Gumino datang tergopoh-gopoh. Nasrun Panjul yang sedang memetik buah rambutan, menahan senyum melihat anak muda itu celingukan di halaman rumahnya. Mencari dirinya, pastinya, yang lagi asik di dahan berusia sepuluh tahunan.
"Mas Gumino, saya lagi di atasmu. Ada apa sampeyan datang seperti lagi bawa beban satu truk," katanya setengah berteriak.
Gumino kaget. Yang dicarinya ternyata lagi sembunyi di rerimbunan daun rambutan.
"Mas Panjul, saya mohon petunjuk. Cepatlah turun," katanya membalas teriakan Panjul.
***
"Ceritakan tentang anak gadis itu," kata Panjul sesaat setelah menerima kabar gembira dari Gumino.
Gumino memang bermaksud mengabarkan tentang seorang perempuan. Menurutnya, perempuan  itu menarik hatinya. Mungkin karena sudah lama menjomblo, ia merasa perlu mendapat nasihat dari orang yang dipercaya untuk mendekatinya. Ya mas Panjul itu.
"Gadis itu belum lama tinggal di desa kita, mas. Saya juga belum berkenalan langsung. Namanya pun belum tahu. Tetapi tiap kali berpapasan ia seperti mengirim salam," kata Gumino.
"Oooo. Jadi cuma perasaanmu saja toh," tukas Panjul.
Gumino cuma tersenyum tipis.
"Begini mas Gumino. Jodoh memang di tangan Tuhan. Tapi Tuhan memberikan kebebasan kepada makhluk bernama manusia untuk berusaha. Lah, sampeyan ini usaha saja belum, sudah merasa memilikinya," kata Panjul.