Bagi sebagian orang, hipotiroid mungkin masih terdengar asing di telinga. Meski begitu, kasus hipotiroid banyak ditemukan, khususnya pada kelompok usia muda (<20 tahun). Lantas, apa itu hipotiroid?
Hipotiroid adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan hormon tiroid mulai dari gejala ringan, sedang, hingga berat sehingga menyebabkan kekurangan fungsi tiroid. Hipotiroid merupakan salah satu dampak atau gejala yang muncul pada tubuh akibat dari Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).Â
Kekurangan iodium merupakan penyebab paling umum dari hipotiroid di seluruh dunia. Selain itu, hipotiroid juga dapat disebabkan oleh kelainan kongenital (sedari lahir), ablasi, radiasi, operasi, dan autoimun.
Tiroid itu sendiri juga lazim dikenal sebagai kelenjar gondok dan berada di leher bagian depan serta menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid berperan dalam pertumbuhan, diferensiasi dan metabolisme semua sel somatik jaringan, merangsang pembentukan protein, meningkatkan penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh, dan berbagai fungsi organ tubuh lainnya.
 Untuk membuat hormon tiroid diperlukan mineral iodium, sehingga ketika tubuh kekurangan iodium, tubuh akan kurang memproduksi hormon tersebut dan dapat menyebabkan hipotiroid.
Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu kejadian (kongenital atau akuisital), disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka waktu (transien atau permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau tanpa gejala/subklinis).
Selain banyak ditemukan pada kelompok usia muda, kasus hipotiroid juga banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan. Studi literatur pada tahun 1980-2008 terhadap insiden penyakit autoimun yang dilakukan Mc Grogan et al menunjukkan kejadian hipotiroid banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan.Â
Selain itu, penelitian Flynn et al juga menunjukkan bahwa perempuan berisiko mengalami kejadian hipotiroid 2-8 kali. Penelitian di India tentang studi prevalensi hipotiroid yang dilakukan di Cochin pada 971 orang dewasa juga menunjukkan prevalensi hipotiroid pada perempuan lebih tinggi 11,4% dibandingkan pada laki-laki 6,2%.
Di Indonesia sendiri, data kasus hipotiroid belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan data di unit endokrinologi dari beberapa rumah sakit di Indonesia tahun 2010 ditemukan 595 kasus hipotiroid kongenital. Data RSCM dan RSHS tahun 2012-2013 ditemukan kasus hipotiroid kongenital sebanyak 1 banding 2.513 bayi baru lahir.
Faktor-faktor yang berperan dalam hipotiroid antara lain adanya riwayat kelainan autoimun, radiasi, tiroidektomi (pengangkatan seluruh atau sebagian kelenjar tiroid), serta sindrom turner dan down.
Gejala hipotiroid antara lain adalah kulit yang kering dan kasar, berat badan bertambah, tidak tahan udara dingin, jarang berkeringat, rambut tipis dan rapuh, penurunan kecepatan metabolisme, konstipasi, suara serak, kram, kelelahan, kemampuan ingatan berkurang, gangguan pendengaran, pergerakan yang lambat, dan kulit yang dingin. Namun, terkadang hipotiroid tidak memiliki tanda maupun gejala sehingga pemeriksaan rutin perlu dilakukan.
Lalu apa bahaya dari hipotiroid ini? Pada ibu hamil, hormon tiroid sangat penting untuk pertumbuhan janin sehingga kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan cacat pada janin hingga kematian janin.Â
Pada bayi baru lahir, hipotiroid dapat menimbulkan kegagalan pertumbuhan baik fisik maupun mental dan sering disebut ireversibel, keadaan ini disebut dengan kretinisme. Pada orang dewasa, hipotiroid dapat menyebabkan komplikasi hipertensi, dislipidemia, infertilitas, gangguan fungsi kognitif, gangguan neuromuscular, hiperlipidemia, obesitas, meningkatnya risiko kardiovaskular, bahkan kematian jika tidak dilakukan penanganan.
Upaya pengobatan hipotiroid dapat dilakukan dengan terapi pengganti hormon. Selain itu, dapat juga dilakukan deteksi dini dengan pemeriksaan TSH.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H