Sejarah Maluku telah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah. Suku tertua atau suku pertama yang ada di maluku adalah suku alifuru. Suku alifuru bisa dikatakan disini semacam suku badui. Ibu kota maluku ialah Ambon. Sedangkan rumah adat maluku disebut dengan baileo. Fungsi rumah adat baileo sebagai balai pertemuan adat masyarakat setempat bukan sebagai rumah tempat tinggal. Selain itu rumah adat Baileo ini juga digunakan untuk menggelar acara adat dan sebagai tempat penyimpanan benda antik dan keramat seperti benda pusaka dan senjata peninggalan leluhur.Â
Rumah adat Baileo berbentuk rumah panggung yang besar dan memiliki ketinggian 1 sampai 2 meter. Atapnya terbuat dari rumbia dan rumah adat Baileo ini tidak memiliki sekat luar atau dinding dan jendela. Bangunan ini banyak menggunakan kayu--kayu yang dipenuhi ukiran unik serta dihiasi berbagai macam ornament khas Maluku. Rumah adat Maluku ini bukan hanya sekedar balai pertemuan biasa, pembangunannya berlandaskan prinsip, symbol, dan kepercayaan penduduk pada masa tersebut.
Maluku memiliki 117 bahasa. Setiap desa berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda. Namun di Ambon sudah banyak masyarakat yang sudah  menggunakan Bahasa Indonesia. Penduduk maluku juga memiliki berbagai macam perkumpulan,di Jakarta juga penduduk Maluku memiliki perkumpulan.
Maluku memiliki daerah lautan yang lebih besar dibanding daerah daratan. Jadi mata percaharian penduduk Maluku adalah lebih cenderung nelayan.Namun di Maluku ada juga penduduknya yang tinggal di pegunungan seperti kita, maka matapencaharian mereka ialah bertani. Hasil dari kekayaan laut Maluku diantaranya tripang, mutiara dan lobster laut.
Kepercayaan mereka zaman dahulu ialah animisme, yang sampai sekarang masih ada penganutnya. Namun sebagian besar sudah memiliki agama. Tradisinya bagi orang muslim setelah lebaran, pada hari Sabtu atau Minggu mengadakan upacara pukul sapu dan tariannya di kampung muslim. Tradisi Pukul Manyapu dipandang sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan masyarakat di Desa Mamala dan Desa Morella.Â
Dipertunjukan oleh pemuda yang dibagi dalam dua kelompok dimana setiap kelompoknya berjumlah 20 orang. Kedua kelompok dengan seragam berbeda itu akan bertarung satu sama lain. Alat pukul dalam tarian ini adalah sapu lidi dari pohon enau dengan panjang 1,5 meter. Bagian tubuh yang boleh dipukul adalah dari dada hingga perut. Tradisi tersebut biasanya dilakukan seminggu setelah hari raya, tepatnya setiap 7 syawal (penanggalan Islam).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H