Mohon tunggu...
Audrey Ariella
Audrey Ariella Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Resensi Film "Wage"

11 November 2017   21:07 Diperbarui: 21 November 2017   20:46 3136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pbs.twimg.com/media/DLa0i9pVAAAjs57.jpg

Film Wage ini bercerita tentang perjuangan dari Wage Rudolf Supratman, pria kelahiran Somongari, Purworejo, 19 Maret 1903. Masa yang Wage alami selama masa penjajahan Belanda tidak memupuskan semangatnya untuk memberi harapan dan warna kepada bangsa Indonesia secara langsung dalam pergerakan kemerdekaan di Jawa. Wage adalah seorang jurnalis dan juga komposer yang menyuarakan penderitaan rakyat kecil, memasuki ruang-ruang rapat organisasi pemuda.

Semangat yang dimiliki Wage mengantarkan ia dan terlibat dalam arena pergerakan kebangsaan, dan terutama mengubah lagu-lagu perjuangan untuk semangat perlawanan rakyat. Wage berjuang dengan lagu yang ia ciptakan yaitu Indonesia Raya dan berkat lagu tersebut para pahlawan kita semangat berjuang.

Film 'Wage' diawali dengan masa kecil Wage yang begitu kelam, hingga pada kematiannya di tahun 1938 yang mengharapkan kemerdekaan ditampilkan 'noir' dalam film berdurasi 120 menit ini. Semangat dan cita-citanya mengidam-idamkan Indonesia merdeka sungguh terasa dan hidup.

Lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan pada 28 Oktober 1928 pada masa kongres pemuda II. Perdebatan tentang hadirnya lagu Indonesia Raya terjadi saat kongres pemuda II tersusun sedemikian rupa sehingga membuat momen dalam adegan film itu sungguh nyata meskipun pemerintah Belanda tidak memperbolehkan ada syair yang keluar saat permainan biola tersebut.

Dalam film ini terjalin kuat antara Wage dan Frits yang berkejar-kejaran. Perjuangan terciptanya lagu Indonesia Raya juga ditampilkan bahkan Wage sempat merasa frustasi dalam pembuatan lagu tersebut tapi semangatnya dipompa oleh Gadis, sang pujaan hati.

Wage juga menulis buku berjudul 'Perawan Desa', sebuah roman sejarah yang memantik semangat perjuangan para pahlawan dan ada dua tulisannya yang belum sempat diterbitkan yaitu Darah Muda dan Kaum Fanatik karena dianggap terlalu dapat mengambil resiko.

Syair lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' yang lengkap tiga stanza tetapi yang biasanya diperdengarkan dan dipakai adalah satu stanza. Sampai akhir hayat Wage, ia belum sempat mendengar lagu ciptaannya dikumandangkan. Lagu Indonesia Raya secara resmi dikumandangkan di saat kemerdekaan Indonesia, tujuh tahun setelah sang pencipta lagu meninggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun