Mohon tunggu...
Kinar Set
Kinar Set Mohon Tunggu... Pustakawan - rajin dan setia

senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramadani Jumat Agung

10 April 2023   17:58 Diperbarui: 10 April 2023   18:21 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa pihak sering terlihat sinis jika ada media atau orang yang menyinggung soal toleransi. Sepertinya toleransi menjadi barang asing yang enggan untuk disentuh karena akan menimbulkan berbagai reaksi. Kebanyakan reaksi itu bertone negative.

Padahal toleransi seharusnya sudah dimiliki masing-masing orang dengan keyakinannya terhadap keyakinan orang lain. Toleransi hanya memerlukan kebesaran hati masing-masing orang untuk memiliki tenggang rasa kepada orang lain. Toleransi hakekatnya adalah tenggang rasa.

Meski bukan soal toleransi an sich, ada cerita menarik dari Taman Safari Bogor Jawa Barat.  Awal April lalu lahir seekor badak betina putih atau dalam bahasa latin disebut Ceratotherium simum. Bayi badak ini diberi nama Ramadani Jumat Agung atau disingkat Raja. Dia lahir pada Jumat (7/4/2023) sekitar pk 20.00

Ramadani atau Raja, lahir dari induk badak putih Afrika bernama Juma yang dikawinkan dengan badak asal Indonesia bernama Merdeka. Kita ketahui populasi badak sangat kecil apalagi populasi badak putih juga kecil. Kita bersama menjaga agar ekosistem badak tetap terjaga sehingga komunitas badak tetap ada.

Apa hubungan toleransi dengan keberadaan badak di Indonesia. Saya jawab dengan tegas : tidak ada.

Cerita tentang kelahiran badak hanya ilustrasi yang bisa memudahkan kita bagaimana seekor badak yang langka itu lahir. Dari dua badak yang berbeda asal; satu dari  Indonesia dan satu dari Afrika. Nama bayi badak juga unik yaitu Ramadani Jumat Agung. Satu nama ritual umat muslim dan dua nama selanjutnya adalah ritual umat Kristiani (Kristen dan Katolik).

Dari hal ini mungkin kita bisa paham bahwa tidak semua hal bisa kita tanggulangi sendiri. Ada hal yang berbeda ada sesuatu bisa dihadirkan.

Sama halnya dengan toleransi. Di bangsa yang sebesar Indonesia, keberagaman adalah satu keniscayaan. Jika kitab isa mengingat sejarah terjadinya bangsa dan perjalanannya sampai saat ini kita bisa menilai banyak factor yang membuat kita menjadi bangsa yang sangat pluralis. Bangsa yang sangat besar ini seakan menjadi laboratorium besar untuk sebuah bangsa. Mulai dari keragaman etnis, keyakinan, agama, bahasa dll.

Sehingga tidak mungkin kita mengklaim bahwa salah satu etnis atau salah satu keyakinan yang punya pengikut besar (mayoritas) berhak mengatur atau berhak memaksa minoritas untuk mengikuti mayoritas atau menjadi sama dengan mayoritas.

Mungkin tulisan ini agak memaksa. Namun saya menggaris bawahi bahwa bagaimanapun sulit bagi bangsa kita untuk dibuat satu warna. Berbagai warna memang menjadi hal yang niscaya. Jadi, jangan meningkari keberagaman. Seperti seekor badak putih, Rahmadani Jumat Agung (Raja)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun