Mohon tunggu...
Atunk F. Karyadi
Atunk F. Karyadi Mohon Tunggu... Editor - Menulis yang manis dan mengedit yang pahit. Haaa

Suka yang klasik dalam kata, dan futuristik dalam kerja.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tarawih Keliling (2): Masjid Agung Sunda Kelapa, Suara Merdu yang Menyedihkan

23 Juni 2016   15:11 Diperbarui: 23 Juni 2016   15:37 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PM Inggris kunjungi Masjid Sunda Kelapa (sumber ANTARA FOTO)

Saking merdunya, kita tak terasa jika Salat Tarawih sudah saju jam-an. Meski tidak tahu artinya, namun mendengarkan bacaan Alquran beliau kita seperti digiring ke sebuah alam bawah sadar. Apalagi jika menemukan ayat bertajuk siksaan, neraka dan dosa, sang imam terisak-isak lalu jamaah dengan spontan ikut tersengguk. Air mata pun menetes membasahi sajadah.

Saya berpindah tempat dua kali. Dan saya menemukan suasana yang sama. Jamaah di samping saya menangis. Hati pun terketuk, bendungan air mata tak bisa ditahan. Memang susah ingin menangis di dalam salat, bagi saya Salat Tarawih di Masjid Agung Sunda Kelapa bisa membantu.

mask1-576b9939917e61501c7ab767.jpg
mask1-576b9939917e61501c7ab767.jpg
Pernah saya merasa agak kecewa karena ketika Salat Tarawih ingin usai, saya tidak menitikkan air mata sama sekali. Namun, tanpa diduga di raka’at akhir itulah sang imam melelehkan kesedihannya, ditambah dengan doa-doa saat qunut Salat Witir yang ‘terlalu’ menyedihkan. Sebagian besar jamaah menangis. Meronta-ronta.

Ketika hendak pulang, seorang ibu-ibu menghampiri saya di tempat sandal. Wajahnya tampak sedu sedan. Lalu dia berkata dengan penuh hati, ‘Imamnya bagus sekali, ya. Doanya luar biasa. Ibu tadi nangis. Sedih banget’. Sungguh, masjid ini bisa memberikan efek sedih kepada para jamaahnya melalui kemerduan suara imam. Subhanallah...

Salam Tarawih Keliling

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun