Mohon tunggu...
Kinar Set
Kinar Set Mohon Tunggu... Pustakawan - rajin dan setia

senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terorisme Perempuan dan yang Membentuknya

2 September 2023   07:18 Diperbarui: 2 September 2023   07:19 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama dua dekade ini fenomena terorisme agak bergeser. Bukan soal jumlah saja yang meningkat, tetapi soal keterlibatan personal dalam aksi teror. Jika dahulu adalah kaum adam yang dengan peralatan berat dan besar, kini dilakukan oleh perempuan (termasuk ibu-ibu) dan anak-anak.

Ajaran agama yang ditafsirkan secara salah kini tidak lagi milik para laki-laki saja. Namun juga keluarga, termasuk perempuan dan anak-anak. Ada intervensi faham intoleransi yang kemudian berproses menjadi faham radikalisme. Pendidikan dan komunitas eksklusif menjadi salah satu faktor penting bagi munculnya radikalisme di keluarga. Apalagi jika proses monitoring oleh aparat kian sering dilakukan.

Faktor konektivitas juga menjadi faktor penting bagi kemunculan perempuan menjadi pelaku utama terorisme. Konektivitas ini menggeser kolektivitas, karena konektifitas era masa kini didominasi oleh jejaring modern seperti smartphone. Seseorang bisa berkomunikasi secara intens dengan orang lain tanpa kehadiran fisik dan tersamar.Koneksivitas ini juga terkait dengan tafsir ajaran agama yang juga bergeser. Konektivitas kadang membuat keyakinan bahwa ideologi jihad adalah amalan tertinggi. Dan bukan sekadar pertemuan maya yang tidak bermanfaat menurut mereka.

Itu sebabnya kemudian muncul perempuan seperti Zakiah Aini yang menurut keyakinannya melakukan ammaliyah tertinggi. Sehingga tanpa lingkungan fisik yang mendukungpun dia punya konektivitas dengan beberapa situs yang bisa dia akses di smartphone ataupun internet. Dia punya keyakinan yang kuat karena dia bisa menulis surat wasiat tentang faham yang dia yakini dan berbeda dengan kebiasaan dari keluarga. Zakiah Aini adalah pelaku penembakan / penyerangan di Mabes Polri.

Beberapa penelitian lokal maupun studi dari beberapa organisasi asing menyebut bahwa organisasi Islam di Indonesia muncul sekitar tahun 1980am dengan wajah Darul Islam yang kala itu mulai merekrut perempuan dengan isu perempuan soleha. Lalu ada Jamaah Islamiyah yang sering menyanjung pernikahan dan melarang perempuan berjihad namun jika bersifat emergency, perempuan bisa melakukan jihad.

Inilah yang kemudian menjadi ajaran dan tertanam kuat dibenak beberapa kelompok termasuk keluarga yang memiliki pemahaman serupa. Sehingga kita bisa dapati sekarang bahwa para perempuan punya keinginan dan kemampuan hati dalam melakukan jihad, meski itu menyengsarakan pihak lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun