Mohon tunggu...
Aufa Ali Hasby
Aufa Ali Hasby Mohon Tunggu... -

I don't care where and when I life, I just care how I life.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

“Mahameru di Mataku”

21 September 2013   00:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:36 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Puncak Mahameru 3676 mdpl.

Sabtu, 24 Agustus 2013, pukul 20.00 kami berangkat menuju stasiun kiaracondong, stasiun untuk kelas para ekonomi seperti kami. Ini bukan dalam agenda untuk syuting film “5CM”, tapi kami hanya ingin membuat film yang akan kami ceritakan kepada yang lain ataupun untuk menjadi kenangan tersendiri. Inilah kami, para aktivis Masjid Salaman ITB yang mencoba menikmati dan mensyukuri nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kami, kepada kita, dan kepada negeri kita ini, Indonesia. 5 menit sebelum kereta berangkat, itulah perasaan dag-dig-dug dalam angkot yang dikemudikan oleh pa alex dan temannya, layaknya pembalap, kami berjuang untuk mencapai tujuan utama, yah stasiun kiaracondong. Terlihat dari luar antrian panjang dan berjubel di stasiun, kami terobos masuk ikut dalam antrian, setelah kami masuk dalam antrian, petugas stasiun berteriak “ ada penumpang kahuripan?”, oh ternyata antrian tersebut bukan untuk kereta kahuripan, tapi untuk kereta lain. Akhirnya kami terobos barisan terdepan dengan di bantu petugas, Alhamdulillah kami belum tertinggal kereta, kami masuk entah ke gerbong berapa, tapi ternyata kami salah gerbong dan akhirnya kami pindah dari gerbong 6 ke gerbong 4 dengan puluhan tas besar nan tinggi layaknya pendaki gunung pada umumnya. Sepanjang perjalanan kami mencoba menghibur diri dengan saling bercanda satu sama lain. Pukul 22.30 saya pun makan malam di kereta dengan biaya 6 ribu rupiah, satu bungkus nasi dengan lauk ayam. Dan pukul 23.00 kami pun mulai masuk ke dunia mimpi masing-masing. 25 Agustus, pukul 04.50 welcome Daerah Istimewa, satu persatu kami melakukan sholat shubuh ala musafir. Pukul 10.50 welcome Kediri tempat tujuan kereta kahuripan sekaligus tempat transit kami untuk melanjutkan perjalanan ke Malang. Rasa lapar dan dahaga yang mengantarkan kami ke warung “wong cilik” didepan stasiun, sambil menunggu kereta Penataran Rapih Dhoho mengantarkan kami ke Malang. Nasi gudeg dengan harga 7 ribu serta es nutrisari 2 ribu itulah menu saya di pagi menjelang siang di Kediri. 12.15 Kami pun berangkat menuju Malang dengan tiket berdiri, di dalam kami cari tempat untuk menampung puluhan tas kami, beserta tempat duduk yang kosong. Sekitar kurang lebih 5jam perjalanan yang akan kami tempuh bersama dengan kereta penataran yang sangat murah yaitu 5.500 rupiah. Inilah rute kereta penataran : Kediri – Ngadiluwih – Kras – Ngujang – Tulungagung – Sumbergempol – Ngunut – Rejotangan – Garum – Talun – Wlingi – Kesamben – Pogajih – Sumberpucung – Ngebruk – Kepanjen – Pakisaji – Malang (Kota lama) – Malang (kota baru). Yang namanya tiket berdiri yah seharusnya kami berdiri, tidak dapat tempat duduk, berhubung dari Kediri banyak tempat duduk yang kosong, akhirnya dengan perasaan bahagia kami pun menempatinya. Tiap stasiun dari rute kereta penataran pasti berhenti, sedikit yang keluar tapi banyak yang naik, hal tersebut menjadi momok menakutkan bagi kami, sepanjang perjalanan saya pun berdoa agar tempat duduk yang kami duduki tidak ada yang punya, Talun sebuah kota di Jawa Timur itulah kota dimana kami mulai terusik satu demi satu dari tempat duduk yang sebenarnya bukan hak kami, akhirnya pukul 16.50 sampailah di stasiun Kotabaru, Malang, disinilah akhir perjuangan kami berdiri. Masjid stasiun adalah tujuan kami yang pertama dalam perjalanan panjang Kediri - malang, sebagai muslim yang taat, kami pun menjamak serta qashar sholat Dhuhur dan Ashar, serta sembari menunggu waktu Maghrib dan menjamak Isya. Keluar dari stasiun kamipun bingung kemana dulu kami pergi? Dengan siapa kami pergi?. Di tengah kebingungan tersebut akhirnya saya makan nasi dan mendoan ala angkringan, dengan harga nasi 6.000/porsi, serta mendoan 1.000/biji, akhirnya wisnu pun merekomendasikan untuk ke pak rus, berdasarkan rekomen dari teman yang pernah ke semeru, akhirnya saya pun diutus untuk menelepon pak rus, disinilah saya mengenal mba nur, anak dari pak rus dan suami dari mas hari, dari mba nur pula direkomendasikan pak supri, supir angkot untuk mengantar dari stasiun ke rumah pak rus di daerah pasar tumpang, sekedar info pasar tumpang adalah pos pemberangkatan para pendaki ke bromo ataupun semeru, bisa dengan truk ataupun jeep, tergantung kondisi budget. Dan rumah pak rus adalah rumah bagi para pendaki untuk singgah sementara ataupun tidur dari ataupun menuju pos Ranupani. 18.50 bersama pak supri dan pak edi kami pun menuju rumah pak rus, indahnya malam perjalanan serta dinginnya yang bisa dibilang hampir sama dengan Kota Kembang, tersadarkan dengan bocornya ban depan mobil yang dikemudikan pak edi di pukul 19.20. 19.45 waktu dimana kita mencapai tujuan awal kami, yaitu rumah pak rus, disitulah kami membersihkan diri, mencari makan, melengkapi perbekalan yang kurang seperti obat-obatan, air, dsb, dan disinilah kami beristirahat.

view perjalanan menuju Ranupani

26 Agustus, pukul 04.25 suasana di luar rumah sudah rame, ternyata ada 35 pendaki dari Surabaya yang datang pada malam hari dan akan bersama berangkat menuju Ranupani, 05.27 kami pun berangkat ke Ranupani bersama dengan 35 pendaki dari Surabaya dengan menggunakan 4 truk dengan sopir kami adalah mas Hari suami dari mba Nur. 07.15 sampailah kami di ranupani kab. Lumajang, Jawa Timur. Medan jalan yang super sekali seperti sungai ketika kering plus debu dikala musim kemarau, mungkin inilah cara antara warga dengan pengelola serta pemerintah daerah dengan tetap membiarkan jalan seperti adanya, dengan akses menuju Taman Nasional  Gunung Bromo Semeru Tengger yang susah membuat para pelanggan berpikir ulang untuk menggunakan kendaraan pribadi kecuali bagi yang mempunyai kendaraan off road sendiri. Setelah sampai mas hari menurunkan kami di sebuah warung makan, sebuah warung makan sederhana, warung pertama di sebelah kiri sebelum lapangan Ranupani tempat berkumpulnya para sopir truck maupun jeep, 08.25 kami masih berada di warung, sembari makan, bersiap-siap, serta menunggu 2 teman kami yang sedang mengurus administrasi pendaftaran di pos pendakian.

perjalanan panjang menuju puncak

09.00 kamipun berangkat, perjalanan panjang yang akan kami lakukan. Diawali doa serta yel – yel ala kaka PAS dengan dipimpin sang jendral Kasanova. Inilah rute yang kami lalui menuju pos kalimati, Pos Ranupani – Landengan Dowo – Watu Rejeng – Ranu Kumbolo – Cemoro Kandang – Jambangan – Kalimati. Sepanjang perjalanan saya pun menikmati keindahan alam ciptaan sang Maha Kuasa, kicauan burung, serta keramahtamahan pendaki disaat kami berpapasan satu sama lain. 7000 pendaki menjelang 17 Agustus 2013, itulah yang saya dengar dari mas hari, sedangkan kuota 500 pendaki perhari, jadi banyak pendaki yang ditahan di pos Ranupani. Satu persatu pos saya lalui. 12.25 Ranukumbolo, sebuah surga mata air bagi para pendaki terlihat sangat jelas ketika sang angin meniupkan kabut yang menghalangi pandangan disekitar kami, sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan, air yang masih bersih, serta bukit-bukit yang mengelilingi ranukumbolo. Disinilah kami melakukan istirahat yang cukup lama, hal pertama yang saya lakukan dengan membuka sepatu saya, dan menuju tepian danau, terlihat jelas ikan-ikan kecil di ranukumbolo. Dingin nan segarnya air saat kucelupkan kakiku, sambil kulihat ikan-ikan kecil menghampiri kakiku, layaknya terapi ikan. kamipun melakukan sholat Dhuhur sekaligus menjamak sholat Ashar di tepian ranukumbolo, dengan sebagian yang lain masak untuk makan siang, dengan menu yang uenak serta bergizi.

Inilah kami para aktivis Masjid Salman ITB dalam ekspedisi Semeru 3676 mdpl, gunung tertinggi di pulau Jawa, 17 orang dengan background pendidikan yang berbeda-beda, dengan ketua perjalanan sang Jendral Kasanova, Rifqi Amami, dari ST INTEN,  dengan partnernya : -Ricky Riyadi, Manajemen UPI (Ricky) -Ilham Fahmi, Teknik Mesin UPI (Iam) -Bisma Alfian, Ocean Eng. ITB (Bisma) -Wisnu, ST INTEN (Wisnu) -Rendy Adistya Rosdiyana, Ilmu Komputer UPI (Rendy) -Rizki Zakaria, Pend. Bahasa Indonesia UPI (jack) -Aldhiwan Ali Akbar, Design Eng. POLMAN (Aldhi) -Chaerul Hamid, Design Eng. POLMAN (Chae) -Aufa Ali Hasby, Design Eng. POLMAN (Aufa) -Rasyidah N.R. Fikom UNPAD (Syida) -Nuri Ardillah Zakiyah Mukarromah, Bimbingan dan Konseling UPI (Zakiyah) -Dea Audia Santi, Sastra B. Indonesia UPI (Ijo) -Hanifah Numaidah, B.Arab UNPAD (Ipeh) -Silmi Ita Fauziah, Pendidikan B. Jepang UPI (Silmi) -Andriyana Kartika, Teknik Sipil UPI (Yana) -Khaerunnisa Idris, IM TELKOM (Idris)

Ranukumbolo

masak-masak

hmmmm...

16.35, Untuk mempercepat waktu serta mengejar pos terakhir sebelum pendakian puncak, akhirnya dibagilah menjadi dua tim, yaitu tim awal dan tim akhir, dengan tugas tim awal adalah lebih cepat mencapai pos kalimati yang penting, maka saya, Bisma, Chaerul serta Iam pun berangkat. Tanjakan cinta, sebuah tanjakan, gerbang utama dari ataupun menuju ranukumbolo dimana yang mitosnya, jika kita berjalan menaiki tanjakan dengan memikirkan seorang bidadari idaman serta dengan tidak menoleh kebelakang, maka akan terkabul, yah intinya begitu, tapi kembali ke diri kita sendiri, bagaimana menafsirkan mitos tersebut. 17.38 sampailah kami di cemoro kandang, melihat sang surya sudah tenggelam serta kehidupan malampun mulai berlangsung, kamipun mempersiapkan penerangan yang akan kami gunakan sebagai pelita dalam kegelapan dan pencari arah. 19.35 kami pun sampai di pos jambangan,dan pada pukul 20.10 kami akhirnya sampai di pos terakhir pos dimana kami akan mendirikan tenda untuk tempat kami beristirahat, kami pun berbagi tugas, dengan saya sendiri bagian masak, masak yang instan-instan ya mie instan serta air panas,hehe dan mereka bertiga mendirikan 4 buah tenda. Kurang lebih satu jam setelah kedatangan kami di kalimati, tim akhirpun datang juga, sambil menghangatkan diri dengan makan dan minum hangat, kamipun merapatkan barisan dimana hasil keputusannya adalah kami akan berangkat menuju puncak maksimal pukul 01.00 dini hari. Dari hasil tersebut setelah beres makan dan minum serta menyiapkan perlengkapan tidur, kamipun masuk tenda masing-masing untuk beristirahat, memulihkan tenaga yang hilang untuk sebuah perjalanan panjang lagi menantang.

Landengan Dowo

Watu Rejeng

Cemoro Kandang

menuju Cemoro Kandang

Rakum dari atas setelah melewati tanjakan cinta

perjalanan tim awal

27 Agustus, pukul 01.30 kamipun berangkat menuju Mahameru, sebuah puncak tertinggi di pulau jawa, dengan ketinggian 3676 mdpl, dari 17 orang, hanya 10 orang yang bertahan dan mencoba melanjutkan perjalanan menuju puncak, yaitu saya sendiri, Aufa, Jack, Rendy, Wisnu, Bisma, Rifqi, Syida, Aldhi, Chaerul, dan Zakiyah. Perjalanan malam nan dingin yang luar biasa ketika di musim kemarau, kupakai jaket double, sarung tangan, kupluk, intinya sih pengamanan ektra. Sampailah kami di batas hutan, terlihat sorotan lampu senter dari para pendaki sepanjang perjalanan terutama di jalur menuperjaju puncak dan itu terlihat dari kalimati. Jalur pasir kerikil kecil, yah itulah jalur pendakian menuju puncak, kerikil hidup yang mana ketika diinjak pasti bergerak, jadi ketika saya menepakan kaki seperti saya jalan ditempat, dengan bantuan tongkat kayu seadanya saya mencoba berjalan naik perlahan sembari mencari irama yang tepat, memang benar seperti yang saudara saya katakana perjalanan puncak semeru itu 2 kali lipat dari perjalanan puncak ke Gunung Slamet. Mungkin benar apa yang lain katakan mengenai film 5CM, perjalanan menuju puncaknya tersebut, itulah yang saya rasakan ketika melakukan perjalanan ke puncak, sebuah batu entah itu kecil, sedang, ataupun besar, yang mana posisinya itu kebanyakan tidak permanen, jadi ketika batu tersebut terinjak kemungkinan untuk jatuh itu sangat besar, jadi sekedar saran ketika menanjak ke puncak semeru, perhatikan langkahmu, jangan menginjak batu-batu yang ukurannya besar, periksa dulu apakah batu itu permanen ataukan tidak, dengan kita menerapkan safety first maka safety juga bagi yang lain. Ditengah perjalanan sang fajarpun sudah mulai menampakan sinar merahnya nan indah, dan sayapun melakukan sholat shubuh di punggungan puncak mahameru, entah dimana teman-teman saya, yang pasti sih mereka masih di bawah, sayapun berjuang seorang diri begitu pula para pendaki yang lain. Perlahan matahari mulai menampakan dirinya dengan membawa kehangatan disaat kami kedinginan. Dengan bekal air satu botol serta madurasa saya mencoba bertahan, perjalanan yang sangat-sangat melelahkan tapi sebanding dengan apa yang saya dapatkan di pucak Mahameru, tepat pukul 08.00 kutapakkan kakiku di puncak tertinggi di pulau jawa, ternyata disana sudah ada Rendy dan Jack, ternyata mereka sudah sampai duluan dari pukul 07.30, di perjalanan saya bertemu dengan Muhammad Faisal Zakaria, orang Jogja yang pernah kuliah di Bandung, memberikan saya energy yang sudah saya kuras habis, kurasakan kenikmatan tersendiri, akhirnya kutaklukan diriku sendiri, kutaklukan ego,dengan menikmati indahnya puncak mahameru, dimana awan bak lantai dan matahari yang mulai naik keatas, serta sebuah bendera merah putih di puncak, saya nikmatinya begitupun teman saya serta puluhan para pendaki lainnya.  Sesekali kawah Semeru mengeluarkan asap, waw Subhannallah, biasanya tiap berapa menit pasti kawah tersebut mengeluarkan kepulan asap. Sebelum racun di puncak keluar, yaitu ketika pada pukul 09.00 para pendaki dilarang keras berada di area puncak. Pukul 08.30 kami bertiga pun turun setelah mengabadikan diri diatas, bak main ski kamipun turun, debu-debu berterbangan kerikil berjatuhan, perjalanan turun yang tidak sebanding dengan perjalanan naik, setengah jam dari puncak sampai batas hutan.hmmm….amazing, dan tepat pada pukul 10.00 sayapun sampai di pos kalimati.

fajar di punggungan semeru

perjuangan menuju puncak

Rendi, Aufa, Jack @ Mahameru

Kubuka perlindungan eksta ketika dingin, kuminum minuman energy, masuk tenda dan ambil posisi tidur, kurasakan cape plus kantuk, hampir 9 jam perjalanan naik turun dengan mengandalkan kedua kaki yang Allah berikan kepadaku, pukul 14.00 kami pun berangkat turun dengan tujuan utama Ranukumbolo, setelah kami makan. 16.20 sampailah kami di Ranukumbolo tempat dimana kami akan nginap satu malam menikmati keindahan dan dinginnya malam,serta sunrise dipagi hari yang sangat indah, tak lupa sepanjang perjalanan menuju Ranukumbolo kami mencari kayu bakar, untuk bahan bakar api unggun yang akan menghangatkan kami di kedinginan Ranukumbolo  yang sampai minus derajat ketika di musim kemarau seperti ini. Bersama Bisma, Wisnu, Chae, kami pun memutuskan tidur diluar, dekat dengan api unggun, sambil menikmati jutaan bintang di langit, hamparan lautan yang berbatas, bukit-bukit, serta dinginnya malam Ranukumbolo, dan hangatnya api unggun. Satu persatupun kami terlelap di keindahan ciptaan Allah SWT. Kamipun bangun untuk melakukan sholat shubuh berjamaah, lantunan suara adzan yang rifqi kumandangkan, beranjak satu persatu mengambil air wudhu, walaupun sangat dingin, tapi kalau tidak kita lawan dengan yang dingin maka akan bertambah dingin, 05.30 sunrise di Ranukumbolo, pancarannya sangat indah, menyinari danau, dan perlahan-lahan matahari mulai berani menampakkan sosoknya yang menghangatkan. Dan pada pukul 10.45 kami pun beranjak pergi meninggalkan satu persatu pos menuju Ranupani. 16.05 saya pun sampai Ranupani, dan pukul 18.00 sampailah di rumah pak rus. Rei @ Rakum

Ranukumbolo di sore hari

Dinner @ Rakumbolo

suasana Ranukumbolo di pagi hari

Sunrise di Ranukumbolo

Kasanova @ Ranukumbolo

KORSA @ Ranukumbolo

PAS semester 53

Inilah perjalanan 17 Aktivis, 7 hari bersama, tertawa bersama, dengan satu tujuan yang sama, menikmati keindahan yang Allah anugerahkan kepada negeri kita ini, negeri Indonesia yang menjadi surganya traveling bagi wisatawan luar negeri,. Karena traveling bagi saya adalah menyambung tali silaturrahmi baik yang baru ataupun yang telah. https://www.youtube.com/watch?v=p7sAWb03M-Y My Experience, My Adventure, My Life.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun