Werdi, Pekalongan -- Jumat (27/7) Tanaman pisang termasuk suku Musaceae ini banyak dijumpai, baik di pekarangan, sawah, bahkan di sekitar rumah. Tanaman pisang ini oleh masyarakat dapat dimanfaatkan mulai dari bunga, buah, kulit buah, daun dapat dimanfaatkan. Pisang merupakan tanaman hortikultura yang penting karena potensi produksinya yang cukup besar dan produksi pisang berlangsung tanpa mengenal musim. Walaupun demikian, pemanfaatan pisang masih terbatas, terutama untuk bonggol pisang.
Mayoritas masyarakat pedesaan justru tidak memanfaatkan bonggol pisang. Padahal di dalam bonggol pisang terkandung minimal 7 isolat mikroba, Azospirillum, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus sp, mikroba pelarut fosfat dan mikroba sellulotik. Untuk memanfaatkan limbah bonggol pisang tersebut yang kaya akan isolat mikroba, maka kami ingin membuat suatu solusi untuk mengatasi permasalahan ini.
MOL BOPI ( Mikro Organisme Lokal Bonggol Pisang) merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti bonggol pisang untuk dimanfaatkan menjadi pupuk sehingga tidak merusak lingkungan.Â
Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan sebagai pendecomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida. Keunggulan pengunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan tanpa biaya.
Hal itulah yang melatarbelakangi mahasiswa KKN Tim II UNDIP Tahun 2018 Desa Werdi untuk mengadakan kegiatan pelatihan pembuatan dan pengaplikasian MOL BOPI (Mikro Organisme Lokal Bonggol Pisang) bagi para petani yang ada di Desa Werdi agar mampu membuat serta memanfaatkan limbah bonggol pisang menjadi barang yang berdaya guna bagi petani maupun lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H