Hoax tidak hanya melanda berita-berita yang dihasilkan oleh portal-portal dalam negeri tapi juga berasal dari luar negeri. Diantaranya pihak yang sering (secara sengaja atau tidak sengaja) Â ikut menyebarkan hoax adalah media social dalam hal ini Facebook.
Dalam kurun empat sampai tujuh tahu ini pihak Facebook sering menerima kritik untuk urusan pemberitaan. Facebook bukan memperoduksi berita tapi dia sebagai aggregator (pengumpul dan memilih berita dan kemudian menyebarkannya) Sebagai aggregator FB sering dituding memilih berita sensasional sebagai yang terpopuler. Dan bukan berita yang banyak diklik. (Kompas.com 17/12/2017)
Tudingan itu diperbaiki oleh FB dengan memecat oknum editorial yang sering melakukan itu. Mereka memperbaiki sistem pemilihan berita dengan agloritma khusus. Kita tahu FB adalah media social yang amat digemari oleh masyarakat dunia. Â
Sekitar 2,17 miliar orang menyukai platform ini. Paling banyak penggemar FB adalah India dengan jumlah pengguna mencapai 250 juta orang. Indonesia menduduki peringkat ke empat dalam jumlah orang yang menyukai FB dengan 130 juta orang. Kemudian dikuti oleh Filipina, Vietnam dan Thailand.
Tudingan soal hoax tidak berhenti sampai di situ. Pasca pemilihan Presiden AS, FB dituding lagi berkontribusi memenangkan Donald Trump. Sebab ada berita palsu yang jadi viral di FB dan menguntungkan Trump. FB berjanji memperbaiki sistem layanannya.
Artinya hoax bukan saja menjadi ancaman Negara seperti Indonesia, tapi juga Negara-negara lainnya. Bahkan Negara maju. Banyak Negara yang direpotkan oleh penyebaran hoax karena membuat kebijakan pemerintah menjadi bias. Rakyat tidak bisa secara persis membaca dan menerima kebijakan pemerintah dengan presisi (tepat).
Jerman adalah salah satu Negara yang amat keras terhadap penyebaran berita hoax. Hoax di Negara maju itu sudah dalam taraf menganggu. Dan pemerintah di sana bertindak keras kepada para penyebar hoax.
Salah satu langkah yang ditempuh oleh Jerman yaitu dengan bekerja sama dengan FB. Yaitu dengan menyediakan fitur untuk menemukan berita atau cerita yang potensial palsu. FB menyediakan fitur khusus dengan label di bagian kanan setiap berita yang ditampilkan. Jika diklik, label itu akan dikatagorikan sebagai berita palsu.
Para staf FB memnatu meninjau pesan yang masuk dan bekerja sama dengan beberapa organisasi dalam menyelidiki bukti atau fakta atas laporan yang masuk. Sistem itu menurut mereka akan sering diperbaiki seiring dengan kemajuan informasi itu sendiri.
Dalam kurun beberapa waktu ini, Indonesia juga giat memerangi hoax karena dinilai sangat merepotkan. Dulu pemerintah Indonesia pernah melakukan pemblokiran terhadap konten-konten yang banyak menyebarkan hoax. Tapi strategi ini diubah karena dianggap tak efektif.
Pemerintah mengubah strateginya dengan melakukan intervensi di hulu. Yaitu memberi bekal kepada masyarakat bagaimana bersosial media yang benar. Upaya-upaya edukasi ini juga diterapkan pemerintah di lembaga-lembanga pers tanpa bermaksud mengintervensinya.