...Seperempat detik yang lalu aku terbangun. Bukan karena igauan malam yang menggeram. Bukan karena ingin melipat rapi kekosongan yang sama. Hanya ingin terbangun, menyongsong Tuhan.
Ah, seperti ini rupanya suara hati yang menguik sebab tergencet dogma surga dan neraka yang saling berselang seling silang. Selalu berakhir dengan mendaur ulang nama Tuhan.
Lalu, beradulah fikir. Menyoal sesuatu tanpa nama dan ambigu, sementara batin meragukan sesuatu tanpa makna dan menipu. Seperti kafir yang mati kafir menggugat detil takdir...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H