Kalau mau terkenal, ciptakanlah pembeda. “Kholif tu’rof” begitu kata pepatah dari negeri seberang. Bagi tim pemenangan pemilihan kepala daerah (pilkada), penciptaan kegiatan pembeda adalah wajib. Karena, buat apa mengumpulkan massa dengan kegiatan yang sama. Hasilnya pun kurang lebih akan sama, bahkan cenderung bosan. Maka, ide adalah kerja kreativitas otak kanan yang dituntut tiap hari.
***
Saya beruntung pernah terlibat aktif menjadi tim pendamping di beberapa daerah. Bagi sebagian orang, jabatan sebagai tim konsultan pemenangan terlihat seperti pekerjaan prestisius. Tapi bagi saya, ini adalah pekerjaan yang mengasyikkan.
Saya memang bisa dekat dengan siapa saja. Dari mulai calon pemilih, tim-tim yang beranggotan anggota dewan, hingga calon bupati secara langsung. Ada sebagian calon yang merupakan petahana.
Ibarat orang istimewa, saya yang tidak punya pertalian ikatan jabatan dan saudara dengan sang calon, dengan bebasnya bicara apa adanya. Kadang dengan nada bercanda, sering pula saya tampak seperti atasan mereka. Suka-suka menyalahkan kalau ada yang salah, tanpa ada beban sedikitpun. Toh, mereka membayar saya untuk menyalahkan yang salah dan menyempurnakan yang sudah benar.
Untuk sukses menjadi seorang konsultan politik, setidaknya dibutuhkan kejernihan dalam berpikir, keluwesan dalam bertindak dan bejibun kesiapan mental dengan berbagai masalah yang datang mendera.
Rumus dasar sederhana menjadi seorang konsultan, sama persis seperti halnya rumus wartawan. Ada 5 W+1H. Dengan rumus ini, seorang konsultan harus pandai meramu dan siap menyajikan dalam bentuk menu kegiatan. Dan setiap kegiatan harus selalu memberi efek yang baik menuju tujuan utama. Dikenal, disukai dan dipilih.
Tak semuanya berhasil, tapi selalu ada evaluasi setiap hari. Karenanya, kerja ini selalu dituntut ukuran keberhasilan secara signifikan. Kalau hasilnya biasa saja, ngapain juga mereka rela mengeluarkan banyak dana untuk menyewa para konsultan.
***
Satu hari, dalam satu pembahasan dengan tim kecil, kami terlibat diskusi seru. Pembahasan kami menyoal penyusunan anggaran dari seluruh kegiatan kampanye seorang calon. Salah satu item yang dibahas saat itu mengenai nama kegiatan sumbangan. “Kita perlu menamai kegiatan ini agar menarik,” begitu ketua tim meminta kami untuk berfikir.
“Ga usahlah kita terlalu ribet dengan nama, toh itu kegiatan sederhana,” kata salah satu peserta rapat.