Mohon tunggu...
Auda Zaschkya
Auda Zaschkya Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan. Pernah jadi wartawati.

Realita adalah Inspirasiku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Upaya Perempuan untuk Dunia yang Lebih Baik

18 Juni 2024   03:18 Diperbarui: 18 Juni 2024   03:24 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu kita belum lupa, akan peran perempuan dalam upaya merebut kemerdekaan negeri ini dan mengusir kolonialisme dari para penjajah, bukan? Dari sejak kita duduk di bangku sekolah dasar (SD), seharusnya hingga kini kita masih ingat ketika diceritakan bagaimana peran Laksamana Keumalahayati dari Aceh, yang mendirikan pasukan perang bernama Inong Balee, yang isinya adalah para perempuan, berstatus janda, yang para suaminya gugur saat melawan penjajah Portugis. Tak hanya Portugis, pasukan Inong Balee juga ikut melawan kekejaman Belanda di perairan Aceh Besar hingga selat Malaka. Atas perannya tersebut, Keumalahayati disebut laksamana perempuan pertama di dunia, hingga di tahun 2017, Presiden Joko Widodo menetapkan Keumalahayati sebagai pahlawan nasional.

Atau yang lebih dahulu kita kenal, nama R.A. Kartini yang setiap tahunnya kita peringati pada hari kelahiran di 21 April, adalah perempuan yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional yang memperjuangkan emansipasi atau hak-hak dan kesejahteraan perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan. R.A. Kartini yang saat itu sudah bisa membaca termasuk bahasa Belanda, memiliki beberapa sikap yang harus kita teladani dan wujudkan hingga kini, di antaranya perempuan harus tangguh dan mandiri, juga perempuan harus memiliki semangat yang tinggi, tentu untuk kesuksesannya, dan perempuan lainnya.

Kedua contoh perempuan Indonesia yang membanggakan di atas, seharusnya sudah kerap menjadi pedoman para perempuan Indonesia masa kini, dalam meraih cita-cita dan tidak dipandang sepele oleh orang lain karena seorang Perempuan, di mana peran perempuan di dalam kehidupan sendiri, sebenarnya cukup banyak, mulai dari dia mengurus dirinya sendiri, sampai mengurusi kehidupan orang lain dan pekerjaan,, juga keluarganya. Seiring dengan itu, masih banyak pula masalah yang dialami perempuan, seperti kekerasan baik psikis maupun seksual, juga kemiskinan. Pertanyaan yang juga kerap muncul, apakah Perempuan masih bisa bersekolah dan mendapatkan keleluasaan berpikiri untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya?

Perempuan harus berkarya adalah sebuah kebenaran mutlak yang tak dapat ditawar. Meski terjatuh, perempuan harus bangkit lagi demi kembali berkarya, menciptakan hal-hal bermanfaat bagi lingkungannya, atau minimal untuk dirinya sendiri.

Seperti kedua contoh pahlawan di atas, Perempuan Indonesia masa kini, harus berkomitmen pada sebuah karya yang ingin diciptakannya, dengan menjadi seorang pekerja keras dan ulet. Maksudnya, demi mengubah hidupnya agar lebih baik, seorang perempuan, harus terus berusaha melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungannya, meski ada keterbatasan  fasilitas.

Kita ambil contoh kecil saja misalnya ketertarikan masyarakat yang sudah semakin  melirik kerajinan tangan dari bahan eceng gondok sebagai hiasan di rumah.

Seorang perempuan atau ibu, pasti lebih memahami apa yang diperlukan di rumah untuk memperindah rumahnya. Makanya dia menciptakan alas duduk, semacam tikar?karpet dari bahan yang mudah di dapatkan di lingkungan tempat tinggalnya, seperti tanaman eceng gondok dan seagrass. Dianyam sedemikian rupa, hingga menjadi layak pakai dan bernilai jual. Pemanfaatan bahan dari kedua tanaman tersebut, sangat baik karena dapat memanfaatkan produk alami yang ada di lingkungan, sehingga tanaman tersebut tak mati sia-sia.

Keripik Mangrove dari https://kedan.pemkomedan.go.id/detail-produk/
Keripik Mangrove dari https://kedan.pemkomedan.go.id/detail-produk/

Selain itu, saya jadi teringat ketika beberapa tahun lalu, tepatnya di tahun 2015, saya masih menjalani liputan harian. Saat itu, saya mengunjungi sebuah desa di Kelurahan Belawan Sicanang, Medan, yang jika kita ingin menuju desa tersebut, kita harus menaiki perahu motor, karena desa tersebut memiliki rumah di atas air laut dan tumbuhan mangrove.

Ibu-ibu di desa ini, memiliki sebuah kelompok usaha, yang sehari-harinya, para anggotanya memanfaatkan tanaman mangrove, untuk diolah menjadi beragam makanan, kerupuk jeruju misalnya. Ada juga yang mengolah ikan, kepiting, dan udang. Semua yang ada di sekitar kampungnya, dimanfaatkan guna mengenalkan ke khalayak, kalau ibu-ibu juga bisa membuat sesuatu yang bermanfaat dari lingkungannya. Para ibu ini juga hingga kini, masih sering mengikuti gelaran pameran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Bahkan saat saya wawancarai, mereka mengatakan, akan terus berkomitmen untuk mengembangkan kekayaan alam, khususnya mangrove yang ada di sekitarnya, guna menghasilkan inovasi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun