Di samping kampung adat dan candi terdapat sebuah danau hasil bendungan para pengikut ajaran islam Arief Muhammad yang sekarang dijadikan akses menuju  kampung dengan menggunakan perahu apung dari bambu yang diikat berjajar atau sekadar berswafoto orang yang berwisata ke tempat itu.
Selain bercocok tanam dan berjualan sebagai mata pencaharian, orang-orang Kampung Adat Pulo mempunyai prinsip bahwa segala sesuatu harus berdasarkan hati. Keseharian mereka sama seperti orang pada umumnya, hanya jika keluar kampung terdapat perbedaan, banyak yang menyapa karena terdapat pecahan warga diluar sana dari Kampung Adat Pulo.
Dalam hal bertamu juga memiliki aturan, jika datang ke tempat atau rumah saudara harus di kunjungi semua untuk menjaga perasaan, kalau tidak mereka merasa tidak dianggap sebagai keluarga.
Setiap warga dilarang keras memelihara hewan besar berkaki empat dengan alasan khawatir tanaman mereka dirusak, kotoran hewan berserakan di makam-makam keramat, terutama binatang sapi  dikhawatirkan kepercayaan mereka kembali kepada ajaran sebelumnya yang di anut karena Dewa Syiwa menunggangi sapi.
Sesepuh Kampung Adat Pulo memeberikan ilmu pengetahuan kepada keluarga tidak secara langsung tetapi dengan cara menyuruh setiap anggota keluarga harus mengikuti apa yang terjadi dan dilakukan oleh tetua sebelumnya, lalu memancing mereka untuk bertanya. Dengan demikian cara seperti itu dianggap lebih efektif dalam menerapkan ilmu-ilmu yang ada.
Tanggu jawab berat harus dijalani oleh Tatang Sanjaya selaku kuncen, sebab menyangkut masalah orang-orang  setiap hari berdatangan, bergantian dengan jumlah yang tidak sedikit dan memiliki tujuan serta keiinginan berbeda-beda saat datang kepadanya.
Belum ada cerita terkhusus tentang Kampung Adat Pulo dan Candi Cangkuang yang secara tertulis hanya sepenggal cerita turun-temurun, masih banyak hal dari simbol-simbol dan siloka yang ada di sana sampai sekarang masih dikaji, juga belum terpecahkan. Itu semua tidak merubah kepercayaan masyarat terhadap cerita-cerita yang sudah diyakini sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H