Bob terus bernyanyi, sedangkan dua nama yang diminta untuk naik sudah berada di atas panggung. “
Oh Tuhan, Oh Tuhan, Keluarkan kami dari masalah ini. Aku berdoa…”
Di hadapan sekitar 30.000 orang yang sebelumnya saling menyerang itu, Michael Manley dan Edward Seaga berjabat tangan begitu akrab, sementara Bob berada di tengah-tengah merangkul mereka berdua.
Bob kemudian mengangkat kedua tangan pemimpin yang masih saling berjabat tangan itu dan seakan bersabda dalam lagunya,
“Cinta, kemakmuran, menyertai kita semua. Jah. Rastafari. Selassie.”
Bob berhasil menyatukan rakyat Jamaika dari bermacam-macam perbedaan kasta dan warna kulit dengan musiknya.
Terlalu naïf memang jika membandingkan Slank dengan Marley secara keseluruhan. Namun point yang ingin saya sampaikan, bagaimana seorang atau kumpulan musisi sekelas marley mempunyai pandangan terhadap politik. Marley tidak membuka asa politikus dikala itu ataupun mengambil keuntungan dari popularitas yang sudah dimilikinya untuk kepentingan politik calon penguasa. Slank harusnya tidak memberikan akses yang berlebihan kepada mereka – mereka yang ( saya yakin slank juga memahami) bahwa mereka mempunyai agenda tersendiri berlabel music untuk meraih dukungan ataupun kesempatan meraup kantung kantung suara dari para slankers. Lalu mengapa harus Slank yang kita kritik ? Sekali lagi jawabannya sudah tercantum diatas. Slank bukan Wali Band, Slank bukan penyanyi tenar yang ikut dalam kampanye politik dan Pilkada. Slank bukan komunitas yang mengenalkan tarian tidak jelas untuk meraih popularitas sesaat. Slank adalah Slank.
Untuk siapa semua itu ? Bukan untuk Slank ? Bukan untuk saya ? Tapi untuk mereka para “umat” slankers yang berdiri ribuan dibelakang Bendera Slank yang berpresidenkan Bimbin dan Berwakilpresidenkan Kaka.
Selamat ulang tahun Slank yang ketiga puluh. 30 tahun adalah usia matang dalam perjalanan hidup manusia. Usia matang bagi seorang manusia kebanyakan yang telah meninggalkan idealismenya untuk membanting stir mencapai tujuannya.
Banyak orang berpendapat Slank adalah Inspirasi atau bahkan Slank adalah “agama”. Tetapi saat ini bagi saya Slank Bukanlah Slank.
Tulisan ini saya tulis diiringi Lagu Anyer 10 Maret :
Tanpa dirimu dekat dimataku
Aku bagai ikan tanpa air
Tanpa dirimu ada disisiku
Aku bagai hiu tanpa taring
Tanpa dirimu dekap dipelukku
Aku bagai pantai tanpa lautan
SALAM PLUR
15 Desember 2013