Mohon tunggu...
Auda Zaschkya
Auda Zaschkya Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan. Pernah jadi wartawati.

Realita adalah Inspirasiku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saatnya Milenial Ciptakan Peluang Usaha

18 September 2018   21:31 Diperbarui: 18 September 2018   21:36 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang telah sejak lama menjadi sorotan bagi kita yang seharusnya melek ekonomi dan bisnis, sejak 1 Januari 2016, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah berlaku. Momen ini dapat dijadikan sebagai batu pijakan bagi masyarakat, khusunya kaum milenial, untuk menciptakan peluang usaha, mengingat lowongan CPNS, tak mudah ditembus.

Sesuai dengan perkembangan zaman, para milenial ini, dituntut untuk memiliki ide-ide cemerlang untuk mengembangkan potensi diri yang dimilikinya, misalnya menciptakan berbagai macam karya yang menarik, agar dapat menjadi sebuah bisnis. Mereka dituntut agar lebih inovatif dalam menciptakan produknya, guna meraih banyak peminat, baik dari dalam kota, luar kota, hingga ke luar negeri.

Sayangnya, masih banyak para milenial ini yang enggan untuk membangun bisnis, bisa jadi karena takut gagal. Selain takut gagal, mereka masih bingung harus mencari modal, apalagi mengingat modalnya yang kerap kali, cukup besar.  

Kalau kita mau memulai usaha, sebenarnya, mencari modal itu langkah kedua. Jangan hanya berpatokan pada modal saja. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah jeli melihat peluang usaha yang diikuti dengan Market Study. Misalnya, kita ingin menciptakan produk penganan khas daerah Kota Medan, yang terkenal dengan durian beserta pancakenya.

Kita harus rajin mempelajari pasar. Kita harus mengetahui, apa yang disukai dan tidak disukai pelanggan dari produk Pancake yang sudah ada sebelumnya. Kita sebagai calon pendatang baru, wajib memiliki inovasi untuk produk yang akan kita keluarkan. Pertama, kita harus menciptakan variasi bentuk  pancake yang menarik dan berbeda dari yang sebelumnya. 

Setelah itu, kita wajib mempelajari komposisi produk berikut variannya, sampai ke kemasan (packaging)nya mesti yang menarik dan berbeda dari produk yang sudah ada. Selanjutnya, tak lupa mengurus izin dan segala tes uji coba, layak tidaknya produk tersebut dilempar ke pasaran.

Jika hal-hal demikian sudah dipastikan lulus, barulah kita mulai memasarkannya. Oleh karena era online sudah merambah ke desa-desa, lewat mulut ke mulut, sudah tak begitu efektif lagi. Selain lebih efesien, online lewat media sosial seperti instagram dan facebook, sekarang memegang peranan penting dalam mendatangkan pelanggan. Mungkin pertama, dari tetangga sekitar, lalu perlahan ke orang-orang di tempat yang sama. Karena media sosial tadi, pesanan dengan sendirinya akan datang dari luar kota.

Jika kita sudah jeli melihat peluang dan mempelajari pasar, kita juga tak bisa melakukan apa-apa tanpa modal. Barangkali, bisa dengan tabungan sendiri, maupun dibiayai oleh orangtua. Namun jika memang masih kurang, kita harus mencari ke mana? Jawabannya, tentu saja ke PT. Permodalan Nasional Madani (PNM).

Seperti yang dikatakan Pemimpin PT. PNM Cabang Medan, Budi Santosa pada KOPIWRITING bersama Kompasiana di Sky Lounge Lt. 10 Hotel Santika Premiere Dyandra, Medan, Kamis (13/9/2018), PNM sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang ekonomi kerakyatan melalui pembiayaan, dalam perannya selalu memberikan pendampingan dan jasa manajemen kepada pelaku usaha ultra mikro, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Peran tersebut semakin meningkat katanya, karena dalam 3 tahun terakhir, bisnis online ini semakin booming dengan potensi yang mumpuni, yang pelakunya rata-rata anak muda yang melek internet.

"Bisnis online kalau dirunut dengan usia dan kebutuhan tentang apa yang dicari orang  melalui internet, maka bisnis ini kedepannya, masih menjanjikan dan masih bisa untuk terus dikembangkan.Kalau berubah, mungkin hanya metode pembayarannya, yang mengikuti perkembangan zaman. Makanya perlu support yang lebih dari stakeholder, khususnya pemerintah dan lembaga/media pembiayaan," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun