Mohon tunggu...
Auda Zaschkya
Auda Zaschkya Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan. Pernah jadi wartawati.

Realita adalah Inspirasiku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KCV] Februari, Aku Patah Hati

13 Februari 2012   18:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:42 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolaborasi Oleh : Valentino + Auda Zaschkya (53)

[caption id="attachment_170751" align="aligncenter" width="540" caption="google image"][/caption]

04 September 2006

“Fan,, Ayo bangun nak.. udah jam 4 pagi nih. Kan mau ospek kampus di asrama hajijam 6 nanti. Ayo cepat mandi, siap-siap dan sholat subuh”, panggil mamaku dari luar kamar.

Tak membantah lagi, aku pun bergegas menuju kamar mandi. Jam 5 pagi, saat udara masih dingin dan langitpun masih gelap, aku berangkat dengan di antar oleh kakakku ke asrama haji. Dingin sekali memang.. Brrrrr…

Sesampai disana, aku bertemu banyak teman baru dan oleh tingkah polahku yang supel, aku cepat akrab dengan mereka. Kami saling bertukar informasi tentang asal usul kami. Hmmm.. nyaman juga punya teman-teman baru. Pukul 06.00 tepat, kami dikumpulkan di lapangan. Kami disuruh olah raga dulu pagi itu. Lumayan hangat setelah olahraga. Selanjutnya disusul dengan diberikan segelas teh hangat dan roti. Cukup untuk mengganjal perut. Setelah melakukan aktivitas ospek, lalu kami diarahkan ke sebuah ruangan untuk makan siang.

Disanalah aku bertemu dengannya, Feri. Lelaki yang sedari tadi mencuri perhatianku sewaktu memasuki ruangan ini. Pandangan kami sempat saling bertaut namun secepat kilat ia mengalihkan pandangannya. “huh,, dasar sombong, kapanlah kau ‘gak perlu sama aku ya. Kau lihat saja nanti, kau yang mendekati aku”, pikirku sendiri.

Setelah makan siang, dilanjutkan ospek lagi. Dan sore pun datang, kami bergegas mandi dan malam ini kami diberi waktu untuk saling mengenal lagi. Ya.. 2 malam kami harus tidur di asrama haji.

Saat itulah aku bertemu lagi dengan Feri. Maksud hatiku ingin berkenalan ketika ia mengambil kopi, namun apa daya, keramahanku tak disambut baik olehnya. Ia malah pergi seketika setelah mengambil kopi. Amarahku semakin naik ke ubun-ubun, “dasar laki-laki sombong, tengok nanti ya, kau yang akan dekati aku, kalau perlu kau yang memohon aku jadi kekasihmu”, gerutuku.

***

07 September 2006

Kami sudah diizinkan untuk kembali kerumah. Setelah beristirahat semalam, 08 September 2006 perkuliahanpun dimulai. Sumringah ku pagi ini. Dengan menumpang motor kakakku yang akan berangkat kerja, aku diantarnya kekampus. Sesampai dikampus, feri disana dan tiba-tiba ia tersenyum padaku namun dengan cuek, aku mebelakanginya. Seusai mata kuliah, ia pun menghampiriku dan mengajakku berbicara.

“Fan, maaf ya. Waktu ospek kemarin, aku malu saat kamu ajak ngobrol. Sebenarnya aku ‘gak enak hati tapi yak arena malu tadi aku gak berani ngomong sama kamu. Jadi sekarang aku memberanikan diri. Kamu tau ‘gak? Setelah pertemuan kita, aku ‘gak berhenti mikirin kamu. Aku dapat nomor Hpmu dari temanku dan jujur, saat itu Aku pengen SMS atau telepon kamu. Namun, aku malu.. Sekarang aku mau bilang, aku suka sama kamu”, jelasnya yang membuatku terpaku.

“Setereeeesss anak ni ah, kemarin tu sok mau mampos, sekarang tiba-tiba nembak. Gak romantis amat kok, hari pertama langsung nembak”, kesalku.

Diapun tersenyum dan mengatakan, “pikirin lagi ya fan kata-kataku tadi, aku serius”.

“Ah, nantilah. Kasih aku waktu”, sambungku. “seminggu ya fan, aku tunggu jawabanmu”, tambahnya.

Seminggu ini ia amat ramah padaku, sering mengajakku ngobrol. Dan aku menepati janjiku.

15 September 2006

Aku berkata, “Iya fer, aku terima kamu jadi pacarku. Fine. Jalani ini sebaik-baiknya ya”. Dan iapun tersenyum dan menggengam jemariku lama sekali.

***

Sebulan, dua bulan, tiga bulan hubungan kami baik-baik saja. Desember 2006 ia berkata ingin mengunjungi orang tuanya di Dumai sekalian liburan. Dan aku mengizinkannya. Aku pun mengantarnya ke Terminal Bus Makmur di Amplas.

***

Seminggu setelah tahun baru ia kembali ke kostnya di Medan, aku mengunjunginya. Rindu ini dahsyat merajamku setelah 2 minggu tak bertemu. Namun perubahan mulai tampak darinya seolah ia sedang ada masalah. Aku bertanya, “kamu lagi ada masalah ya? Cerita donk sama aku”. “ah enggak ada kok”, katanya.

***

Februari 2007 Aku Patah Hati

Tanpa ada alasan yang jelas ia memutuskan jalinan cinta yang sudah 5 bulan. Sedih memang bila harus mengingat selama ini pengorbananku dan kenangan kami.

Aku tak dapat menerima begitu saja, lalu aku mencari tahu sebabnya dari teman-teman kostnya di kampus. Dan aku terkejut ketika teman kostnya berkata, “feri dirumah sama cewek barunya. Fani kan bukan pacar feri lagi, kata feri dia udah mutusin fani. Yang sabar ya fan. Dia memang bodoh udah ngelepasin kamu fan. Liat aja nanti, pasti ‘gak akan bertahan lama dia sama cewek barunya itu”, ucap temannya menghiburku

***

Setelah aku memaksa feri jujur, ia pun berkata, “ ia cewek baruku, kenapa rupanya?”, ucapnya kasar. “Oooo.. sejak kapan?”, lanjutku. “Sejak aku pulang dari dumai bulan lalu”, tambahnya.

“kekgini kau rupanya ya sama aku. Kau selingkuh di 3bulanan kita. Kau pacarku yang kesekian tapi kau itu cinta pertamaku. Kau juga yang nyakitin hatiku. Kau tengok aja nanti ya, ‘gak bakal lama kau sama cewekmu itu. Kau ingat, sampai kapanpun aku bakal membencimu. Dendam kali aku sama kau”, saat itu aku ingin menampar wajah bodohnya namun aku masih mampu meredam gerak tanganku. Dan ia terlihat makin bodoh dengan wajah terpaku, tekejut dengan ucapanku.

13291479941187074702
13291479941187074702
google image

Aku memang telah berulang kali patah hati hingga kebal rasanya. Kepada mereka yang lain setelahnya, aku tak pernah dendam. Feri lah yang telah mengajariku cara mendendam lewat lakunya terhadapku Jujur, aku masih amat membencinya. Dendamku tercurah padanya mengingat perselingkuhannya. Aku tak akan memafkanmu sebelum kau temui aku dan memohon maaf langsung padaku.

Cinta lalu biarkan berlalu, lupakan masa lalu. Namun itu hanya ungkapan manis orang lain yang inginkan aku melupakan dendamku akibat patah hati oleh cinta pertamaku. Ah!!! Aku tak perduli ucapan orang, yang aku tahu hatiku sempat dibuatnya hancur berkeping-keping, olehnya kekasih hati yang sangat ku idamkan.

=TAMAT=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun