Jika diakumulasikan dalam setahun mencapai 17.520 kasus". Yang berbahaya, kini muncul fenomena tingkat kelahiran di kalangan remaja usia 15-19 tahun malah semakin meningkat. Jika pada 2011 rata-rata remaja usia 15-19 tahun adalah 35 kelahiran per 1.000 perempuan, maka pada 2012 meningkat jadi 48 per 1.000 perempuan.Â
Penulis dalam artikelnya juga menuliskan tentang pernikahan, mulai dari pengertian, fungsi, tujuan, dan memberitahu pembaca tentang pilar utama keluarga sakinah. Pernikahan merupakan satu-satunya sarana untuk menciptakan keluarga dan keturunan.Â
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa (Pasal 1 UU No 1 Tahun 1974). adapun fungsi yang diharpkan ketika menikah ialah dapat mengerjakan ibadah yang dianjurkan oleh Allah SWT., menyalurkan hawa nafsu, membentuk, membina hidup dan kehidupan yang teratur, rukun, damai, tenang, sentausa dan bahagia serta untuk mendapatkan keturunan yang shaleh shalihah. Adapun tujuan pernikahan antara lain: 1) Untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. 2) Untuk menegakkan agama. 3) Untuk mengembangkan keturunan. 4) Untuk mencegah maksiyat. 5) Untuk membina keluarga rumah tangga yang damai dan teratur.Â
Upaya merevisi UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan khususnya tentang batas usia perkawinan. Sehingga ada kesamaan dalam segala peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang batas usia perkawinan. Penulis memaparkan bahwa usia pernikahan minimal untuk  calon pengantin seharusnya direvisi kembali. Usia minimal untuk menikah saat undang- undang ini dibuat ialah 16 tahun. Dan pada tahun saat Reviewer menulis review artikel ini ialah usia 19 tahun. Umur 19 tahun menurut Reviewer cukup untuk kematangan emosi, pemikiran yang sudah dewasa, dan juga kesiapan reproduksi untuk melahirkan keturunan.
Artikel yang Saya review ini memberikan pandangan kepada pembaca agar tidak melestarikan pernikahan dini dengan alasan apapun. Selain alasan medis yang bisa mengakibatkan kematian, alasan dampak negatif pernikahan dini juga patut untuk diperhatikan.
Penulis juga menyertakan data-data tentang pernikahan dini di berbagai daerah seperti di lereng Merapi dan Wonogiri. Artikel ilmiah ini sudah cukup untuk meyakinkan pembaca bahwa pernikahan dini yang dilakukan oleh masyarakat ini sangat berbahaya untuk kedua calon mempelai. Kelemahan artikel ini bahasa yang digunakan terlalu sulit dimengerti oleh orang awam.
Menurut Reviewer, pernikahan dini jangan sampai terjadi lagi, karena selain faktor yang disebutkan oleh penulis artikel, terdapat juga gangguan mental bagi kedua pasangan. Terutama untuk perempuan, akan memiliki masa depan yang suram, resiko kesehatan reproduksi, kesiapan psikologis maupun ekonomi keluarga, sehingga membawa dampak rentan terjadi perceraian, dan terlantarnya kualitas pendidikan anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H