DENPASAR -Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), memiliki skill saja tidak cukup. Para tenaga kerja Indonesia juga harus diakui melalui proses sertifikasi.
Demikian pula di bidang animasi. Idealnya, para animator dan pekerja animasi Indonesia memiliki kemampuan dan pengakuan sesuai standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI). Salah satunya, SKKNI yang disusun oleh Assosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (Ainaki) dan difasilitasi Kementerian Komunikasi. Standar tersebut masuk kategori informasi dan komunikasi golongan kelompok produksi gambar gerak, video dan program televisi, perekaman suara, dan penerbitan musik dalam bidang pembuatan animasi.
Demi mewujudkan hal tersebut, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia mengadakan diklat asesor kompetensi angkatan kelima di BDI Denpasar, Bali, 15-20 Juli 2016.
Ainaki adalah asosiasi industri animasi yang beranggotakan sekira 60 studio Animasi dan lembaga pendidikan animasi. Dalam waktu dekat, Ainaki akan bekerja sama dengan Asosiasi Animasi Jepang dan menawarkan sertifikasi internasional, selain sertifikasi nasional.
Selama lima hari, para peserta diklat menjalani pendidikan intens yang diampu beberapa master asesor Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) seperti Yohanes Legimin, Sri Pratowati dan Made Arya Astina. Adapun materi yang diberikan berupa teori dan praktik dalam merencanakan dan mengorganisasi asesmen (MMA), mengembangkan perangkat asesmen (MPA) dan mengases asesmen kompetensi (MAK).
Kepala Studio Manimonki Amin Wibawa yang turut menjadi peserta menilai, saat ini, pekerja animasi Indonesia sudah sangat berkembang dari sisi skill dan pengetahuan. Tetapi dari sisi jumlah, pekerja animasi profesional belum bisa mencukupi untuk mengisi kebutuhan industri. Hal ini bisa kita ketahui dari seringnya rekrutmen terbuka beberapa studio animasi di Indonesia.
Sementara itu, peserta lainnya, Michael Sega Gumelar, berharap, di masa mendatang, pekerja animasi Indonesia bisa membuat karya animasi dimulai dari industri komik, dengan membangun cerita dan ilustrasinya.
"Hal ini terjadi di Jepang, Amerika Serikat, Prancis, dan Belgia. Dengan begitu, para penonton film animasi sudah mengenal dan familiar dengan tokohnya, bukan baru kenal seperti di negeri kita," ujar Direktur An1mage tersebut.