Mohon tunggu...
Audrey Wijaya
Audrey Wijaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kurangnya Toleransi Berdampak Ekstremisme

2 Maret 2018   11:59 Diperbarui: 2 Maret 2018   12:22 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pernahkah kalian mendengar mengenai suatu kelompok agama fanatik dengan alasan menegakkan kebenaran, mereka menyalahkan dan mengkafirkan kelompok lain, bahkan melakukan kekerasan atas nama Tuhan dan agamanya? Atau suatu kelompok ras kulit putih yang membenci kelompok ras kulit hitam dan melakukan penyerangan? Kasus - kasus di atas merupakan contoh dari ekstremisme.

Apa itu ekstremisme ? Ekstremisme berarti  "menjadi ekstrem". Namun, istilah ini banyak dipakai untuk menggambarkan paham baik politik atau agama dalam menyerukan aksi dengan segala macam cara yang dianggap tidak wajar untuk mencapai tujuannya. Ekstremisme merupakan inti dari radikalisme dan satu langkah menuju terorisme.

Ekstremisme dapat disebabkan oleh ideologi di mana seseorang menganggap ideologi mereka paling benar, salah satunya adalah organisasi Al-Qaeda. Ekstremisme juga dapat disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, diskriminasi, ketidakadilan, intoleransi dan tidak terpenuhinya hak.

Ekstremisme kekerasan telah marak terjadi dan telah dibahas dalam forum-forum tingkat nasional maupun internasional. Banyak upaya melawan ekstremisme dan kekerasan telah dilakukan namun hal tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Banyak kasus ekstremisme yang terjadi di dunia,  misalnya kelompok teroris di Amerika Serikat neo Nazi yang berjumlah 5 -12 juta orang. Mereka adalah ras kulit putih yang memandang kelompok miskin sebagai akibat dari adanya imigran dan ras kulit hitam dan menuduh mereka sebagai penyebab kemiskinan.

Ekstremisme yang paling kita kenali adalah ekstremisme agama. Jika kita membahas tentang ekstremisme agama di Indonesia pasti kita langsung teringat dengan ekstremis Islam. Siapakah ekstremis Islam? Apakah ISIS dengan bom dan terorisme? Apakah FPI dengan demonstrasi yang diduga untuk makar ? Contoh diatas dapat dikategorikan sebagai ekstremisme kekerasan.

Sebenarnya darimana kita tahu yang mana ekstremisme?

Ingatkah kalian dengan pemilihan gubernur DKI Jakarta? Banyak negara yang memandang pilgub DKI sebagai pengalihan kekuasaan dari tangan non-Muslim. 'Pilgub DKI antara Kristen dengan bangkitnya Islam ekstremis' merupakan judul laporan oleh harian USA Today. Pada paragraf pertama menyebutkan bahwa pemilihan telah menunjukkan gagalnya toleransi di Indonesia yang mayoritas muslim ini.

Ahok terjerat kasus penistaan agama dan disebut kafir. Hal ini membuat dia berhadapan dengan lawannya yang kebanyakan beragama Islam serta meningkatnya perlawanan dari Muslim garis keras. Tersebarnya berita bohong juga diyakini mempengaruhi proses pemilihan. Pidana penistaan agama masih diperdebatkan oleh para ahli HAM tapi apakah sebuah penistaan agama dapat ditoleran ? Jadi apakah pilgub DKI dimenangkan oleh ekstremisme Islam? Banyak rakyat Islam yang menolak pemimpin non Muslim. Kebanyakan orang berpikir bahwa mereka fanatik dan ekstrem. Tapi apakah memilih pemimpin berdasarkan agama dan keputusan sendiri adalah ekstremisme?

Sumber: www.cartoonmovement.com
Sumber: www.cartoonmovement.com
Sebenarnya sangatlah rumit. Hal itu tergantung dari pandangan setiap orang yang pasti berbeda-beda. Memang sulit untuk mengerti orang lain sehingga kesalahpahaman sering terjadi. Memang kita mengalami benturan peradapan tapi dengan rasa toleransi kita bisa mengurangi konflik yang dapat timbul.Toleransi adalah sikap saling menghormati antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Toleransi menghindari terjadinya diskriminasi sekalipun terdapat banyak golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat. Ekstremisme merupakan tanggung jawab bersama kemanusiaan dan dengan toleransi, kita bisa menciptakan kehidupan yang lebih rukun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun