Bagai perompak dilautan lepas kelompok Abu Sayyaf yang berasal dari Filipina Selatan mulai berpetualang menjelajahi lautan Asia Tenggara, kelompok separatisme radikal yang memiliki hubungan dekat dengan gerakan terorisme ISIS ini, sudah mulai melakukan aksi terorisme nya sejak tahun 1990 dibawah komando Abdurajak Janjalani. Cara kelompok ini memperoleh anggota dimulai melalui penyebaran ideologi kepada remaja seusia 16-20 tahunan yang menjadi korban perang di pulau Mindanao, salah satu pulau yang berada di Filipina bagian selatan. Â
Kelompok ini seakan tidak mengenal rasa takut terhadap apapun dan siapapun yang berada dihadapan mereka, karena penyebaran anggotanya masih berada di lingkup wilayah Asia Tenggara, menjadikan jalur laut sebagai jalur utama kelompok ini dalam melancarkan aksinya.
Kelompok Abu Sayyaf kerapkali melakukan tindakan yang mengancam "human security" bagi para pelaut yang sedang berlayar di lautan Asia Tenggara, contohnya para Anak Buah Kapal asal Indonesia juga sempat dijadikan tawanan oleh kelompok separatisme radikal ini.Â
Tentu saja tindakan anarkis yang dilakukan kelompok ini merujuk kepada ancaman terhadap political security bagi negara-negara kawasan Asia Tenggara, karena penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok ini telah menuju pada bentuk kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat sipil. Terutama yang sumber penghasilannya berasal dari laut lepas, peristiwa penculikan ini tentu saja  menimbulkan rasa tidak aman bagi sebagian besar masyarakat.Â
Kelompok ini sendiri bertujuan untuk menjadikan negara Filipina sebagai negara yang berbasis pada hukum islam, sehingga mereka mulai melakukan pelayaran dengan basis kekerasan dan penculikan terhadap  anak buah kapal dari negara-negara sekitar lalu meminta tebusan kepada pemerintah negara tersebut, guna mendukung finansial kelompok ini dalam menjalankan tujuan yang coba mereka capai.
Kasus terorisme yang dilakukan oleh kelompok ini terus meningkat terhitung sejak tahun 2000-2016 dimana pada tahun 2016, kelompok Abu Sayyaf menculik Anak Buah Kapal berkebangsaan Malaysia yang sedang berlayar di sekitar pulau ligitan. Terlihat bahwa rute pelayaran yang ditempuh oleh kelompok radikal ini berpusat disekitar wilayah perbatasan antar negara di lautan lepas kawasan Asia Tenggara, pemerintah negara Filipina dalam menanggapi permasalahan terorisme ini juga melakukan serangkaian upaya, terutama dalam misi membantu pembebasan Anak Buah Kapal  negara sekitar yang disandera oleh kelompok terorisme ini. Filipina juga melakukan pembersihan terhadap anggota atau komplotan Abu Sayyaf yang berada di negara mereka, usaha ini masih terus dilakukan guna mencegah terjadinya isu kejahatan kemanusiaan di kawasan Asia Tenggara, terkhusus pada negara-negara yang berbatasan langsung dengan wilayah lautan ini.
Sebagai kelompok teroris yang anarkis dan tidak segan-segan menyakiti tawanannya menjadikan kelompok Abu Sayyaf ini sebagai suatu ancaman kemanusiaan yang menjadi permasalahan untuk diselesaikan bersama antar negara Asia Tenggara, belum lagi kawasan laut adalah jalur yang sangat krusial bagi keberlanjutan ekonomi negara ASEAN. Hadirnya kelompok radikal ini menjadi momok menakutkan bagi para pelaut dan anak buah kapal, menjadi tanggung jawab bersama bagi negara Asia Tenggara dalam menjamin keamanan bagi para warga negaranya yang memiliki profesi dengan kewajiban berada di lautan lepas dalam waktu yang lama.Â
Serta pentingnya peran negara dalam memastikan bahwa lingkungan negaranya bebas dari pemahaman ideologi yang radikal dan berlebihan, karena timbulnya gerakan separatisme ini adalah akibat dari ke fanatikan suatu kelompok terhadap ideologi tertentu yang mereka yakini benar adanya, sehingga mereka rela melakukan segala cara agar dapat mewujudkan tujuan yang berusaha mereka capai, meskipun harus mengorbankan nyawa masyarakat sipil yang tidak berdosa.
Nama: Audi Paradnya Paramitha
NIM: 07041282126097