hal yang paling ditunggu-tunggu di bulan suci Ramadhan. Ngabuburit bisa diisi dengan bermacam-macam hal salah satunya adalah berburu takjil. Apalagi buat warga jogja yang sudah menunggu ramainya jalan pada sore hari dengan berbagai macam penjual takjil di pinggir jalan dan diberbagai pasar sore. Salah satu yang paling ditunggu-tunggu adalah Kampung Ramadhan Jogokaryan atau yang disingkat KRJ yang terletak disepanjang depan masjid Jogokaryan tepatnya di Jl. Jogokaryan No.36, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55143. Kawasan ini menjadi lokasi favorit masyarakat di kota Yogyakarta untuk ngebuburit sambil berburu kuliner khas Ramadhan.
Masjid Jogokaryan ini merupakan masjid yang terkenal di kalangan warga jogja maupun wisatawan yang berkunjung, karena terkenal dengan program dan pengelolaan masjidnya yang bagus. Setiap tahunnya masjid Jogokaryan mengadakan acara yaitu Kampung Ramdhan Jogokaryan (KRJ) yang selalu digelar selama sebulan penuh puasa. Pada tahun ini pengunjung di KRJ sangatlah ramai sekali karena sudah dua tahun lamanya kampung Ramadhan ini ditiadakan karena covid. Kegiatan ini dibuka pada tanggal 23 Maret dengan adanya pemotongan pita oleh Walikota Yogyakarta, beliau sangat mengapresiasi kegiatan ini. “Alhamdulillah peran masjid tidak hanya menjadi pusat dakwah saja tetapi bisa memberdayakan masyarakat, sekaligus mengangkat ekonomi masyarakat dengan adanya 280 pedagang yang ikut berpartisipasi untuk menjual dagangannya,” kata bapak Walikota. Beliau berharap kegiatan selama Ramadhan di Jogokaryan ini menjadi ladang pahala, ibadah, dan peningkatan ekonomi bagi warga. Untuk saat ini diperkirakan ada 285 stand aneka makanan, snack, hingga bermacam minuman yang sangat segar.
Untuk kalian anak kost yang ingin menghemat tetapi ingin makan enak, kalian jangan khawatir, karena setiap harinya Masjid Jogokariyan menyiapkan sekitar 3.000-3.500 menu berbuka puasa gratis, makanan tersebut disediakan oleh ibu-ibu desa wisma warga Jogokaryan. Nanda Eka selaku panitia juga mengatakan bahwa per porsi makanannya dihargai sekitar Rp15.000, panitia juga membuka donasi kepada masyarakat yang ingin berpartisipasi. “Sudah terkumpul sekitar Rp200-300 juta. Itu sudah bisa mencukupi seminggu pertama. Sedangkan kebutuhan dana selama akhir Ramadhan itu sekitar Rp1.350 Miliar,” ujar Nanda Eka. Selain menyediakan makanan gratis untuk berbuka puasa, Masjid Jogokaryan juga mengisi sore hari dengan Tadarus Ramadhan Muslimah, kegiatan ini dapat diikuti oleh semua Muslimah berusia 13 tahun yang lancer membaca Al-Qur’an. Acara ini melibatkan kegiatan Tahsin Bersama ustadzah, tadarus mandiri one day one juz, dan tadabbur hadist arba’in. Di Masjid Jogokaryan juga system terawihnya seperti di Makkah, yaitu setiap harinya imam membacakan satu juz dalam tarawih. Juga ada Ceramah kuliah Subuh dan Terawih, kegiatan ini diselenggarakan setiap hari setelah sholat subuh dan setelah sholat tarawih.
Makanan dan minuman yang dijual di Kampung Ramadhan Jogokaryan sangatlah worth it dikantong pelajar, disana ada yang menjual es teler dengan harga Rp5.000 padahal biasanya es teler itu cukup mahal harganya sekitar Rp15.000, ada juga es teh dan es jeruk jumbo yang hanya Rp5.000 saja. Selain minumannya yang sangat murah meriah, disana makanan-makanannya juga tidak kalah murah, umumnya cumi-cumi bakar itu harganya sekitaran Rp25.000 sedangkan di KRJ cumi-cumi bakar dibandrol dengan harga Rp10.000 saja, sangat murah bukan. Saya disana bertemu dengan Fyna yang sedang ngabuburit di KRJ, dia juga kebetulan seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang mondok di Krapyak, “Di bulan Ramadhan ini hitung-hitung pengeluaran saya sangat sedikit ketimbang hari-hari biasa, saya biasanya berbuka puasa di Masjid Jogokaryan jadi kan gratis, lalu saya beli es jeruk yang hanya Rp5.000 harganya, jadi ya pengeluaran saya nggak nyampek Rp10.000 kalau buat buka puasa, kalau lagi pingin beli takjil saya biasanya pilih-pilih yang murah, seperti itu ada Mille Crepes yang harganya hanya Rp13.000 sudah dapat satu slice, ” ujarnya saat saya wawancarai.
Kalau istilahnya itu Ramadhan membawa berkah, karena jogja merupakan kota pelajar, jadi banyak anak rantau yang hidup mandiri jauh dari orang tua. Deritanya anak rantau itu waktu mencari makanan, mereka pasti bingung karena kalau di rumah pasti udah ada yang masakin, kalau disini kita harus mencari makanan sendiri dan harus pintar-pintar mengatur uang agar tidak boros. Disana saya juga mewawancarai Sisi yang notabenya non islam ia mengatakan kalau dia memang sering pergi ke KRJ karena kampung Ramadhan ini sangat terkenal dan sering muncul di fyp tiktoknya. Jadi dia merasa kepo lalu datang kesini dan memang yang muncul di fyp tiktoknya itu benar kalau di kampung Ramadhan ini tuh makanan dan minumannya sangat unik-unik juga sangat murah meriah, yang sangat ia sukai adalah marsmellow viral yang harganya hanya Rp2.500.
Rizal, salah satu takmir Masjid Jogokaryan mengatakan, “Pedagang sendiri sangat senang dengan di adakan pasar Ramadhan selama bulan puasa, karena dagangan bis alaris manis. Bisa bantu peningkatan ekonomi untuk menyambur lebaran. Semoga keadaan dapat cepat membaik dan perekonomian pulih,” ungkap Rizal. Disini yang diuntungkan bukan hanya konsumen saja tetapi pedagang juga sangat diuntungkan dengan adanya Kampung Ramadhan ini. Seperti tiktokers yang sedang membuat konten di KRJ, selain mereka dapat membeli makanan yang enak tapi murah, mereka juga dapat uang dari tiktok karena videonya yang fyp, dan juga pedagangnya mendapatkan untung dari konten tersebut seperti konsumen dari penjualan itu semakin banyak karena sudah di review atau sudah direcomendasikan oleh tiktokers. Jangan lupa mampir ngabuburit di Kampung Ramadhan Jogokaryan teman-teman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H