Mohon tunggu...
Aufa Bahwal
Aufa Bahwal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Aufa Bahwal seorang mahasiswa Universitas Airlangga yang sedang menjalani pendidikan S1 di Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pada semester 2 ini saya menempuh mata kuliah Logika dan Pikiran Kritis di kelas D-3.6

Selanjutnya

Tutup

Balap

Formula E sebagai Komitmen Indonesia Memerangi Perubahan Iklim

9 Juni 2022   10:51 Diperbarui: 9 Juni 2022   11:05 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balap. Sumber ilustrasi: PEXELS/Pedro Sandrini

Baru-baru ini, masyarakat Indonesia tengah membicarakan perihal keberhasilan dari formula E yang diselenggarakan pada Sabtu (4/6) di Jakarta E-Prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta Utara. Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah dari acara ini sejak tanggal 15 Oktober 2021 melalui FIA World Motor Sport Council di Paris. Balapan ini kemudian menjadi seri ke-9 dalam Formula E di musim 8 tahun 2021/2022.

Mungkin bagi sebagian orang, masih mempertanyakan sebenarnya apa itu formula E? formula E merupakan kejuaraan dunia dalam segi balapan kursi tunggal yang menggunakan tenaga listrik. Ide formula E ini pertama kali direncanakan pada 3 Maret 2011 oleh Jean Todt dan Alejandro Agag. Namun, dilaksanakan pertama kali pada tahun 2014 di Beijing. 

Sesuai dengan namanya, bahwa balapan ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi kendaraan yang menggunakan listrik kepada masyarakat. Baterai yang digunakan juga memiliki kapasitas yang besar 52 kWh, jumlah tersebut mampu menghasilkan daya maksimal 200 kW saat balapan. Lalu, bagaimana dengan keadaan sirkuityang berlokasi di Jakarta Utara? Sirkuit E-Prix dibangun dengan panjang 2.4 kilometer, lebar sebesar 12 meter serta memiliki 18 tikungan, lintasan lurus 600 meter dan jalur sirkuit searah jarum jam.

Suksesnya acara Formula E di Indonesia dapat mendatangkan dampak positif seperti diperkirakan akan mendapat keuntungan dalam bidang ekonomi hingga 1.48 trilyun. Jumlah ini akan memberikan recovery pada ekonomi Indonesia yang sempat menurun sebab adanya COVID-19. Tidak hanya itu, diperkirakan sebanyak 50 ribu orang menonton balapan tersebut dan tentunya akan disiarkan secara internasional. Penyiaran secara global ini dapat membantu mengenalkan Indonesia kepada dunia.

Mobil ini berbeda dengan mobil seperti biasanya yang menghasilkan polusi udara dan tentunya berdampak buruk bagi lingkungan serta tubuh manusia. Polusi udara yang juga merupakan salah satu bagian dari penyebab pemanasan global. Dengan adanya pemanasan global ini menandakan bahwa ada banyak sekali gas emisi yang dikeluarkan di seluruh dunia dan berakibat pada perubahan iklim. Selain itu, emisi dapat meningkatkan suhu bumi dengan pencemaran udara berjumlah 75 persen yang dihasilkan dari gas bahan bakar fosil dalam transportasi.

Indonesia sebagai salah satu negara yang meratifikasi United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang kemudian dimasukan ke dalam UU Nomor 6 Tahun 1994 mengenai pengesahan UNFCCC. Selain itu, Indonesia sebagai negara yang menandatangani Paris Agreement yang berisi penurunan gas emisi rumah kaca serta untuk memerangi perubahan iklim dunia yang kemudian dimasukan ke dalam UU Nomor 16 Tahun 2016 mengenai ratifikasi Paris Agreement.

Melalui keterlibatan dalam Perjanjian Paris serta meratifikasi UNFCCC telah menunjukan bahwa Indonesia berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim yang menjadi masalah global. Aksi yang membuktikan janji tersebut dilaksanakan seperti banyaknya kebijakan mengenai perubahan iklim serta menjadi tuan rumah bagi sebuah acara dunia yang mempromosikan kendaraan yang lebih ramah lingkungan yakni Formula E itu sendiri. Tentunya, ini pertama kali bagi Indonesia untuk menyelenggarakan sebuah acara yang sangat bergengsi dan bermanfaat bagi lingkungan. Rupanya, segala persiapan dan pelaksanaan dari Formula E mengggunakan langkah yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.

Fakta menarik lainnya bahwa Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang sangat padat akan penduduk serta banyaknya transportasi yang seringkali menimbulkan kemacetan. Tingginya pemakaian transportasi di Jakarta akan menyebabkan tingginya juga polusi udara. Pemilihan Jakarta sebagai tempat dilaksanakan Formula E dapat menjadi contoh yang baik bagi kota lainnya sebagai kota yang rendah emisi. Terbukti Formula E yang hanya menghabiskan emisi sebesar 45 ribu ton selama satu musim. Angka tersebut rendah sebab di tahun 2019 F1 menghabiskan 256 ribu ton selama satu musim.

Jika hal ini diimplementasikan secara berkelanjutan, Jakarta dapat menjadi kota yang memiliki emisi rendah disamping pemakaian transportasi yang banyak. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta yakni Anies Baswedan mengungkapkan bahwa Jakarta siap menjadi kota dengan lingkungan bersih serta modern. Kepadatan warga Jakarta yang nantinya akan mengandalkan kendaraan umum dari listrik untuk melakukan mobilisasi. 

Gubernur kelahiran Kuningan ini juga memaparkan rencana untuk Jakarta di tahun 2030 bahwa nantinya seluruh angkutan umum yang beroperasi akan menggunakan listrik. Tentunya, hal ini juga akan mendukung Indonesia dalam memerangi perubahan iklim dengan menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan yakni dengan menggunakan listrik.

Meskipun untuk sekarang ini, kendaraan yang menggunakan listrik jarang sekali digunakan, tetapi dengan adanya formula E dapat memperkenalkan kendaraan berbasis listrik kepada semua orang agar setidaknya tahu dampak jangka panjang untuk lingkungan. Formula E ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah progress bagi Indonesia serta dunia untuk mengenalkan kendaraan yang ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun