Ngaben adalah upacara kremasi yang dilakukan dalam tradisi agama Hindu di Bali, Indonesia. Meskipun Ngaben adalah upacara yang penting dan memiliki makna mendalam bagi masyarakat Bali, tidak tepat untuk menggambarkannya sebagai upacara yang "boros" secara finansial.
Ngaben memiliki akar sejarah dan tradisi yang panjang di Bali. Upacara ini memiliki kaitan erat dengan ajaran agama Hindu dan kepercayaan masyarakat Bali terkait dengan kehidupan setelah kematian.
Menurut kepercayaan Hindu Bali, setelah seseorang meninggal dunia, rohnya meninggalkan tubuh fisik dan melanjutkan perjalanan menuju alam spiritual. Ngaben dianggap sebagai prosesi penting untuk membebaskan roh yang telah meninggal dan memungkinkannya melanjutkan perjalanan ke alam spiritual yang lebih tinggi.
Awal mula Ngaben dapat ditelusuri ke ajaran agama Hindu dan mitologi Hindu. Dalam kitab suci Hindu yang disebut "Wedha", terdapat konsep tentang siklus kelahiran dan kematian yang dikenal sebagai "Samsara". Menurut Samsara, kehidupan manusia merupakan bagian dari siklus tak terputus dari kelahiran, kematian, dan reinkarnasi. Ngaben melambangkan penyelesaian dari siklus ini dan pembebasan roh dari dunia fisik.
Selain ajaran Hindu, Ngaben juga dipengaruhi oleh budaya Bali dan tradisi leluhur. Upacara pemakaman yang melibatkan pembakaran jasad telah ada di Bali sejak zaman kuno. Tradisi ini terkait dengan kepercayaan bahwa melalui pembakaran, jasad akan kembali ke elemen alam dan roh akan memasuki alam spiritual.
Ngaben menjadi lebih terorganisir dan terstruktur pada abad ke-9 ketika agama Hindu mulai berkembang di Bali. Pada saat itu, upacara pemakaman menjadi lebih formal dengan melibatkan prosesi yang lebih kompleks dan ritual yang terperinci. Perkembangan ini terjadi seiring dengan penyebaran agama Hindu dan pengaruh dari kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa dan India.
Sejak itu, Ngaben telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Bali. Upacara ini dianggap sebagai kewajiban moral dan spiritual bagi keluarga yang telah kehilangan anggota keluarga. Ngaben juga berperan penting dalam memperkuat hubungan sosial di masyarakat Bali, karena menjadi momen di mana keluarga, tetangga, dan komunitas berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal.
Dengan demikian, awal mula Ngaben dapat ditelusuri ke ajaran agama Hindu, mitologi Hindu, serta tradisi dan budaya Bali. Kombinasi dari berbagai elemen ini membentuk upacara pemakaman yang khas dan memiliki makna mendalam bagi masyarakat Hindu Bali.
Menurut ajaran Hindu, setiap manusia memiliki lima elemen dasar, yang dikenal sebagai "Pancamahabhuta." Lima elemen ini adalah bumi (Prithvi), air (Apah), api (Tejah), udara (Vayuh), dan ether (Akashah). Ketika seseorang meninggal dunia, diyakini bahwa elemen- elemen tersebut kembali ke alam semesta dan tubuh fisiknya harus kembali ke elemen api (Tejah) melalui proses kremasi.
Asal mula Ngaben dapat ditelusuri ke kitab-kitab suci Hindu seperti "Wedas" dan "Purana." Dalam ajaran Weda, ada konsep tentang "Samskara," yang merupakan serangkaian ritus atau upacara yang mengiringi setiap tahap kehidupan, termasuk kelahiran, pernikahan, dan kematian. Ngaben adalah salah satu dari banyak samskara yang dianggap penting dalam rangka membebaskan roh dari siklus reinkarnasi dan mempersiapkannya untuk perjalanan menuju alam rohaniah yang lebih tinggi.
Upacara Ngaben di Bali berbeda dari praktik kremasi di tempat lain. Di beberapa budaya, kremasi mungkin berlangsung tanpa upacara agama atau hanya sebagai proses pemrosesan jasad. Namun, di Bali, Ngaben dianggap sebagai peristiwa penting yang melibatkan seluruh komunitas dan kerabat. Prosesi Ngaben diwarnai dengan berbagai ritual dan upacara yang sarat makna, yang melibatkan keluarga, tetangga, dan masyarakat setempat.
Upacara Ngaben di Bali adalah cerminan dari keyakinan mendalam tentang kehidupan, kematian, dan reinkarnasi. Masyarakat Hindu di Bali percaya bahwa upacara ini tidak hanya melepaskan roh dari tubuh fisik, tetapi juga menghormati dan memuliakan roh yang telah meninggalkan dunia fisik. Ngaben juga memiliki peran sosial penting dalam memperkuat ikatan komunitas dan keluarga, serta menjaga harmoni dan keseimbangan antara alam manusia dan alam rohaniah.
Ngaben memang melibatkan sejumlah persiapan dan biaya, terutama jika keluarga yang mengadakan upacara memiliki status sosial yang tinggi atau ingin mengadakan upacara yang lebih besar. Beberapa keluarga bahkan bisa menghabiskan jumlah yang signifikan untuk mempersiapkan semua yang diperlukan, seperti membeli bahan bakar kayu untuk pembakaran jenazah, mempersiapkan barang-barang persembahan, menyewa pengiring gamelan, dan melibatkan banyak anggota keluarga dan masyarakat setempat.
Namun, penting untuk diingat bahwa dalam masyarakat Bali, Ngaben adalah bagian integral dari siklus kehidupan dan kematian. Masyarakat Bali memandang Ngaben sebagai upacara yang sangat penting untuk mengantarkan roh orang yang meninggal ke alam berikutnya. Mereka meyakini bahwa Ngaben adalah tugas keluarga yang harus dilakukan dengan penuh penghormatan dan kepatuhan terhadap tradisi agama mereka.
Sementara biaya dan persiapan bisa berbeda-beda, dan beberapa keluarga mungkin melibatkan elemen yang lebih mewah, penting untuk tidak menggeneralisasi bahwa Ngaben adalah upacara yang "boros" secara umum. Setiap keluarga akan menentukan tingkat pengeluaran mereka berdasarkan kemampuan finansial dan keyakinan religius mereka.
Tentang aspek keuangan, beberapa orang mungkin menganggap Ngaben sebagai upacara yang boros karena melibatkan pengeluaran yang signifikan. Upacara Ngaben melibatkan berbagai persiapan dan kegiatan, termasuk pembuatan ogoh-ogoh (patung raksasa dari bambu dan kertas), persembahan makanan, pembelian bahan bakar untuk kremasi, pembiayaan upacara, dan lain sebagainya. Hal ini bisa menjadi beban finansial bagi keluarga yang harus mengadakan Ngaben.
Namun, penting untuk diingat bahwa Ngaben memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Bali. Bagi mereka, Ngaben merupakan proses penting untuk membebaskan jiwa yang meninggal dan mengantarkannya ke alam setelah kematian. Ngaben juga dilihat sebagai tindakan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal dan sebagai cara untuk menjaga keseimbangan sosial dan spiritual di komunitas Bali.
Pentingnya Ngaben dalam budaya Bali dan keyakinan spiritualnya menjadi pertimbangan utama dalam melaksanakan upacara ini. Setiap keluarga memiliki hak untuk memutuskan apakah mereka ingin melaksanakan Ngaben dan sejauh mana tingkat kepatuhan terhadap tradisi ini. Beberapa keluarga mungkin mengadakan Ngaben dengan skala yang lebih kecil atau menyesuaikan elemen-elemen upacara agar sesuai dengan kemampuan finansial mereka.Â
Apakah ngaben harus dilaksanakan? Ya, dalam agama Hindu di Bali, Ngaben dianggap sebagai sebuah kewajiban dan diharuskan dilakukan sebagai bagian dari tradisi keagamaan. Ngaben adalah salah satu upacara paling penting dalam agama Hindu Bali dan dianggap sangat sakral.
Konsep Ngaben berhubungan dengan ajaran Hindu tentang siklus kehidupan dan reinkarnasi. Dalam pandangan Hindu, kehidupan manusia dianggap sebagai perjalanan jiwa dari kelahiran ke kelahiran (reinkarnasi) yang berlanjut hingga jiwa tersebut mencapai pembebasan (moksha) dari siklus kelahiran-kematian. Ngaben adalah bagian dari proses ini dan dianggap sebagai jalan untuk membantu jiwa yang meninggal mencapai pembebasan dan mencapai kehidupan berikutnya.
Dalam tradisi Hindu Bali, kematian dianggap sebagai perpisahan sementara antara roh (atma) dan tubuh fisik (jasad). Kremasi dalam upacara Ngaben adalah cara untuk membebaskan roh dari jasadnya, sehingga roh dapat melanjutkan perjalanan menuju kehidupan selanjutnya atau mencapai moksha.
Karena dianggap sebagai kewajiban agama, keluarga yang kehilangan seseorang diharapkan untuk melakukan Ngaben sesegera mungkin setelah kematian. Kewajiban ini dipandang sangat serius oleh masyarakat Hindu Bali, dan upacara ini dianggap sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi yang telah meninggal.
Selain aspek agama, Ngaben juga memiliki peran penting dalam budaya dan sosial masyarakat Bali. Ini adalah momen yang sangat penting bagi keluarga dan komunitas, di mana orang-orang berkumpul untuk memberikan dukungan dan penghiburan kepada keluarga yang berduka. Ngaben juga memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan sosial dan solidaritas antaranggota masyarakat, karena anggota masyarakat datang bersama-sama untuk membantu dan mendukung keluarga yang berduka selama persiapan dan pelaksanaan upacara.
Namun, penting untuk dicatat bahwa ketentuan tentang Ngaben mungkin bervariasi tergantung pada kepercayaan dan tradisi di berbagai wilayah di Bali. Beberapa kelompok masyarakat Hindu mungkin memiliki interpretasi yang sedikit berbeda tentang pelaksanaan Ngaben.
Salah satu situasi di mana Ngaben tidak dapat dilaksanakan secara penuh adalah ketika keluarga menghadapi keterbatasan finansial yang signifikan. Persiapan dan biaya yang terkait dengan Ngaben dapat menjadi sangat tinggi, terutama untuk keluarga yang memiliki anggota keluarga yang meninggal dalam jumlah yang besar. Dalam beberapa kasus, keluarga dapat memilih untuk melakukan "Ngaben Sane" atau "Ngaben Cenana", yaitu penguburan sementara dan nantinya jasad akan dikremasi ketika keluarga mampu secara finansial.
Selain itu, ada juga beberapa situasi darurat atau keadaan khusus di mana Ngaben tidak dapat dilaksanakan dengan cara tradisional. Misalnya, dalam kasus kematian yang melibatkan bencana alam, kecelakaan yang mengerikan, atau situasi khusus lainnya di mana tidak mungkin atau tidak memungkinkan melaksanakan Ngaben dengan prosesi yang lengkap. Dalam kasus-kasus seperti itu, keluarga dapat memilih untuk mengubur jasad dengan cara yang lebih sederhana atau mengambil tindakan alternatif yang sesuai dengan keadaan tersebut.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak melaksanakan Ngaben secara penuh dianggap sebagai tindakan yang kurang diinginkan dalam tradisi Hindu Bali. Ngaben dianggap sebagai proses pembebasan roh dan transisi ke alam spiritual, dan melaksanakan upacara ini dianggap sebagai tanggung jawab moral dan spiritual keluarga terhadap anggota keluarga yang telah meninggal. Upacara Ngaben juga memiliki makna yang mendalam dalam memperkuat hubungan sosial dan kehidupan spiritual masyarakat Hindu Bali.
Perlu dicatat bahwa informasi ini mencerminkan pengetahuan saya saat ini, dan praktik dan persepsi masyarakat dapat berubah seiring waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H