Apa jadinya kalau anak sudah bisa maen medsos? Sebagian ada yang was-was, tapi banyak yang lainnya merasa bahagia.
Was-wasnya, kalau anak di luar pengawasan orang tua, main klak klik nggak karuan, yang akhirnya nyambung ke link-link yang tak diharapkan.
Bahagianya, ortu bisa pamer sesama komunitas kalau anaknya udah bisa eksis. Padahal sang anak juga biasa-biasa saja.
Uniknya, saat sang anak lagi belajar pamer sesuatu di medsos, orang tuanya tersenyum bangga bahwa anaknya sudah bisa pamer. Lalu kemudian ikut memamerkan. Tetapi anehnya, yang dipamerkan bukan sesuatu yang sedang dipamerkan anaknya, tapi memamerkan bahwa anaknya sudah bisa pamer.(Maaf, untuk paragraf terakhir agak sedikit njlimet. perlu perlahan membaca ulang dan memahami kalimat terakhir)
Kalau sudah begitu, apa tidak dobel dosa judulnya? pamer di atas pamer. Dobel riya...
Begitulah anak-anak, dan kita orang tua dari anak-anaknya itu.
Sementara ini sih saya cukup bahagia, anak sudah bisa main henponan, meski belum mengenal dunia medsos seperti halnya bapak emaknya. Hanya lancar buka youtube dan telpon sama bapaknya yang memang lagi berjauhan.
Ada waktu tertentu bagi saya main video call-an sama anak istri, yakni selepas magrib atau jam 8an menjelang tidur. Sekedar story tellingatau melepas penat dan kangen.
Tapi, jika anak dan istri sudah pegang henpon masing-masing, dan sama-sama mau video call-an sama bapaknya, di waktu yang sama, di detik yang sama, terus saya sebagai bapaknya anak-anak sekaligus suami dari ibunya anak-anak mesti milih angkat yang mana?
Palembang, 2 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H