Istilah “kadang dianggap berat” merujuk pada pemahaman terhadap masalah dari sudut pandang berbeda antara suami dan istri. Kadang kala, ada kejadian yang menurut saya cukup berat, tetapi dalam pandangan istri dianggap sebagai masalah biasa saja. Kejadian lainnya, ada kalanya sebuah masalah dianggap berat oleh istri, namun oleh saya masuk kategori masalah yang tidak perlu diseriusi.
Pada kejadian yang pertama, saya selalu mengalah dan mengikut pandangan istri dengan menganggap masalah itu tak perlu menjadi beban berat. Ia pun mengajak bercanda untuk memperingan masalah saya.
Tetapi jangan coba-coba untuk kejadian kedua, saya cuma mengikuti teori klasik bahwa istri tak pernah salah. Setidaknya, tampakkan keseriusanmu menanggapi masalah yang dihadapi istri, meski engkau menganggapnya hal biasa. Jangan pernah mengajak bercanda dengan masalahnya.
***
Lain halnya bercanda dengan anak. Dalam keseharian, saya selalu berusaha untuk memberikan sugesti berpikir lebih melalui candaan-candaan ringan. Lebih cenderung untuk mengajak berpikir out of the box. Misal contoh candaan kami,
#1 = anak pertamaku dan saya
Pa, belanja ke indomaret yuk/
Indomaret sudah tutup, nak/
Ini khan masih jam delapan malam, pa?/
Tapi, nak. Bulan Maret sudah lewat. Ini sudah masuk April. Adanya Indoapril/
(anakku kemudian diam)
#2 = saya dan anak pertamaku
Pa, kue apa yang tengahnya tidak bisa dimakan/
Donat/
Papa pinter, terus donat apa yang tengahnya bisa dimakan/
Apa ya, nak?/
Kue donat yang ditambahin coklat di tengahnya/
Lha kok bisa ada coklat di tengahnya?/
Ya terserah aku dong mau nambahin coklat di tengahnya /
(kini aku yang dibikin diam)
#3 = saya, anak pertama dan istriku
Saya : Nak, apa yang besar dari gajah?
Anak : Perutnya/
Saya : Salah, Rumahnya/
Sesaat anakku diam.
Kemudian ia bertanya pada istriku yang ada di dekatku.
Anak : Ma, apa yang besar dari gajah?/
Istri : Kandangnya (berharap benar dengan meniru jawabanku tadi)/
Anak : Salah, Pabrik yang bikin kandang gajah/
(Aku tertawa, istriku diam)
Terlalu sering bercanda sebenarnya tak diperbolehkan. Ini agar anak bisa membedakan waktu serius dan waktu senggang. Maka, ketika bahan candaan sedang tak tertata rapi dalam pikiran anak, out of the box menjadi berantakan. Yang keluar dari mulut si anak justru ngeles untuk menolak ajakan/perintah dari orang tuanya.
#4 = saya , istri dan anak keduaku
Jumat, Pukul 11.30 WIB, saya melihat anakku asik bermain game. Di rumah lantai 2.
Saya : Nak, jumatan yuk
Anak : Badanku masih anget, pa
Memang anakku sejak semalam badannya agak hangat. Aku minta ia tidur
Setelah agak lama saya keluar untuk sholat jumat, istriku naik ke lantai 2.
Istri : Nak, kok ga mau diajak papa sholat Jumat
Anak : Tadi papa gak ngajak, kok
Setelah saya pulang jumatan. Sekarang kejadiannya di rumah lantai 1.
Saya : Lho katanya tadi anget, kok malah main youtube
Istri : (Heran dengan pernyataan saya) Kok tadi bilangnya ke aku ga diajak papa. Bukan anget.
Anak : Aku takut ngantuk di masjid, pa, ma…
(Istriku diam. Aku juga)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H