Mohon tunggu...
AUFAN GIFARI
AUFAN GIFARI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bumbu Politik Jangan Terlalu Kebanyakan Cabai

16 Mei 2017   12:08 Diperbarui: 16 Mei 2017   12:54 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.co.id/search?q=politik+licik&rlz=1C1XBRQ_enID731ID731&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwid0_qo0vPTAhURS48KHZkbBd8Q_AUICygC&biw=1366&bih=638#imgrc=73LXEonrruseYM:

Politik merupakan suatu strategi atau cara membangun suatu negara untuk mencapai tujuan bersama, politik sangat erat kaitannya dengan pemerintahan dan ketatanegaraan yang di dalamnya terdapat unsur unsur yang mempunyai hubungan yang sangat sistematis, mulai dari aktor politik, lembaga politik, partai politik dan lain sebagainya.

Di Indonesia akhir akhir ini kerap kita dengar di dalam dapur politik ada istilah bumbu bumbu politik  yang diracik oleh para koki atau chef politik, akan tetapi bumbu bumbu politik tersebut kerap menghasilkan makanan yang kurang enak, hal ini terjadi karena mungkin saja karena para koki atau chef politik terlalu banyak memasukan cabai kedalam bumbu bumbu politik tersebut. Nah sekarang mungkin pembaca sudah mulai berfikir dan bertanya tanya maksud dari dapur politik, bumbu, koki atau chef,  cabai, dan makanan dalam tulisan ini apa? Baiklah, saya akan menjelaskannya, penulis di sini mengibaratkan dapur politik sebagai kawasan pemerintahan dan ketatanegaraan, bumbu politik diibaratkan sebagai strategi politikus, koki atau chef politik diibaratkan sebagai pelaku atau aktor politik, cabai disini kita maknai sebagai teknik atau cara aktor aktor politik yang berbau negatif dalam berpolitik dan makanan diartikan sebagai kebijakan kebijakan yang dihasilkan. Bagaimana? Nyambung toh? Nah makanan yang tidak enak atau kebijakan yang kurang baik karena koki atau chef yang kita sebut aktor politik dalam meracik bumbunya terlalu banyak memasukan cabai atau kita maknai dengan cara yang kotor, hal ini lah yang  membuat masyarakat menjadi geram dan situasi di dapur politik itu juga menjadi memanas sehingga banyak mengundang pro dan kontra terhadap masakan yang dihasilkan.

Jadi, pilihlah dan jadilah koki atau chef politik yang bisa meracik bumbu politik yang dengan baik, yang bisa mengelola dapur politik secara kondusif  dan bisa menghasilkan makanan yang lezat, sehingga bisa dinikmati oleh semua masyarakat. Pada tulisan ini penulis mencoba membahas politik dengan bahasa yang ringan, yakni bahasa yang kerap kita dengar di kehidupan sehari hari dan diharapkan mudah diingat oleh pembaca. Terimakasih Semoga bermanfaat untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun