Hari itu, aku harus kembali ke Desa Pager, tempat KKN-ku yang sudah usai dua hari lalu. Bukan keinginanku, tapi keadaan yang memaksaku untuk kembali secepat mungkin. Sebab, surat kelengkapan kendaraan dinas Pak Kades masih ada di dompetku, terbawa ke kampus.Â
Tentu akan sangat merepotkan apabila Pak Kades membutuhkannya, sedangkan surat itu masih berada di tanganku, di kampus. Aku tak mau merepotkan lagi Pak Kades. Akhirnya, kuputuskan untuk kembali.
Alih-alih mengembalikan STNK, aku juga ingin berkunjung ke orang-orang yang tak sempat kutemui saat perpisahan lalu. Aku ingin mengulang perpisahan itu.Â
Atau, jika bisa memilih, aku tak mau ada perpisahan. Apalagi dengan orang-orang yang aku anggap sudah sangat dekat denganku, sudah menjadi bagian dari bahagiaku. Ahhh, aku tak mau perpisahan itu terjadi.
STNK sudah kukembalikan, saatnya berkunjung ke yang lain. Setelah dari Pak Kades, tentu aku akan mengunjungi Pak Kasun. Namun saat itu Pak Kasun sedang tidak ada di rumah. Padahal, waktu sudah malam, sekitar jam 21.00 WIB.Â
Entah itu memang tidak ada di rumah, atau sudah istirahat dengan nyenyak sehingga tak mendengar sahutan dan panggilanku dari luar. Mau tak mau rumah Pak Kasun harus kutinggalkan tanpa melihat dan menyapa pemilik rumahnya. Tak apa. Barangkali besok masih bisa.
Aku bingung harus kemana, dan harus tidur di mana? Sebab hari sudah cukup malam. Aku datangi pemilik rumah tempat tinggalku saat KKN lalu, ternyata sudah tertidur. Sangat tak lucu dan cukup mengganggu jika aku paksa bangunkan mereka hanya untuk meminta izin agar bisa tinggal di rumahnya seharian.Â
Ahhh, akhirnya kuputuskan untuk mengunjungi si anak kecil lucu yang baru-baru ini akrab denganku saat malam perpisahan. Barangkali dia dan keluarganya belum tidur.
Sengaja aku beli kinder joy, susu dan mainan untuknya. Biar tambah akrab. Ternyata saat dikasih, anak kecil itu menyukainya. Terutama menyukai mainannya yang berupa mobil-mobilan mini klasik buatan Malaysia.Â
Dia senang, dan aku pun jauh lebih senang. Aku diterima di hati anak itu. Bahkan aku juga diterima dengan baik olehnya dan oleh keluarganya. Cukup mengesankan.
Hal yang terindah terjadi pada esok harinya. Setelah aku menginap di rumah nenek anak kecil itu, sebut saja anaknya bernama Novan, aku lebih akrab dengannya. Pagi-pagi harus menemani Novan sarapan sebelum masuk sekolah TK. Bahkan aku antar dia ke sekolahnya menggunakan sepeda motor. Dia terlihat begitu senang.