Desa Beji, Januari 2025 - tim UNNES Giat 10 Desa Beji mengikuti kegiatan latihan rutin kesenian Karawitan Jatilaras. Karawitan Jatilaras merupakan sebuah kesenian musik tradisional yang berasal dari dukuh Gatak-Jatirejo, Desa Beji, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Karawitan Jatilaras dibentuk sejak tahun 1987 dan pada saat ini sudah sampai pada generasi ke-2. Asal usul nama "Jatilaras" diambil dari nama dukuh setempat yaitu "Jatirejo" dan "laras" yang berarti selaras atau enak di dengar. Awal mula kesenian karawitan ini dibentuk atas inisiatif dan swadaya dari masyarakat dukuh setempat termasuk dalam pengadaan alat musik untuk latihan. Kelompok kesenian Karawitan Jatilaras ini dibentuk selain untuk melestarikan kesenian musik tradisional, juga sebagai wadah masyarakat untuk berekspresi, berkarya, dan menjalin silaturahmi.
Anggota kelompok kesenian Karawitan Jatilaras mayoritas beranggotakan bapak dan ibu yang sudah lanjut usia. Bapak dan Ibu yang tergabung dalam kelompok kesenian Karawitan Jatilaras mempelajari teknik memainkan alat musik secara otodidak dengan diperkenalkan satu nada atau dalam kesenian karawitan disebut dengan "dangsaran" dan langsaran. Dalam kesenian Karawitan Jatilaras banyak sekali alat musik yang digunakan, diantaranya bonang barung, bonang penerus, selenthem, rebab, gender, dan lainnya. Keanekaragaman alat musik yang digunakan ini memiliki cara kerja yang berbeda dan menghasilkan suara atau irama yang berbeda pula. Irama dari setiap alat musik yang berbeda inilah yang menjadi tantangan bagi anggota Karawitan Jatilaras untuk giat mempelajari agar menciptakan harmoni dan keselarasan antar instrumen yang nantinya dikolaborasikan dengan lagu -- lagu karawitan yang diadaptasi dari seniman karawitan terdahulu.
Berkat ketekunan bapak dan ibu anggota Karawitan Jatilaras dalam mempelajari berbagai macam teknik dan irama lagu, Karawitan Jatilaras memiliki banyak prestasi dan pengalaman yang luar biasa. Prestasi dan pengalaman yang dimiliki diantaranya, pentas pada live streaming galuh prambanan, pentas pada siaran RRI Surakarta, pentas pada event hari besar, dan pentas pada kegiatan kemasyarakatan. Namun, pada era modernisasi saat ini mengembangkan Karawitan Jatilaras memiliki tantangan tersendiri. Ketua kesenian Karawitan Jatilaras, Bapak Wigati, mengatakan "Sangat sulit untuk mencari regenerasi atau meneruskan generasi Karawitan Jatilaras saat ini, sudah dicoba untuk diperkenalkan kepada anak -- anak, namun sepertinya anak -- anak belum tertarik untuk melanjutkan kesenian Karawitan Jatilaras ini, tetapi setidaknya kami sudah memperkenalkan kesenian ini. Saya sangat senang dan puas ketika saya dan teman -- teman dalam kesenian Karawitan Jatilaras ini dapat melestarikan kesenian tradisional, kepuasan dan kesenangan ini tidak dapat ditebus dengan materi."
seni ini, sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan esensinya. Pengenalan kesenian tradisional, khususnya karawitan, harus dilakukan sejak dini kepada anak-anak. Meskipun pada awalnya mungkin memerlukan sedikit dorongan atau bahkan keterpaksaan, proses ini adalah langkah awal yang esensial untuk menanamkan rasa bangga dan kepedulian terhadap warisan budaya leluhur. Dengan upaya yang sinergis, kesenian Karawitan Jatilaras tidak hanya akan bertahan, tetapi juga berkembang menjadi identitas budaya yang mampu menjembatani generasi tua dan muda. Pengenalan sejak dini, didukung oleh kreativitas dalam pelestarian, adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa seni ini tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.
Besar harapan kesenian Karawitan Jatilaras dapat terus beregenerasi agar tidak hilang dan punah. Sebagai salah satu warisan budaya yang sarat nilai-nilai filosofis, tradisi ini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Upaya regenerasi menjadi kunci utama untuk memastikan keberlanjutanBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H