Mohon tunggu...
auditya ayu dharmala
auditya ayu dharmala Mohon Tunggu... -

just so so

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kemanakah Guna UU Hak Cipta?

18 Mei 2014   02:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi pada saat ini sudah menjadi hal umum yang dampaknya ditemui dalam masyarakat, baik dalam life style, fashion maupun cara masyarakat memilih menu makanan. Seiring dengan gempuran globalisasi selera pakaian masyarakat menjadi bergeser dengan menyukai produk impor yang memiliki kesan mahal dan exclusive. Untuk kaum socialita membeli barang impor yang selangit harganya tentu bukan hal yang sulit karena produk impor sudah menjadi jati diri kelas si pemakai. Misalnya dengan menggunakan tas mahal atau mobil mahal membuat si pemakai bisa bergabung atau diterima oleh masyarakat kelas atas.

Tetapi untuk kalangan menengah kebawah tentu membeli produk impor original merupakan hal yang sulit, karena harganya yang selangit. Situasi ini dibaca oleh produsen tekstil, sepatu, tas dan lain-lain, solusi yang diberikan adalah produk KW. Yang biasa diartikan produk bajakan dengan berlabel merk asli, tentu dengan kwalitas seadanya yang sesuai dengan harga produk saat dipasarkan. Hal ini tentu saja sangat disayangkan karena merusak kwalitas asli produk Indonesia, yang pada awal produksi merupakan barang tidak ber-merk, tetapi saat ditambah merk produk asing menjadi barang kw atau bajakan. Sehingga banyak sekali dijumpai pakaian berlebel Hermes, Prada yang dijual dengan harga Rp. 50.000 atau bahkan lebih murah yang jauh dari harga original merk tersebut.

Produk kw ini ternyata memiliki peminat yang banyak di masyarakat terlihat dari kebanyakan baju, sepatu, tas diproduksi terus menerus dengan berlebel merk asing. Hal ini mungkin menjadi solusi bagi yang ingin tampil brandid atau tampil sekelas artis papan atas, hal ini menunjukan ketidak percaya diri-an masyarakat untuk tampil dengan produk lokal yang tidak ber-merk. Gejala sosial ini mungkin dianggap sebagai hanya bagian dari gaya hidup, tetapi bagaimana dengan produk lokal yang kehilangan jati diri? Produk kw memiliki kesan kwalitas seadanya yang dibawah kwalitas produk asli. Hal ini sangat disayangkan karena negara kita mempunyai kwalitas kulit untuk tas, kain untuk pakaian yang baik. Jadi dengan menggunakan merk asing tentu saja merugikan produsen sendiri, jika menggunakan merk dagang sendiri tentu produk mereka dapat dikenal masyarakat. Tetapi jika menggunakan merk asing tentu yang dikenal adalah merk yang dipalsukan. Bukankah hal ini melanggar Hak Cipta pemilik produsen?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun