Mohon tunggu...
Audrey Fabian
Audrey Fabian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

ENTP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apatisme atau Bystander Effect?

10 Mei 2023   19:48 Diperbarui: 10 Mei 2023   20:20 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kalian melihat seorang pedagang yang terlihat kesulitan mendorong gerobaknya di jalan raya namun tidak ada yang menolong? Atau pernahkah kalian menyaksikan suatu kejadian buruk namun orang sekitar hanya menonton atau mendokumentasikannya? Sebenarnya, situasi ini ada istilahnya lho, yaitu Bystander Effect. Teori bystander effect ini diusulkan oleh Latane dan Darley setelah mereka mempelajari kasus Kitty Genovese. Kitty Genovese saat itu menjadi korban penyerangan dan pemerkosaan yang berlangsung selama kurang lebih 30 menit. Anehnya walaupun diperkirakan ada 38 orang yang menyaksikan kejadian tersebut, tidak ada satupun yang membantu. Ini kemudian berujung pada kematian Kitty Genovese.

Bystander effect sendiri adalah kondisi dimana seseorang lebih memilih untuk mengamati bahaya yang terjadi tanpa memberikan bantuan atau usaha untuk menghentikan suatu kejadian. Teori ini menyimpulkan bahwa seorang pengamat lebih mungkin membantu daripada banyak pengamat. Artinya, faktor apakah penolong potensial sedang sendirian atau sedang bersama dengan orang lain sangat berpengaruh dalam terjadinya bystander effect. Hal ini terjadi karena di saat seseorang sedang berada pada situasi yang tidak pasti, mereka akan lebih dulu memilih mengamati respon sekitarnya sebagai panduan untuk bertindak. Bila sekeliling mereka bertindak pasif, orang tersebut akan terpersuasi bahwa tidak ada masalah yang terjadi. Bystander effect sendiri berkaitan dengan bystander intervention, difusi tanggung jawab, dan ketakutan berbuat salah dalam sosial.

Jane Piliavin, seorang sosiolog, berpendapat ketika kita melihat seseorang berada dalam masalah, ada tiga tahap perhitungan yang terjadi sebelum kita merespon. Pertama, individu akan secara fisiologis terangsang oleh penderitaan orang lain. Kedua, individu melabeli rangsang ini sebagai emosi. Ketiga, individu akan mengevaluasi konsekuensi dari membantu orang lain. Ketika perkiraan benefit menolong yang didapat lebih tinggi daripada cost yang harus dikeluarkan, maka seseorang akan lebih condong menolong dan bystander intervention akan terjadi. Bystander intervention sendiri adalah kondisi dimana seseorang melepas peran sebagai pengamat dan membantu orang lain dalam situasi darurat. 

Pilihan untuk tidak menolong akan lebih mudah jika dilabeli dengan sikap apatis, sikap dimana seseorang tidak peduli terhadap masalah orang lain. Namun menurut Latane dan Darley ada beberapa pertimbangan mengenai keputusan seseorang untuk tidak membantu. Pertama, terjadinya difusi tanggung jawab dimana seseorang cenderung berasumsi bahwa orang lain akan bertanggung jawab atas sesuatu. Dalam situasi darurat, kehadiran pengamat lain memberikan kesempatan terjadinya perpindahan tanggung jawab untuk bertindak atau tidak bertindak. Pengamat yang seorang diri memiliki kemungkinan membantu lebih besar dikarenakan ia percaya bahwa tanggung jawab untuk membantu hanya bisa dilakukan olehnya. Jika ia tidak membantu, tidak ada orang lain yang akan melakukannya. 

Kedua, adanya ketakutan berbuat salah dalam sosial. Kehadiran pengamat lain akan membuat seseorang sadar diri untuk mengambil tindakan. Pasti pernah terjadi dimana Anda mempertimbangkan suatu tindakan karena tidak ingin terlihat konyol karena bereaksi berlebihan? Pernahkah Anda merasa takut ditertawakan karena salah paham atas kesulitan yang dialami orang lain? Bagaimana jika orang tersebut ternyata hanya bercanda? Apakah ini semua hanya skenario untuk video prank Youtube? Pengalaman tidak mengenakkan saat membantu orang lain tentu saja dapat membuat pertimbangan ini lebih berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk menolong. 

Dari uraian diatas, kita dapat menyimpulkan apa yang menyebabkan bystander effect muncul dan faktor yang mempengaruhi pilihan seseorang untuk membantu atau tidak. Mayoritas orang lebih cenderung untuk membantu apabila korban adalah yang dikenal, atau seseorang akan lebih cenderung membantu bila ia memiliki sertifikasi medis. Perlu diingat juga bahwa nyawa manusia sangat berharga, sehingga apabila Anda melihat seseorang dalam kesulitan, tidak ada salahnya untuk membantu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun