Secara harfiah, arti parenting adalah pola pengasuhan anak. Parenting merupakan cara pola asuh dalam mendidik anak, cara orang tua memberikan perlindungan, perawatan dan mengamati perkembangan serta kegiatan anak sejak baru lahir hingga tumbuh dewasa.
Parenting atau pola asuh dalam mendidik anak dapat dikatakan baik jika anak terpenuhi kebutuhan fisiknya seperti makanan dan minuman, serta terpenuhinya kebutuhan psikologi mereka yakni kasih sayang dan rasa aman, serta bersosialisasi dengan masyarakat sekitar sehingga anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Usia dini merupakan masa seorang anak yang senang untuk bermain. Namun, anak zaman sekarang atau yang kini disebut dengan Gen Z kebanyakan lebih mengenal gadget dari pada bermain dengan teman-temannya di lapangan basket, taman bermain atau tempat-tempat bermain anak seperti dulunya. Hal ini disebabkan oleh pola asuh orang tua yang sudah mengenalkan gadget kepada anaknya yang padahal masih dibilang belum saatnya untuk dikenalkan dengan gadget.
Dalam mendidik anak sebaiknya orang tua memberikan arahan dengan memberikan contoh seperti orang tua tidak memperlihatkan bermain gadget dihadapan anak, karena anak usia dini rentan akan menirukan apapun yang dilakukan orang tua maupun orang terdekatnya. Maka,peran orang tua lah yang harus konsisten terhadap peraturan yang ditetapkan untuk sang anak, agar kepribadian dan karakter anak terbentuk jika selalu diawasi dengan yang terbaik.
Pola asuh orang tua merupakan pola asuh yang diterapkan terhadap anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Seorang anak ibarat cerminan dari orangtuanya, hal ini bisa diamati dengan adanya kebiasaan-kebiasaan yang dilihat anak dan lingkungan sekitarnya.
Namun, salah satu hal yang membuat perbedaan antara generasi sebelumnya dengan generasi Z adalah generasi Z itu memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap isu kesehatan mental, baik kesehatan mental untuk dirinya sendiri sebagai individu yang utuh ataupun kesehatan mental anaknya sebagai individu yang harus tumbuh dengan baik dan bahagia dalam masa perkembangannya. Sehingga para Gen Z memiliki empati yang lebih tinggi serta peduli terhadap kondisi kesehatan mental anak.
Begitu pentingnya kesehatan mental, membuat para Gen Z sadar dengan mulai mempersiapkan bekal yang cukup matang untuk menjalani kehidupan bersama keluarga kecilnya dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Mulai dari membiasakan terbuka dengan pasangan tentang berbagai hal dalam rumah tangga, serta mempersiapkan finansial yang matang mulai dari keuangan untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan keluarga,dan tabungan pendidikan anak. Tidak hanya itu, Gen Z sangat terbuka dengan isu kesetaraan gender dalam berbagai aspek, salah satunya urusan rumah tangga, mulai dari membagi tugas dan tanggung jawab dalam rumah tangga dilakukan secara gotong royong atau berbagi tugas,khususnya untuk suami istri yang sama-sama menggeluti dunia karir, serta membiasakan rumah tangga untuk menjadi demokratis dan aktif bermusyawarah agar semua permasalahan dapat diselesaikan dengan berkepala dingin.
Gen Z juga aktif dalam mengupdate keilmuan parentingnya, mulai dari belajar kepada professional maupun belajar dari media sosial. Selain belajar, Gen Z juga gemar membagikan keilmuan parenting berdasarkan pengalaman masing-masing dalam media sosial, dengan maksud membagi ilmu terhadap teman online dan pengikutnya.
Khasnya lagi dari parenting ala Gen Z adalah mereka mengedepankan logika dan ilmiah ketimbang mitos dalam berbagai hal termasuk pola pengasuhan. Gen Z justru memilih mencari informasi dari dokter ataupun bidan secara langsung maupun secara online untuk memastikan makanan yang sesuai, penanganan ketika anak sakit ataupun berbagai hal yang mendukung perkembangan anak yang maksimal. Saran dari kakek nenek yang kaku, tidak semata-mata diterima untuk kemudian diterapkan, namun diperiksa kebenarannya terlebih dahulu dengan cara ilmiah.
Perkembangan kepribadian seorang anak dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Keluarga memiliki peran yang penting dalam membentuk kepribadian anak karena keluarga merupakan madrasah pertama dalam kehidupan. Dalam proses pengasuhan anak, setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda. Terdapat tiga macam pola asuh yang digunakan oleh orang tua dalam memberikan pengasuhan pada anak.
Pola asuh pertama adalah pola asuh otoriter. Pola asuh ini mencerminkan sikap orang tua yang bertindak keras dan cenderung diskriminatif. Hal ini ditandai dengan tekanan anak untuk patuh kepada semua perintah dan keinginan orang tua, kontrol yang sangat ketat terhadap tingkah laku anak, anak kurang mendapatkan kepercayaan dari orang tua, anak sering di hukum, apabila anak mendapat prestasi jarang diberi pujian atau hadiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua otoriter memiliki lebih banyak tekanan dibandingkan dengan anak-anak yang diasuh oleh orang tua permisif.Â