Kekuasaan adalah kemampuan atau wewenang untuk melakukan sesuatu atau mempengaruhi orang lain. Dalam Alkitab, kita dapat menemukan berbagai contoh tentang kekuasaan, baik yang berasal dari Allah, manusia, maupun roh-roh jahat. Kekuasaan dapat digunakan untuk kebaikan atau kejahatan, tergantung pada niat dan tujuan dari pemiliknya.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam konteks kekuasaan adalah apakah kekuasaan boleh direbut atau tidak. Apakah orang yang merasa tidak puas dengan penguasa yang ada dapat melakukan pemberontakan atau kudeta untuk menggantikannya? Apakah orang yang merasa berhak atau lebih pantas dapat merebut kekuasaan dari orang lain yang telah memiliki posisi atau jabatan tertentu? Apakah orang yang merasa lebih kuat atau lebih cerdas dapat menguasai orang lain yang lebih lemah atau lebih bodoh?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu melihat apa yang katakan oleh Alkitab tentang kekuasaan dan bagaimana kita seharusnya bersikap terhadapnya. Berikut adalah beberapa poin yang dapat kita pelajari dari Alkitab:
Kekuasaan adalah milik Allah
Kekuasaan tertinggi dan mutlak adalah milik Allah. Allah adalah Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu. Allah adalah Yang Mahakuasa, Yang Mahatahu, dan Yang Mahabijaksana. Tidak ada yang dapat menandingi atau menyaingi kekuasaan Allah. Allah berhak untuk memerintah dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Allah juga berhak untuk memberikan atau mencabut kekuasaan dari siapa pun yang Dia kehendaki. Ayub 36:26 berkata, "Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahun-Nya tidak dapat diselidiki."
Kekuasaan adalah pemberian dari Allah
Kekuasaan yang dimiliki manusia adalah pemberian dari Allah. Allah memberikan kekuasaan kepada manusia untuk mengurus dan mengelola ciptaan-Nya. Allah juga memberikan kekuasaan kepada manusia untuk memerintah dan mengadili sesamanya. Allah menetapkan pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di dunia ini untuk menjaga ketertiban dan keadilan. Allah juga memberikan kekuasaan kepada orang-orang yang dipilih-Nya untuk menjadi pemimpin, nabi, rasul, imam, atau hamba-Nya. Semua kekuasaan yang dimiliki manusia adalah tanggung jawab dan amanat dari Allah. Roma 13:1 berkata, "Setiap jiwa harus tunduk kepada penguasa yang di atasnya, sebab tidak ada penguasa tanpa perintah dari Allah; dan yang ada, berasal dari Allah."
Kekuasaan digunakan untuk menghormati dan memuliakan Allah
 Kekuasaan yang dimiliki manusia harus digunakan untuk menghormati dan memuliakan Allah. Allah memberikan kekuasaan kepada manusia bukan untuk disalahgunakan atau disombongkan, melainkan untuk digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan-Nya. Allah menginginkan agar manusia yang memiliki kekuasaan untuk bersyukur, rendah hati, adil, bijaksana, dan taat kepada-Nya. Allah juga menginginkan agar manusia yang memiliki kekuasaan untuk melayani, mengasihi, dan membantu sesamanya. Allah tidak menyukai orang-orang yang menggunakan kekuasaan untuk menindas, menipu, atau merusak ciptaan-Nya. Allah juga tidak menyukai orang-orang yang menggunakan kekuasaan untuk menyembah atau mengikuti roh-roh jahat. 1 Petrus 5:2-3 berkata, "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu dan uruslah mereka dengan rela, bukan karena terpaksa, sebab Allah tidak suka akan hal itu, dan bukan pula demi keuntungan yang hina, tetapi dengan semangat. Janganlah kamu berlaku sebagai penguasa atas mereka yang menjadi bagianmu, tetapi jadilah teladan bagi kawanan itu."
Kekuasaan harus dihormati dan ditaati oleh sesamanya
Kekuasaan yang dimiliki manusia harus dihormati dan ditaati oleh sesamanya. Allah menghendaki agar manusia yang tidak memiliki kekuasaan untuk menghormati dan menaati manusia yang memiliki kekuasaan. Allah menganggap hal ini sebagai bentuk penghormatan dan ketaatan kepada-Nya. Allah mengajarkan agar manusia yang tidak memiliki kekuasaan untuk bersikap patuh, tunduk, dan taat kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa yang ditetapkan-Nya. Allah juga mengajarkan agar manusia yang tidak memiliki kekuasaan untuk bersikap hormat, setia, dan mendukung kepada pemimpin-pemimpin, nabi-nabi, rasul-rasul, imam-imam, atau hamba-hamba-Nya. Allah menjanjikan berkat dan perlindungan bagi orang-orang yang melakukan hal ini. Ibrani 13:17 berkata, "Taati pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga untuk memelihara jiwamu, karena mereka harus memberikan pertanggungan jawab. Lakukanlah hal itu dengan sukacita, dan bukan dengan berkeluh kesah, sebab hal itu tidak menguntungkan kamu."
Bolehkah Pemberontakan atau kudeta
Apakah orang yang merasa tidak puas dengan penguasa yang ada dapat melakukan pemberontakan atau kudeta untuk menggantikannya? Apakah orang yang merasa berhak atau lebih pantas dapat merebut kekuasaan dari orang lain yang telah memiliki posisi atau jabatan tertentu? Apakah orang yang merasa lebih kuat atau lebih cerdas dapat menguasai orang lain yang lebih lemah atau lebih bodoh?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu melihat apa yang diajarkan Alkitab tentang kekuasaan dan bagaimana kita seharusnya bersikap terhadapnya. Berikut adalah beberapa poin yang dapat kita pelajari dari Alkitab:
Kekuasaan dapat direbut atau diganti oleh Allah
 Kekuasaan yang dimiliki manusia dapat direbut atau diganti oleh Allah. Allah berkuasa untuk mengubah atau mengganti kekuasaan yang dimiliki manusia. Allah dapat memberikan kekuasaan kepada orang lain yang lebih layak atau lebih setia kepada-Nya. Allah juga dapat mencabut kekuasaan dari orang-orang yang melanggar atau menentang-Nya. Allah dapat melakukan hal ini secara langsung atau melalui perantaraan orang-orang atau kejadian-kejadian tertentu. Allah melakukan hal ini untuk menunjukkan keadilan dan kasih-Nya, serta untuk menegakkan kehendak dan rencana-Nya. Daniel 2:21 berkata, "Ia mengubah zaman dan ketetapan, Ia mengangkat raja dan menurunkan raja; Ia memberikan hikmat kepada orang-orang yang berhikmat, dan pengetahuan kepada orang-orang yang berpengertian."
Kekuasaan dapat ditentang atau dikritik
 Kekuasaan yang dimiliki manusia dapat ditentang atau dikritik oleh sesamanya. Allah mengizinkan agar manusia yang tidak memiliki kekuasaan untuk menentang atau mengkritik manusia yang memiliki kekuasaan. Allah menganggap hal ini sebagai bentuk keadilan dan keberanian. Allah mengajarkan agar manusia yang tidak memiliki kekuasaan untuk bersikap jujur, berani, dan tegas kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa yang berbuat tidak adil atau tidak benar. Allah juga mengajarkan agar manusia yang tidak memiliki kekuasaan untuk bersikap waspada, bijaksana, dan berhati-hati kepada pemimpin-pemimpin, nabi-nabi, rasul-rasul, imam-imam, atau hamba-hamba-Nya yang menyimpang atau menyesatkan. Allah memberikan contoh dan dukungan bagi orang-orang yang melakukan hal ini. Kisah Para Rasul 5:29 berkata, "Tetapi Petrus dan rasul-rasul yang lain menjawab: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia."
 Kesimpulan:Â
Dalam refleksi atas apa kata Alkitab terkait kekuasaan, beberapa pokok pemikiran muncul dengan jelas. Pertama-tama, kekuasaan tertinggi dan mutlak adalah milik Allah, Pencipta segala sesuatu, yang memiliki hak sepenuhnya untuk memerintah dan mengatur alam semesta-Nya.
Kemudian, Alkitab menegaskan bahwa kekuasaan manusia adalah pemberian dari Allah. Setiap pemimpin dan penguasa memiliki tanggung jawab moral untuk menjalankan amanat tersebut dengan kebijaksanaan dan keadilan. Dalam konteks ini, kekuasaan manusia bukanlah sekadar hak atau keistimewaan, melainkan amanat dan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah.
Dalam penggunaan kekuasaan, Alkitab menekankan pada penghormatan dan pelayanan kepada Allah. Orang yang diberikan kekuasaan diharapkan menggunakan wewenangnya dengan rendah hati, adil, dan bijaksana. Penggunaan kekuasaan untuk menyakiti, menindas, atau menguntungkan diri sendiri tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.
Selanjutnya, konsep bahwa kekuasaan dapat direbut atau diganti oleh Allah menunjukkan bahwa manusia harus menjalankan tanggung jawabnya dengan bertaqwa dan sesuai dengan kehendak-Nya. Allah berdaulat untuk mengubah kekuasaan yang ada sesuai dengan rencana-Nya.
Terakhir, Alkitab mengizinkan penentangan atau kritik terhadap kekuasaan yang tidak adil atau tidak benar. Dalam konteks ini, keberanian untuk menyuarakan kebenaran dan menentang ketidakadilan dipandang sebagai bentuk keadilan dan keberanian.
Dalam keseluruhan, Alkitab memberikan kerangka kerja etis dan moral tentang bagaimana kekuasaan seharusnya dijalankan. Ini adalah panggilan untuk setiap individu, terutama mereka yang berada di posisi kekuasaan, untuk menjalankan tugas mereka dengan integritas, pelayanan, dan rasa tanggung jawab kepada Allah dan sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H