Mohon tunggu...
Audi Moslem
Audi Moslem Mohon Tunggu... lainnya -

Dengan kesenian aku hidup, dengan menulis hidupku punya arti.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Hidup dari Bersepeda

18 Agustus 2014   08:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:16 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersepeda adalah kegiatan yang menyenangkan, dengan bersepeda berdampak memberi efek kesehatan pada tubuh kita dalam jangka panjang. Bersepeda adalah kegiatan yang positif, karena merupakan kegiatan olahraga. “Di dalam tubuh yang sehat tentu terdapat jiwa yang sehat pula kan?”.Menurut sejarah, sepeda ditemukan di Eropa, tepatnya di Perancis.Sepeda ditemukan pada akhir abad ke 18, sekitar tahun 1790an tapi menurut sumber lain sepeda pertama kali ditemukan di Inggris. Di Perancis sepeda dinamai velocipede, selama bertahun-tahun istilah itu merujuk kepada kendaraan roda dua.

Baron Karls Drais von Sauerbronn atau Karl Draislahir pada tanggal29 April 1785 di Karlsruhe, Jerman, dia adalah seorang penemu Jerman dan menemukan Laufmaschine juga kemudian disebut sepeda beroda tiga, atau draisienne. Ini kemudian dimasukkan sebagai prinsip roda dua yang kemudian menjadi dasar untuk sepeda dan sepeda motor, ini merupakan awal dari transportasi pribadi mekanik. Pada tanggal 12 Januari 1818, Drais dianugerahi sebuah penghormatan dengan gelar duke sebagai imbalan atas penemuannya. Baden tidak memiliki hak paten atas penemuannya pada waktu itu. Grand Duke Karl Drais kemudian juga ditunjuk sebagai Profesor Mekanika. Sepeda Draisienne ini tak bertahan lama, karena setelah itu, mulai muncul jenis-jenis sepeda baru yang lebih effisien bahkan beberapa di antaranya ada yang sudah menggunakan pedal, walaupun pedal tersebut masih belum sempurna seperti sepeda jaman sekarang. Sepanjang sejarah manusia selalu menemukan cara agar kehidupan ini lebih mudah dijalani, bersyukurlah kita sebagai manusia yang hidup jaman yang sudah tidak terlalu sulit dalam melakukan sebuah pekerjaan dasar.



Sepeda bagiku adalah teman, karena hobi favoritku adalah bersepeda. Biasanya kami menggunakan sepeda untuk melakukan olahraga rutin tiap minggu, perjalanan jauh sampai hal yang paling ekstrim yaitu menuruni lereng gunung atau yang lebih dikenal secara umum dengan istilah downhill. Bersepeda selalu memberikan banyak pelajaran tentang bagaimana menaklukan emosi dalam diri sendiri, dengan bersepeda kita mengatur irama langkah kaki, jantung, pikiran agar sepeda tetap imbang dan berjalan pada jarak tempuh yang sudah ditentukan. Dengan melakukan kegiatan ini kita menjadi sadar bahwa manusia dianugerahi kemampuan fisik yang amat menabjubkan dari tuhan. Melihat kegiatan bersepeda dari beberapa sosial media seperti youtube, vimeo, facebook dll, kita dapat melihat hal beragam, ada orang yang rela menghabiskan waktunya untuk berkeliling dunia dengan sepeda untuk melepaskan jiwa petualangnya, ada yang berpacu menuruni lereng bukit dengan nyali yang terukur, kemudian ada yang menunjukan banyak teknik khusus dalam bersepeda dan hal kreatif lainnya yang bisa dintunjukan untuk memacu semangat hidup positif.

14082983541995999282
14082983541995999282


Hampir setiap hari kita disuguhkan dengan kendaraan bermotor, kehidupan jalanan yang kasar dengan segala problemanya. Bangsa kita hidup dengan mengkonsumsi kendaraan bermotor setiap harinya untuk transportasi atau sekedar bergaya, beberapa dari mereka lupa akan pentingnya mengelola fisik karena tingginya jam kesibukan, khususnya di daerah kota besar. Negara berkembang seperti kita sangat cocok menjadi pasar bagi kaum imprealis untuk memasarkan barang dagangan mereka, dengan sisa sampah, berkat kecerdasan dan teknologi mereka bisa menghasilkan sesuatu lalu dijual dengan harga yang cukup tinggi dari harga dasar pembuatannya. Karena kita berpikir sangat konsumtif, dengan membeli kita berpikir bahwa segala hal dapat mempermudah hidup kita, tapi kita lupa dan malas bagaimana mempelajari sebuah sistem bekerja atau teknologi yang ada di dalamnya. Sepertinya latah dan bodoh masih melekat dalam sebagian besar masyarakat kita, dengan mudah segala hal dapat dipolitisir oleh para kapitalis untuk terus mengkonsumsi produk mereka dengan segala cara.

Bersepeda adalah olah tubuh seperti halnya berolahraga dengan berlari, berenang, panjat tebing atau hal lainnya. Manusia harus menyadari akan pentingnya kesehatan fisik mereka, dengan fisik yang sehat tentu terdapat jiwa yang sehat pula kan? Dengan kembali melakukan hal ini, maka kita akan menemui sebuah proses kesadaran hakikat sebagai manusia. Kita dianugrahi kemampuan fisik yang menabjukan oleh tuhan untuk digunakan sebagai mana mestinya, teknologi cuma sebuah fasilitas yang membantu untuk mempermudah, bukan hal yang sepatutnya menjadi kebutuhan utama. Dengan melakukan kegiatan tentang hal-hal dasar, itu mengajari kita bahwa segala hal tidak sepenuhnya harus dilakukan dengan bantuan alat. Sepeda juga merupakan alat, tapi sepeda tidak melepas peran anggota tubuh kita untuk tetap bekerja.Dengan bersepeda kita memacu sebuah jarak, disana ada banyak hal yang bisa didapat secara detail daripada kacamata seorang pengendara bermotor. Saat kita melakukan hal-hal dasar dalam kehidupan manusia maka akan memacu jiwa kritis kita sebagai manusia, membuat kita berpikir dan menganalisa tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan ini. Alam raya ini diciptakan untuk mengenalkan manusia terhadap penciptaNya, bahwasanya ada kekuatan besar yang harus disadari manusia, menjadikan mereka rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Kita terlalu sibuk dengan urusan kita sebagai manusia kota, dengan sebuah layar saja sudah cukup, padahal tidak. Secara emosional segala hal harus berkaitan langsung dengan objeknya.

14082984922080411006
14082984922080411006

Dalam bersepeda kita harus tetap mengayuh pedal agar keseimbangan kita terjaga. Bersepeda adalah melalui sebuah tanjakan, sama artinya dengan sebuah tantangan, trek lurus dan turunan hanyalah hasil dari proses menanjak yang kita lalui, hidup ini pun sama halnya seperti itu. Dengan menanjak pasti setelahnya ada sebuah turunan yang membuat kita tidak perlu mengayuh pedal, segala upaya yang kita lalui dalam tanjakan akhirnya terbayar. Kita semua akan terus berjalan mengayuh sampai pada akhir yang kita tentukan. Selamat bersepeda !

Tulisan oleh : Audi Moslem

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun