Urusan batu membatu saat "booming" sekira dua tiga tahun lalu, saya sama sekali tak pernah tertarik. Aneh bagi saya. Tangan yang sudah indah ciptaan Tuhan harus dilingkari batu mati, biar terlihat lebih indah lagi.
Saya masih ingat pada saat kanak-kanak dahulu, urusan cincin dan batu yang melekat di lingkarannya tak lebih soal jimat dan berbagai macam kesaktiaannya. Di pasar dhandhangan, pasar kaget di sekitaran menara Kudus saat menjelang bulan puasa, banyak sekali orang tua yang menjajakan cincin batu dengan tawaran aneka khasiat. Ada yang anti bisa ular, pengasihan, hingga urusan yang menurut saya ga masuk akal.
Saat membongkar lemari ayah almarhum saya pun, saya juga menemukan beberapa cincin yang tersimpan dalam kotak permen. Kata ibu saya, ini dari si A, ini dari si B dan sebagainya. Tapi beliau tak menceritakan masing-masing cincin itu punya khasiat apapun, selain cerita sedikit mistik. Kini batu-batu itu, entah bagaimana ceritanya tak ada di lemari itu lagi. Padahal, tak ada yang meminta, ibu pun selama hidupnya tak pernah membagi kepada siapapun. Mistik lagi ceritanya.
Kini, saat musim batu sudah mulai meredup, kok ya bisa-bisanya mata ini malah semakin asik dengan kinclongnya batu-batu ajaib itu. Ajaib bukan karena khasiatnya, tetapi memang keindahan panorama dari aura batu yang mampu membius mata. Ditambah lagi, batu-batu yang ada di depan mata, menunjukkan kebesaran bangsa tentang aneka hayati dan mamati yang ada di Indonesia.
Maka, selamat datang di kotak koleksiku, wahai aneka batu dari Aceh, Bengkulu, Baturaja, Lampung, Garut, Pacitan, Kalimantan, Makassar dan Papua. Tak elok saya menyebut detail, sebab koleksi saya kurang dari satu digit dibanding dengan para suhu master perbatuan yang saya kenal.Â
Mereka adalah suhu yang sebenar-benarnya suhu. Label ini pantas saya sematkan kepada mereka, karena nilai batu yang mereka miliki, jika saya hitung, digit kalkulator android saya harus memunculkan ikon "e" karena memang saking mustahilnya kalkulator mampu menilai harga batu-batu itu. Edan...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H