Saat itu, Bapa Uskup berpesan kepada saya, untuk menyiarkan kebaikan lewat tulisan-tulisan saya yang bernada toleransi, agar masyarakat, khususnya di kota domisili saya, dapat lebih memahami makna toleransi yang sesungguhnya.
Kemudian, dua minggu setelah natal 2015, di Januari 2016, saya liputan kembali pada gelaran Natal gabungan di sebuah aula. Di sana, saya bertemu Bapa Uskup kembali, yang ternyata masih mengingat saya. Dia mengucapkan terima kasih atas hasil liputan saya di koran yang sudah dibacanya, sembari kembali bepesan untuk membantu merawat toleransi di Indonesia.
Saya belum sempat menemuinya lagi, hingga beliau meninggal dunia saat Covid 19, November 2020 lalu. Namun yang terpenting bagi saya pribadi adalah semangatnya dalam memupuk toleransi terhadap jemaat katolik yang dipimpinnya.
*
Kedatangan Sri Paus kali ini merupakan angin segar, agar kita semakin dilihat oleh dunia, bahwa kita adalah bangsa besar dengan semangat toleransinya, agar toleransi ala Indonesia tetap menjadi contoh terbaik bagi dunia.Â
Semoga misa akbar yang rencananya akan dihadiri oleh ribuan orang sore nanti, dapat terlaksana dengan sukses, sebagaimana mestinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H