Mohon tunggu...
August Global
August Global Mohon Tunggu... -

I don't think I'm easy to talk about. I've got a very irregular head. And I'm not anything that you think I am anyway\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata “Gerakan Indonesia Mengajar” Juga Ada di Kampung Inggris

2 Oktober 2012   11:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:22 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13491798501150896205

Ternyata “Gerakan Indonesia Mengajar” juga ada di Kampung Inggris

Suatu kali di akhir pekan yang riuh (22/9/12) lalu, beberapa anak muda di daulat untuk berbagi kabar “roh pendidikan Indonesia” dari beberapa sudut tanah air dalam sebuah diskusi yang difasilitasi forum diskusi rumah anak bangsa (RAB) di teras catur female-1 camp (Global English ). Ramainya lalu-lalang pelajar dan warga kampung Inggris: ada yang mengayuh sepeda sambil latihan speaking, raungan sepeda motor, mobil, juga kereta odong-odong yang suaranya gaduh itu, ada pula yang bersendau-gurau, bernyanyi dengan gitar dan sound system berbagai aliran musik dari rumah-rumah di sepanjang jalan Anyelir-Tulungrejo malam itu, tak menyurutkan semangat muda-mudi penuh pengalaman dan gairah ilmu pengetahuan itu membagi kisah -tentu juga bagi yang mendengar. Milastri Muzakkar, Pemiludi Lestari, Fendy Mulyo, Mutia Amsuri Nasution, Belqis dan Nisa Rachmatika nama mereka, adalah alumni Gerakan Indonesia Mengajar. Di website (www.indonesiamengajar.org) disitu disebutkan dengan jelas visi dan misinya sebagai sebuah ikhtiar untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membantu mengisi kekurangan guru sekolah dasar, khususnya di daerah terpencil dengan mengirimkan lulusan terbaik perguruan tinggi di Indonesia yang telah dididik intensif untuk menguasai kapasitas kepengajaran dan kepemimpinan untuk bekerja sebagai guru selama satu tahun. Maka enam putra-putri terbaik bangsa penuh idealisme perubahan ini pun menghadirkan diri memenuhi amanah mencerdaskan sebagian anak bangsa, menyebarkan ilmu yang telah didapat, mencoba menebar kebaikan terutama juga kegelisahan akan compang-campingnya mutu pendidikan nun jauh di pelosok, di perbatasan NKRI yang tentu saja terkebelakang, tertinggal, terbatas, terisolir karena pemerintah selalu saja lalai, alpa, juga gagap menjawab amanat hati nurani rakyat sehingga perlunya pihak “non pemerintah” untuk peduli, berbagi peran, pasang badan. Dan untuk anak muda seperti mereka yang kudengar sampai harus bertaruh nyawa, berjuang melawan keganasan alam juga sentimen sosial-politik yang sudah mapan, mungkin terbangun sejak konsep ekonomi menetes kebawah (trickle down effect) dan pembangunan model sentralistis diterapkan. Fendy Mulyo misalnya, mengabarkan pengalaman ketika di kepulauan Sangihe, lalu Milastri Muzakkar dan Pemiludi Lestari waktu di Aceh yang membuat bulu roma saya dan teman se asrama, Rifky Mualif, ikut berdiri –merinding. Kami ikut larut dalam suasana menyimak kisah mereka, seolah-olah kami juga adalah bagian dari perjumpaan kembara mereka dengan orang-orang tak beruntung disana. Maklum saja, saya yang asal kepulauan Sangihe-Talaud dan Alif (panggilan akrab Rifky Mualif) dari Sulawesi Selatan, saat ini harus jauh-jauh datang ke Kediri untuk menimba ilmu. Oleh memori kelana ilmu mereka menjelajahi arus lautan dan semak belukar dunia pendidikan di perbatasan termasuk di tempat saya, membuat saya menangis dalam hati, liris dan terenyuh rasanya. Diskusi malam itu telah menginspirasi dan kurasa hasilnya berupa kewajiban bagi saya untuk jangan sekali-kali melupakan penggalan-penggalan cerita mengharu itu, juga suatu hari nanti saya pun harus seperti mereka -menebar kebaikan, terutama membangun daerahku. Beberapa hari setelah itu saya terlibat diskusi dengan salah satu pemerhati pendidikan kursus disini, Bung August namanya. Mulanya kami masih bicara tentang begitu fenomenalnya Gerakan Indonesia Mengajar, maklum saja ingatan konsep ini sungguh menyihir orang-orang yang masih punya semangat melihat cerahnya masa depan pendidikan Indonesia. Sejurus kemudian pembicaraan berlanjut tentang adanya program Teaching Clinic dan rencana Bahasa Inggris Untuk Rakyat. Saya menyimak dalam-dalam setiap kata yang disampaikan dan tiba pada kesimpulan bahwa program ini sebenarnya serupa dengan Gerakan Indonesia Mengajar. Terutama untuk menghadirkan para tutor-tutor terbaik, mereka tak tanggung-tanggung membekali calon tutor yang direkrut pada program Teaching Clinic dengan keterampilan (skill) untuk menjadi pengajar professional dan berkarakter, dan bahkan menurut Bung August melebihi standar yang lebih tinggi dalam program teacher training.

Akhirnya saya semakin paham tentang program Teaching Clinic pun teacher training itu. Tetapi yang membuat saya terkesima adalah bagi peserta program teaching clinic ini ternyata seratus persen gratis alias inilah kesempatan memperoleh beasiswa plus biaya hidup (ada uang saku) serta biaya lain-lain selama menjalani program dan setelah programnya berakhir pun tanpa ikatan dinas atau tanpa terikat kepada lembaganya. Tahu sendiri kan, di kota-kota besar atau di daerah dimana prinsip ekonomi menjadi penyanggah maju-kembangnya sebuah perusahaan komersil hingga menjangkiti lembaga pendidikan, maka untuk membekali skill seseorang menjadi professional tentu saja akan dilatih oleh trainer yang berpengalaman dan itu sudah pasti harus dibayar mahal selain juga masih terbatas dan monopolistik, serta tak jarang ada kewajiban untuk ikatan dinas.

Setelah menyimak penuturan Bung August, saya pun diingatkan bahwa ternyata ditengah “Sahara”nya pendidikan Indonesia yang tambah hari semakin mahal, kapitalistik dan kian lama semakin jauh panggang dari api ini, masih saja ada mata air Zamzam yang bisa kita temukan untuk memuaskan dahaga nikmatnya ilmu pengetahuan. Dan mata air Zamzam itu adanya di Global English di Kampung Inggris, kampung yang kini saya sebut “Surga”nya para musafir yang mau belajar bahasa, seperti saya ini…hahaha... YES WE CAN..! Better English Better Future ( www.kampung-inggris.co.id )

…di Saigon-09 (subuh 2 Okt 2012), sebelum ayam jantan Tulungrejo bersahutan memanggil fajar utuk semburat di ufuk timur.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun