“ Kota Batu, Kota Apel ” Batu, sebuah nama salah satu kota yang berhasil dalam rangka sebuah pemekaran wilayah yang dulunya masuk Kabupaten Malang. Kota yang sungguh memikat semua orang termasuk diriku, dengan daya tarik wisata yang beragam, mulai yang dari kuliner, wisata hewan, wisata malam hari, keindahan alamnya, rapihnya alun-alun kota yang berdampingan dengan Masjid An-Nuur, serta kebersihannya. Kebersihan tersebut yang diterapkan di wilayah Batu, mulai dari jalan, pasar tradisional, alun-alun, terlihat sangat bersih, serta indah, tak ada satupun gundukan atau spot sebagai tempat berkumpulnya sampah.
Suasana malam Alun - alun Kota Batu Perjalanan kurang lebih satu jam dari stasiun Kotabaru, Malang. Ditemani pak Edi dan mas David dengan masing-masing mengendarai mobil angkotnya, sebagai mata pencaharian kedua orang yang terbilang baru saya kenal di Malang, mereka berdua dipertemukan dengan kami melalui pak Supri.Dengan bawaaan ransel disetiap masing – masing angkot, serta pendatang baru yang sudah kami kenal semenjak di Bandung, Intan Kania Rahmawati atau yang sering kami panggil ka Wat, bersama meluncur menuju Batu, kota yang eksotis. Sepanjang perjalanan, pemandangan yang begitu indah nan sejuk, dengan jalan serta kondisinya mirip dengan perjalanan menuju Lembang, Bandung. Dengan tujuan awal adalah alun – alun kota Batu, perjalanan menuju alun – alun tersebut kamipun melewati sebuah Universitas, dengan julukan kampus biru atau UMM, Batu Night Show, Jatim Park 1, 2.
“Ngapain ke alun – alun mas, paling gitu – gitu aja” Tanya mas David, dan mas david merekomendasikan sebuah tempat yang indah nan menawan, Coban Rondo , dalam bahasa jawa “Coban” itu Curug, sedangkan “Rondo” adalah Randa. Dengan biaya tiket 11.000 per orang, dan kamipun menikmati coban tersebut dengan ketinggian kurang lebih 85m, tidak begitu lama kami disana, supaya kami bisa menikmati keindahan alun – alun Batu di malam hari, kunikmati segarnya air coban rondo yang segar melalui tempat minum. 17.00, atau sekitar 40 menit perjalanan dari coban rondo menuju alun – alun Batu, waw bersih, waw keren, that our first impression ketika melihatnya, kawasan dilarang merokok di dalam area alun – alun yang diterapkan oleh pemerintahan kota Batu, tentunya dengan menyediakan smoking area di luar kawasan alun – alun. Pusat informasi pariwisatapun ada di kawasan alun – alun,dengan bangunan yang mencirikan kota Batu, yaitu Apel dan juga strawberry .
kebersihan tetap dijaga termasuk didalam pasar
Suasana malam di pasar dekat alun - alun Sudah menjadi cirri khas di kepulauan Jawa, dimana di setiap kawasan alun –alun kota, ada Masjid. Dan memang begitupun yang terjadi di Batu, Masjid An –Nuur. Disanalah kami melaksanakan sholat Maghrib, dan dilanjutkan dengan menikmati keindahan serta kuliner khas Batu, begitu banyaknya pedagang yang menjajakan makanan yang beraneka rupa, sebuah tempat yang menarik perhatianku, “ rame, antri,”Pos Ketan itulah nama tempat kuliner yang ada di kawasan Alun – alun Batu, terpampang foto dan tandatangan para artis papan atas, berderet di dinding.Dengan menu khas andalannya adalah olahan ketan, serta susu, dengan harga yang sangat – sangat bersahabat bagi kami.
Idris, Intan, Bisma Mungkin sudah menjadi tradisi para backpacker, di setiap tujuan pasti mencari link, entah itu saudara, teman ataupun itu namanya. Dan ada saudara dari Iam, di daerah Lawang, daerah yang baru saya dengar serta asing bagi kami, tapi tidak bagi pak Edi dan mas David. 21.00 kamipun sampai dirumah yang dulu bekas rumah dinas Bupati Malang, dengan arsitek kuno, dan masih terjaga. Pak Daya Sundara, itulah nama dari saudara Iam, seorang pengusaha di bidang pembuatan alat pengolahan susu, berawal dari bekerja selama 20 tahun di sebuah perusahaan asing, di bidang pengepakan minuman. Sambutan hangat nan ramah, semakin larut semakin enak untuk tidur, mungkin dari kondisi kami yang sudah capek, setelah jalan – jalan seharian penuh, serta pada esok harinya kami akanberangkat menuju Kediri, dengan jadwal keberangkatan kereta jam 08.00.
Bekas Rumah dinas Mantan Bupati Malang
Seperti biasa pak Edi dan mas David yang selalu setia menemani kami, dengan ongkos 100rb, oia untuk ongkos kami berkeliling Batu sampai menuju tempat saudara Iam itu 275rb per angkot. 07.00 kamipun sampai di stasiun Kotabaru, dan tepat pukul 08.00 kereta yang kami tumpangi berangkat menuju Kediri, kurang lebih 5 jam perjalanan menuju Kediri, seperti biasa kamipun mendapatkan tiket berdiri, tetapi pihak PT.KAI menyediakan satu gerbong untuk para penumpang yang mendapatkan tiket berdiri.
Pak Edi
Mas David
Angkot Pak Edi dan Mas David Inilah beberapa kisah dari beberapa perjalanan yang pernah saya lakukan, pantai, gunung, dari Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, serta Singapore, Malaysia, Thailand. How lucky I am…. Mungkin inilah kata – kata yang saya ucapkan, Puji Syukur terhadap Allah, atas karunia serta kesempatan yang diberikan kepada hambaMu ini, dalam hal mensyukuri ciptaanNya di dunia ini, yang akan saya tularkan kepada saudara – saudaraku, menjelang dewasa nanti akan pentingnya travelling. Serta yang akan kukenang dengan membaca catatan perjalanan yang telah kubuat dan kuceritakan kelak kepada anak istriku, betapa indahnya travelling, karena menurutku dengan travelling akan membuat kita menjadi dewasa. Serta quotes yang pernah saya baca“ Travelling, something that you buy, that make you Richer” kurang lebih seperti ini kata – katanya. Karena travelling bagi saya adalah, antara saya mensyukuri apa yang telah di karuniakan oleh Allah SWT. By Ricky Riyadi. My Experience, My Adventure, My Life.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H