Kemacetan merupakan salah satu polemik yang paling sering dialami dan juga dibicarakan di negara kita, baik di media massa, maupun di forum-forum yang ada. Penyebab kemacetan pun telah sering dibahas, namun adakah yang memperhatikan penyebab kemacetan dari sisi pertumbuhan penduduk di Indonesia?
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia adalah 237 juta, meningkat 15,2% dari jumlah penduduk di tahun 2000. Dari 237 juta penduduk di Indonesia, sebanyak 76 juta penduduk yang memiliki kendaraan bermotor, berdasarkan data dari Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2010, dengan posisi tertinggi ditempati oleh sepeda motor dengan jumlah 61 juta, kemudian mobil pribadi dengan jumlah 8 juta, dan di posisi terakhir ditempati oleh bus dan truk sebanyak 6 juta. Dari data yang ada, pengguna kendaraan bermotor merupakan sepertiga dari jumlah penduduk di Indonesia.
Tahun
Mobil Penumpang
Bis
Truk
Sepeda Motor
Jumlah
2010
8891041
2250109
4687789
61078188
76907127
2011
9548866
2254406
4958738
68839341
85601351
2012
10432259
2273821
5286061
76381183
94373324
Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Jumlah diatas terus bertambah setiap tahunnya, bagaimana hal ini bisa terjadi? Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar nomor 4 di dunia. Pertumbuhan penduduk yang massive yang terjadi di Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi terhadap penggunaan kendaraan bermotor. Pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan mobilitas yang cukup tinggi untuk setiap individu. Selain itu, sistem mass transportation di Indonesia yang belum memadai juga merupakan salah satu alasan terbesar mengapa banyak orang, khususnya di kota-kota besar, memilih menggunakan kendaraan bermotor. Sistem transportasi massal yang ada saat ini hanya dapat ditemukan di beberapa tempat saja, seperti TransJakarta di DKI Jakarta, TransJogja di DI Jogja, Batik Solo Trans di Solo, dan Sarbagita di Bali. Itupun masih banyak masalah yang dihadapi. Salah satunya yang dialami di ibu kota. Pemerintah Provinsi Jakarta telah menyiapkan jalur tersendiri untuk TransJakarta, namun kemacetan masih belum bisa dihindari. Pengguna kendaraan bermotor pribadi terus bertambah, karena masyarakat berpikir bahwa kendaraan pribadi lebih nyaman dibandingkan dengan menggunakan transportasi massal. Selain itu, banyak pengendara nakal yang melewati batas jalur dan mengendarai kendaraan mereka di jalur busway TransJakarta ketika kemacetan terjadi.
Sebenarnya, Indonesia memiliki sistem transportasi massal yang kita sebut dengan angkot/lyn (baca: len). Namun yang menjadi masalah adalah masih banyak trayek lyn yang tidak sesuai dengan trayek yang telah dipaparkan di terminal-terminal tempat lyn tersebut singgah. Selain itu, jadwal kedatangan lyn yang tidak pasti, terkadang bisa datang cepat, datang tepat waktu, dan bahkan bisa datang terlambat membuat banyak orang yang malas untuk menunggu dan menggunakan lyn. Kemudian, ketika kita menggunakan lyn, banyak supir yang ‘ngetem’ terlebih dahulu, sehingga waktu perjalanan menjadi lebih lama dari yang seharusnya. Dan juga, kita banyak menjumpai supir-supir lyn yang bertingkah sembronoh ketika berkendara sehingga membuat penumpang tidak nyaman. Beberapa alasan diatas merupakan faktor-faktor yang membuat masyarakat memilih untuk menggunakan kendaraan bermotor yang mereka beli sendiri ketimbang menggunakan transportasi massal yang ada.
Pertumbuhan penggunaan kendaraan bermotor inilah yang menyebabkan kemacetan. Pengguna kendaraan bermotor di Indonesia meningkat 11% setiap tahunnya, namun pertumbuhan jalan yang ada di Indonesia hanya 0,01%, itu pun hanya terjadi di jalan-jalan besar yang ada di Indonesia. Seperti yang terjadi di kota Bandung. Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia, yang merupakan kota dengan mobilitas tinggi, aktivitas warga yang sangat beragam, dan jumlah penduduk yang sangat tinggi. Pertumbuhan penduduk yang terjadi di kota Bandung tidak hanya dari segi fertilitas. Banyak masyrakat dari luar kota yang mengadu nasib mereka di kota kembang, baik menetap maupun pulang-pergi. Masyarakat yang pulang-pergi inilah yang membuat kemacetan di kota Bandung tidak dapat dihindari, terutama di jam sibuk yaitu 06.00-08.00 di pagi hari dan 16.00-18.00 di sore hari. Hal yang sama juga terjadi di kota Surabaya, walaupun tidak separah dengan yang terjadi di kota Bandung. Semakin tinggi jumlah penduduk maka kebutuhan akan sarana transportasi semakin meningkat. Namun ditengah meningkatnya kebutuhan akan sarana transportasi, keadaan jaringan jalan di kota Bandung bisa dibilang menggenaskan. Suatu kota idealnya memiliki jaringan jalan sebanyak 30% dari keseluruhan luas wilayah, namun kota Bandung hanya memiliki 4% dari keseluruhan luas kota. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan transportasi dan keberadaan jaringan jalan sehingga kemacetan pun tidak bisa dihindari.
Inovasi-inovasi terhadap kebutuhan transportasi yang dapat mengatasi polemik ini telah dicanangkan oleh pemerintah. Seperti di Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya merencanakan untuk membangun sistem transportasi massal yaitu monorail yang menghubungkan Surabaya Timur hingga Surabaya Barat dan trem yang menghubungkan Surabaya Utara hingga Surabaya Selatan. Namun pembangunan belum dilaksanakan, sehingga masyarakat harus menunggu untuk dapat merasakan sistem transportasi massal baru tersebut.
Dari peristiwa yang dialami setiap saat oleh penduduk Indonesia ini, saya menyarankan kepada pemerintah untuk terus mengembangkan transportasi massal di Indonesia dan mengurangi pertumbuhan kendaraan bermotor terutama sepeda motor dan mnobil pribadi. Sementara menunggu teewujudnya sarana transportasi massal yang diharapkan, langtkah penting yang dapat dilakukan pemerintah adalah mulai membenahi sistem yang ada menjadi lebih baik, seperti membenahi sistem pada angkot/lyn, dimulai dari trayek yang jelas dan diketahui masyarakat, kemudian etika para supir selama menyetir lyn yang dapat membuat penumpang merasa nyaman serta aman, agar masyarakat tidak segan untuk menggunakan transportasi massal yang saat ini ada. Selain itu, untuk masyarakat, kurangi kebiasaan kita menggunakan kendaraan bermotor pribadi dan beralihlah ke transportasi massal. Dengan begitu, keadaan jalan menjadi lebih leluasa, kemacetan bisa dihindari, dan kelebihan kapasitas jalan dapat dikurangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H