Mohon tunggu...
Kinar Set
Kinar Set Mohon Tunggu... Pustakawan - rajin dan setia

senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ceramah Radikal adalah Indikasi yang Perlu Antisipasi

30 November 2018   09:36 Diperbarui: 30 November 2018   10:02 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu pemerintah merilis hasil penelitian yang menyebut bahwa dari 100 masjid yang berada di lingkungan lembanga Pemerintah atau BUMN yang diteliti ada 41 masjid yang diindikasikan radikal . Hal ini karena penceramahnya seringkali menyajikan topic-topik radikal. Seperti ajakan untuk berperang ke Alepo dan Filipina Selatan dan sebagainya.

Kita harus memahami konteksnya. Bahwa penelitian ini bersifat indikatif. Bukan Konsklusif.  Sample yang dipakai adalah 100. Dan dilingkungan kantor Pemerintahan. Jumlah masjid yang ada di Indonesia berjumlah berlipat dari itu. Mungkin Jutaan seluruh Indonesia.

Karena bersifat indikatif maka kita harus bijak sana menyikapinya. Dalam kenyataannya jumlah itu bisa lebih besar bisa lebih kecil dari jumlah yang dirilis. Tapi karena ada indikasi radikal pada khotbah Jumat, maka kita harus punya mekanisme antisipatif .

Mekanisme antisipatif itu bisa saja adanya pengawasan yang lebih intensif oleh kantor BUMN atau kementrian yang ada. Atau perusahaan-perusahaan yang memiliki masjid di lingkungan kerjanya. 

Beberapa media beberapa waktu lalu pernah menyebutkan bahwa pernah ada masjid di jalur pantura yang dalam khotbah jumatnya  ditemukan sering mengkritik pemilik masjid (dalam hal ini pabrik) dan sering mengajak untuk mengangkat senjata demi suriah dengan berangkat ke Negara yang sedang bergejolak itu.

Mekanisme antisipatif ini bisa juga dilakukan oleh masyarakat atau warga setempat. Jika menemukan khotbah yang bersifat radikal mungkin kita bisa mengkritiknya sebagai ceramah yang lepas dari konteks.

Mekanisme antisipatif itu juga bisa diteapkan dengan memberikan kurikulum khotbah untuk penceramah masjid. Dewan masjid mungkin bisa memberikan tema khotbah jumat di setiap daerah berbeda tetapi jauh dari indikasi radikal. 

Toh hakekatnya Islam adalah agama damai . Sehingga kita juga bisa mengangkat tema-tema yang menyejukan, mempersatukan dan membawa energy persatuan dan bukan perpecahan.

Jika tak memberikan tema, mungkin Dewan masjid bisa memberikan kisi-kisi (tuntunan) tema yang bisa dipakai acuan bagi masjid-masjid di Indonesia. Masid setempat kemudian mengolah kisi-kisi itu menjadi kisis-kisi yang lebih membumi dan dapat diolah kembali bagipenceramah pada hari Jumat.

Intinya bahwa kita tak perlu curiga berlebihan dengan hasil penelitian yang bersifat indikatif tersebut. Karena bersifat indikatif maka kita perlu waspada dan mengatisipasinya dengan bijaksana.

Dengan pesan-pesan perdamaian dan persatuan di setiap ceramah Jumat di masjid, maka kita akan lebih bisa membangun dengan lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun