Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo
FX Aris Wahyu Prasetyo Mohon Tunggu... -

Penulis di berbagai media seperti Kompas, Lampung Post, Wawasan, Suara Merdeka, dan Pontianak Post. Saat ini menjadi kontributor tetap untuk Majalah PsikologiPlus. Dan, pendidik di Kolese Loyola Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

The Educatorship, Kapan Terbit?

27 Agustus 2013   16:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah mendengar atau membaca istilah “Educatorship”?? Maka, mari sejenak membaca pengantar sebuah draft buku berikut ini.

Menjadi guru bisa jadi merupakan sebuah profesi. Namun, menjadi guru sebagai pendidik pastinya sebuah seni. Maka, mari kita mainkan seni kehidupan ini dalam proses menyelamatkan pendidikan di negara tercinta ini.

The Educatorship muncul terinspirasi dari sebuah buku yang berjudul The Principalship karya Thomas J. Sergiovani yang menguraikan tentang bagimana mengupayakan pola kepemimpinan humanis reflektif di sekolah. Di sela-sela membaca buku tersebut, saya mendapat sebuah buku Save Our Schools karya Ralph E. Robinson dan Barbara A. Beswick yang semakin menguatkan saya tentang mendidik manusia atau dengan kata lain memanusiakan manusia dalam dunia pendidikan. Akhirnya, Hal tersebut mendorong saya untuk menulis sebuah uraian pengalaman dan refleksi tentang roh pendidikan itu sendiri, yaitu pendidik dan semangat kependidikannya.

The educatorship tidak sekedar berbicara tentang teacher (teaching) tetapi lebih dari itu menyentuh jiwa dan raga educator (educating). Memang harus diakui bahwa istilah “educatorship” tidak lazim dalam kamus bahasa Inggris bahkan belum ditemukan dalam kamus bahasa Inggris untuk term ini. Educatorship dipilih untuk memberi sebuah penegasan total akan eksistensi dan daya tawar pendidik dalam membangun komunitas pembelajar di dunia pendidikan dan membangun kultur pendidikan yang humanis. The Educatorship benar-benar secara total melontarkan kritik pendidikan sekaligus membangun semangat reflektif dalam mengusakan roh atau spirit pendidikan. Semuanya itu berangkat dan berkembang dalam proses pembelajaran karena ini sesungguhnya merupakan inti dari semua daya upaya pengembangan pendidikan.

Sebuah kebahagiaan tersendiri tatkala berhasil menyelesaikan buku ini dan akhirnya sampai di tangan pembaca sekalian. Buku yangditulis ini berangkat dari kisah nyata dalam proses pembelajaran bersama dengan anak-anak. Satu yang diinginkan bersama adalah pembelajaran menjadi menyenangkan, bervariasi, dan bermakna bagi anak didik, guru, sekolah, orang tua, dan masyarakat. Ini merupakan sebuah tantangan besar. Sulit pastinya, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Perjuangan menjadi guru selama sepuluh tahun dan belajar dari komunitas kependidikan yang ada merupakan sebuah kesempatan emas yang boleh dimilki oleh penulis. Akhirnya, dengan sedikit memberanikan diri penulis mengurai kembali semua yang terjadi dan dialami dalam proses mendidik dan hidup berkomunitas sehingga semuanya itu mengkristal dalam buku ini. Kisah-kisah dalam buku ini semakin mantap ketika gagasan-gagasan penulis juga turut serta dalam menguraikan dan memaknai semua itu.

Harus diakui bahwa buku ini bukanlah sebuah resep dalam pendidikan atau rumus matematis untuk sukses dalam pendidikan. Akan tetapi, buku ini hendaknya menjadi percikan api inspirasi bagi kita semua untuk mengembangkan dunia pendidikan menjadi lebih baik yang pada akhirnya benar-benar mencerdaskan anak-anak bangsa menuju pada kecerdasan otak, kecerdasan hati, dan kecerdasan sikap. Bukan hal yang mustahil, lewat pendidikan yang tidak salah asuh akan melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang tahu mengasuh dengan baik bangsanya sendiri.

Terimakasih patut penulis berikan kepada semua pihak yang telah ambil peran dalam penulisan buku ini. Anak-anak didik di sekolah adalah sumber inspirasi terbesar terwujudnya buku ini. Berproses dan berinteraksi dengan mereka dari waktu ke waktu telah melahirkan banyak inspirasi untuk terus menyiapkan hati yang tulus mendidik dengan cinta kasih. Di samping itu, rekan-rekan komunitas guru juga telah menjadi sahabat dalam berdiskusi, sharing, dan saling memotivasi satu sama lain dalam pengembangan pendidikan.

Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca buku The Educatorship ini. Jika ada hal negatif dari buku ini, mohon sampaikan pada penulis sehingga bisa menjadi bahan refleksi, evaluasi, dan akhirnya inspirasi untuk menjadi lebih baik. Jika ada hal baik dari buku ini, mohon sampaikan kepada semua orang supaya semakin banyak orang terinspirasi untuk berbuat baik untuk orang lain. Selamat membaca, saatnya kita belajar untuk memanusiakan dunia pendidikan dalam kesetiaan, ketekunan, dan kebaikan. Salam Edukatif dari penulis.

..............

The Educatorship tersebut sedang tidur aman dan nyaman dalam laptop sang penulis. Sebuah pertanyaan besar, kapankah diterbitkan? Atau, akankah diterbitkan? Jawabannya adalah pasti diterbitkan namun masih menanti dan mencari penerbit atau siapapun yang mau dan mampu menerbitkan demi perkembangan pendidikan nasional kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun