Mohon tunggu...
august arham
august arham Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar

melakukan perjalan dengan nestapa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

mengikhlaskan

30 Januari 2025   14:59 Diperbarui: 30 Januari 2025   14:59 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di kala sore yang mendung dengan hawa yang dingin namun tidak dengan suasana hati. selasa 28 januari 2025, terdapat kabar seorang bapak dari teman kita aerul arofah telah meninggal dunia, saya agus arham sebagai teman sejak smp terdengar kabar tersebut langsung mengambil keputusan dengan teman satu pondok untuk tancap gas ke nganjuk pada pukul 23:00 malam, seiring berjalannya waktu kita pun mulai perjalanan dan akhirnya sampai di lokasi pada pukul 01:13, seketika itu kedatangan kita langsung di sambut keluarga dengan sapaan hangat yang di selimuti duka yang mendalam atas meninggalnya sang bapak aerul arofah.

   Saya dan anak-anak sedikit melakukan perbincangan atas kejadian meninggalnya bapak dari aerul kemudian di sambung melakukan pembacaan tahlil yang di tujukan kepada almarhum bapak adi'in, setelah pembacaan tahlil berlangsung kami pun istirahat sebelum melakukan pemakaman yang akan di lakukan pada hari rabu pukul 09:00. Kami pun bangun pada pukul 03:30 siap-siap untuk melaksanakan sholat subuh, kita lanjut melakukan aktifitas anak muda yang biasa di sebut ngopag yaitu ngopi pagi.

singkat cerita kami melakukan pemakaman jenazah secara langsung pada pukul 09:00, setelah pemakaman jenazah aerul memimpin kita untuk melakukan tahlil di makam sang bapak dengan hati mendesak dan di iringi tangisan yang terus mengalir deras dari seorang aerul yang masih belum bisa menerima atas wafat ayahnya yang sebelumnya belum punya riwayat penyakit, karena semua itu kehendak tuhan yang tidak bisa dihindari kami sebagai teman menguatkan hati aerul yang sedang terpuruk atas meninggalnya seorang ayah, setelah semua hal itu berlangsung kami pun beranjak pulang ke pondok pada pukul 11:08.

dari cerita tersebut kita dapat mengambil pelajaran, terdapat sebuah dalil yang berbunyi yang berarti stiap yang bernyawa pasti akan mati. Tidak ada kehidupan yang kekal dan tidak ada perpisahan tanpa pertemuan maka sebab itu kita sebagai makhluk \ hamba harus selalu belajar sabar dalam keadaan apapun. kepergian memang menyakitkan tapi bertahan didunia yang fana akan lebih menyakitkan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun