RED
Volcano Panas dan membara
Lima tahun kemudian.
"Pa, lukisan ini kok judulnya "Dull"?" tanya seorang anak berumur dua belas tahun. "Padahal  lukisan ini berwarna warni." Tambahnya.
"Oh ya? Mungkin pelukisnya punya alasan memberikan judul itu." jawab Papanya.
Mereka berjalan lagi melihat lukisan lain. Anak itu berhenti di depan lukisan lain. Kali ini lukisan abstrak dengan warna hitam, putih dan abu-abu. Namun judulnya "Colourfull"
"Aku rasa pelukis ini selalu memberikan judul yang bertentangan dengan lukisannya deh pa. Â Lihat pa, ini malah judulnya warna-warni. Apa kebalik ya pelukisnya memberikan judul?"
Papa anak itu hanya tertawa mendengar perkataan anaknya.
Mereka berjalan lagi dan melihat lukisan lain, kali ini lukisan seorang wanita tersenyum yang digambar menggunakan banyak warna. Namun judul lukisan itu "Sad."
Anak itu mengerinyitkan jidatnya. Â Dia memperhatikan lukisan di depannya dengan baik, wanita di lukisan ini memang tersenyum, tapi entah kenapa dia merasa sedih, bukan senang saat melihat lukisan yang ada di depannya.
"Pa, lukisan ini indah, tapi kok aku sedih ya melihatnya. Mba yang ada di lukisan padahal lagi senyum." Ujar anak kecil itu.
"Wah, anak papa pintar, papa juga merasakan hal yang sama dengan kamu saat melihat lukisan ini." jawab papanya. "Kamu tahu, pelukis yang melukis lukisan-lukisan ini untuk pertama kalinya akan datang ke sini. Nanti kita dapat bertemu dengannya."
Anak itu tersenyum senang, dia ingin bertemu dengan pelukis tersebut, karena banyak hal yang ingin ditanya olehnya.
"Aku bisa bertemu dengannya?" ujar anak itu lagi.