Dua tahun terakhir, kita terperangkap oleh virus COVID-19. COVID-19 sendiri memiliki banyak varian yaitu alfa, beta, gamma dan delta. Pada tahun 2021 ternyata ada varian  baru dari COVID-19 yaitu Omicron yang mencemaskan masyarakat umum. Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan disebut-sebut sebagai varian yang memiliki banyak mutasi.Â
Alasan varian COVID-19 terus bertambah
Dilansir dari artikel bbc.com, jumlah kasus penyakit COVID-19 semakin bertambah sehingga menyebabkan risiko  perubahan virus yang baru. Semakin banyak virus yang ditularkan semakin sering virus itu bermutasi atau berubah. Ribuan perubahan kecil sudah terjadi pada virus corona akan tetapi tidak terlalu berdampak besar.Â
Bertambahnya varian COVID-19 disebabkan oleh perubahan struktur dan bentuk virus/bermutasi yang kemungkinan besar berasal dari tubuh yang tidak mampu mengalahkan virus. Hal ini dapat terjadi pada mereka yang belum mendapatkan vaksin COVID-19. Sebuah virus bermutasi atau berubah sebagai salah satu cara untuk pertahanan diri dari imun tubuh yang menyerang mereka. Sama halnya dengan manusia yang mencoba melakukan berbagai cara agar tetap hidup. Para ilmuwan khawatir pada perubahan di paku protein atau spike yang merupakan bagian virus yang berfungsi memasuki tubuh manusia.Â
Alasan lain varian COVID-19 bertambah banyak adalah selain virus tersebut bermutasi dan menghasilkan varian baru. Vaksin yang diciptakan dengan rancangan struktur virus yang belum bermutasi menjadi kurang efektif dalam melawan virus yang sudah bermutasi. Sehingga terjadi siklus dimana orang yang belum divaksin terkena virus COVID-19, lalu virus tersebut  bermutasi karena tubuh tidak kuat dan menularkan pada orang lain. Sehingga muncul varian COVID-19 baru yang sulit ditangani dengan vaksin yang dirancang untuk struktur virus sebelumnya.
Pentingnya vaksinasi COVID-19
Direktur Jenderal WHO mengatakan virus bermutasi atau berubah karena cakupan vaksin yang rendah. Menurut Houston Methodist Leading Medicine, suatu negara dapat mencapai herd immunity jika sudah mencapai 70% angka vaksinasi COVID-19. Presiden RI yaitu Joko Widodo mengatakan secara keseluruhan sejauh ini cakupan vaksin di Indonesia sudah mencapai 40%. Didukung dengan data cakupan vaksin dosis 1 dan 2 oleh Kemenkes dengan persentase dosis 1 sebanyak 68,45% dan dosis 2 sebanyak 47,59%. Meskipun masih terbilang kurang, namun angka tersebut sudah mendekati angka suatu negara mencapai herd immunity.
Mari kita bersama-sama memerangi virus COVID-19 dengan melakukan vaksinasi!
Selalu patuhi protokol kesehatan dan jangan lupa untuk menjaga jarak!
Penulis: Audia Amara Fitri dan Rizka Muyasara