Hemat saya, sejauh ini prestasi beliau cukup mampu untuk menutupi hal yang dipandang negatif tersebut. Sesuatu yang patut dinyinyirkan adalah apabila ditemukan orang yang:
1. cuma ijazah SMP, merokok, tattoan dan tidak punya prestasi apa-apa.
2. Belum lagi yang katanya orang pintar, title-nya segerobak, cantik, anggun, glamour tapi koruptor.
Nah... Ini yang harus dibedakan oleh kebanyakan masyarakat kita yang cuma melihat apa-apa dari sesuatu yang tampak sekilas. Mindset seperti ini tak layak dipiara. Bagaimana mau pintar kalau pikirannya masih dibiarkan picik?
Bersyukur saya memiliki ibu yang tak terlalu mementingkan penampilan seseorang secara kasat mata, sehingga melihat Bu Susi, mama saya tak terlalu heboh seperti para ibu lainnya.
Beliau cukup tahu, di Kota yang cukup besar ini, anak perempuannya tak pernah merokok. Temannya yang merokok saja, si anak perempuan ini langsung marah-marah. Mama cukup percaya kepada saya tentang hal rokok. Mama tahu, saya tak pernah merokok walaupun untuk ngopi adalah hobi kami sedari di kampung dulu.
Jadi, jangankan komen miring bin nyinyir untuk perokok seperti Bu Susi yang mentri, ke anaknya saja, mama gak pernah ribut. Mama selalu bilang, jangan suka ikut campur urusan pribadi orang. Kalau mau menilai orang, kamu ngaca dulu, memangnya kamu sudah terlalu bagus jadi orang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H