Mohon tunggu...
Atty M.D
Atty M.D Mohon Tunggu... -

ketika seseorang memiliki kualitas diri yang tinggi maka akan menaikan harga.dari itu bukan kita yang mencari uang tapi uang yang mencari kita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Pertama ( Putih Abu-abu )

14 Maret 2012   04:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:05 3382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash



Berseragam putih abu-abu terasa paling menyenangkan dari hal lainnya. Puber yang memuncak, berteriak sana-sini seolah dunia ini hanya milik mereka, mengagumi cowok-cowok keren di sekolahnya dan merupakan masa-masa pemberontak.

Awal memasuki masa ini, selalu dihantui ketakutan luar biasa membayangkan wajah-wajah sangar kakak kelas dan MOS (masa orientasi sekolah) yang banyak aturan tali sepatu warna warni, rok 5 cm di bawah lutut, rambut yang dikuncir dengan tali berwarna bagi yang cewek dan cowok membuat topi kerucut bak kurcaci, diselingi dengan permainan yang konyol bagi siswa baru dan lucu bagi kakak kelas yang sok kuasa. Sangat dan sangat menyebalkan. Menjadi yang paling kecil sungguh tidak mengenakkan.

MOS telah selesai, siswa baru bisa bernapas lega akhirnya bisa lepas juga dari kakak kelas. Memulai segalanya dengan serba baru dari seragam, sepatu, tas, sampai buku. Ckckck, menguras dompet yang tidak sedikit.

Aku, namaku Ayya. Aku adalah salah satu dari murid baru tersebut. Aku tidak menonjol seperti anak-anak lainnya. Tomboy dan cuek itulah aku. Semua senang berteman denganku karena menurut mereka, aku menyenangkan. Ada satu teman yang paling dekat denganku dan sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Namanya Dolvin tapi aku biasa memanggilnya Dona. Dona adalah sosok yang sangat menyenangkan buatku. Kami sebangku dari kelas 1. Dia adalah teman masa kecilku. Tiada hari tanpa tawa diantara kami. Segala yang menyedihkan kami jadikan hal yang lucu. Kami berdua sangat kompak. Orang akan bertanya bila melihat aku sendiri karena mereka sering bilang dimana ada Ayya disitu ada Dona. Tak dapat dipisahkan.

Sekolahku lumayan luas, tidak banyak yang aku kenal bahkan mengenal aku, tidak kuharapkan itu. Teman-teman kelasku semuanya menyenangkan, mereka baik dan sayang padaku. Terlebih temanku Johan, dia sangat sayang pada aku dan Dona. Dia bahkan berjanji akan selalu jaga aku dan Dona. Hidupku serasa lengkap punya sahabat dan saudara dalam kelas ini. Kelas kami adalah Xa.

Suatu hari, tak sengaja aku lewat didepan kelas Xg. Aku melihat seorang cowok yang menurutku begitu manis dan kalem. Dadaku rasanya sesak, jantungku berdegup dengan kencang, dunia rasanya akan runtuh. Pelan-pelan perasaan mengagumi menjadi menyukai dia. Namanya Sunny, ayahnya adalah guru Biologi disekolahku. Dia juga pelatih karate, salah satu ekskul di sekolahku. Aku tertarik, Dona pun telah kuceritakan. Mulailah kisah cintaku.

Aku bersikeras pada Papa untuk ikut ekskul karate. Meskipun awalnya tidak setuju akhirnya berkat rayuan mama, papa pun setuju. Tekadku untuk lebih dekat dengan Sunny perlahan terwujud. Aku ikut latihan karate, tujuanku hanya untuk melihat Sunny setiap hari baik disekolah ataupun di tempat latihan. Oh Tuhan, matanya begitu bagus untuk ditatap lebih lama. Dona selalu setia menemaniku. Setiap istirahat, kami berdua selalu menyempatkan diri untuk jajan didekat kelasnya Sunny.

Selama satu tahun tugasku hanya belajar, latihan karate, mondar-mandir didepan kelasnya dan berusaha agar dia juga dapat melihatku. Aku selalu gugup bila dia bicara padaku dan rasanya bibir ini hanya bisa tersenyum tidak jelas. Bodohnya, aku selalu menyesal saat dia sudah pergi. Tidak banyak yang aku tahu tentang Sunny, aku hanya tahu bahwa dia pelatih karate, prestasinya di sekolah tidak begitu memuaskan, suka menyendiri dan lebih sering didalam kelas. Pernah suatu hari, dia lewat didepan kelasku, sontak teman-teman kelasku yang pada umumnya tahu kalau aku menyukai dia berteriak memanggilku untuk melihat dia. Hmm dia sangat manis apalagi lesung pipinya yang menambah manis dirinya. Gula kalee... heehehehhe

Bye bye kelas X, 1 langkah lebih maju aku naik kelas XI. Saatnya untuk pilih jurusan apakah IPA yang setiap hari akan sibuk menghitung angka, IPS akan jadi yang terbelakang dan terlupakan oleh guru-guru ataukah Bahasa. Aku dan Dona sepakat memilih jurusan bahasa karena menurut kami, bisa dapat bahasa Jerman dan dengar-dengar kabar kalau Sunny juga masuk jurusan Bahasa.

Bahasa dibagi menjadi dua kelas. Ketika memasuki kelas XI Bahasa 2, bukan pilihan kami karena didalam sana ada sekelompok anak-anak band yang belagu dan sok pintar. Kami berdua pun ke kelas sebelah yaitu XI Bahasa 1, inilah yang kami pilih. Ada teman-teman yang menyenangkan terlebih lagi ada Sunny disana. Spontan kami berdua mencari tempat duduk yang tepat agar setiap hari aku dapat melihat Sunny dengan leluasa. Hari yang mengejutkan untukku. Aku makin sayang pada Dona yang paling tahu kemauanku.

Banyak teman-teman cowok baru, mereka menyenangkan selain ada Johan dan Sunny, masih ada juga Ary yang menganggap aku dan Dona sebagai adiknya, Dendy anaknya Pak Aris guru bahasa Inggris, Dhany, Ryan, Rio, Ony, Arman, Riko, Jhon dan Dexter. Juga ada teman-teman cewek yang super duper cerewet namun asyik. Esti yang aku ciptakan nama barunya jadi Nona, Novi, Tantry, Fony, Tisna, Lena anaknya Om Jhoni penjaga sekolah, Widya, Anna teman latihanku, Elvi, Tri, Rossa, Sofi, Yuni, Eryn, Melda, Aria dan sekelompok teman dari desa. Mereka semua baik. Aku selalu menghibur mereka dengan segala kekonyolan dan kepolosanku. Aku bahagia bersama mereka. Ada banyak cerita suka duka yang kami rajut bersama.

Tugasku selain belajar dengan tekun bertambah lagi yaitu aku harus selalu terlihat pintar di depan Sunny. Urusan dandan atau apalah itu tidak penting, karena bagiku prestasi paling penting. Meskipun tidak sampai juara umum setidaknya dikelas aku selalu menjawab pertanyaan guru. Sekelas sudah tahu kalau aku suka Sunny, mereka mendukung dan sering sekali membantuku. Ada beberapa hal lagi yang aku tahu tentang Sunny, dia seorang anak yang bertanggung jawab. Sebagai anak pertama dalam keluarga, dia tidak sombong atau bahkan menuntut ini itu pada orang tuanya. Dia lebih rela menghabiskan uang hasil dari kejuaraan karate hanya untuk membelikan perlengkapan sekolah adik-adiknya, dia juga bertugas setiap pagi mengantarkan adik-adiknya berangkat sekolah. Sesuatu yang membanggakan.

Bahkan pembagian piket kelas, dijadikan Sunny sekelompok denganku bersama beberapa teman lain yang pemalas. Sedikit menyebalkan tapi tidak mengapa yang penting ada Sunny. Bila sudah hari sabtu, aku mulai stres karena satu hari tidak melihatnya, maka aku hanya berdoa agar hari minggu cepatlah berlalu.

Sunny pernah memberikan aku harapan. Dia sering menatapku lama, menanyakan aku pada teman-teman, bahkan pernah sekali dia mengatakan bila suatu hari dia pergi apakah aku akan selalu ingat dia? Banyak hal yang dia lakukan dan membuatku banyak berharap dan airmatapun tidak pernah bisa tertahankan. Harapan yang diberikan lalu tiba-tiba dia pacaran dengan adik kelas, bermesraan di perpustakaan yang membuat terlalu sakit hatiku dan lebih memilih pergi dari tempat itu. Dona hanya bisa ikut bersedih denganku. Setelah itu Sunny pacaran lagi dengan adik kelas lainnya yang juga ikut ekskul karate, setiap selesai latihan dia mengantarkan ceweknya, memberikan sabuk karate kesayangannya didepan mataku tapi matanya menatapku seolah ingin melihat kecemburuanku. Aku sakit terlalu sakit dan nyaris putus asa. Di kelas dia sering menyanyikan lagu kesukaanku, dia bilang suka padaku melalui Dona tanpa berani mengatakan padaku.

Hari-hariku dipenuhi dengan penasaran akan harapan yang diberikan padaku. Aku lihat dari matanya yang sering cemburu bila Rio mulai menganggu aku atau bahkan nyaris menciumku. Aku tidak pernah peduli yang lain. Hingga suatu hari, Sunny bilang bahwa suka pada Novi. Hatiku benar-benar hancur saat itu tidak tahu harus berbuat apa. Novi teman akrabku dan yang aku lakukan hanya tersenyum dihadapan mereka lalu berlari dan berlari menyembunyikan tangis yang hampir pecah.

Tiba sudah diakhir masa SMA, aku sudah dikelas XII Bhs 1. Perasaan sayang pada Sunny masih ada terukir dengan indahnya. Dona selalu menuntunku untuk tidak jatuh pada masalah hatiku. Beruntungnya aku memiliki teman-teman yang selalu menghibur, aku kembali dengan kebiasaanku yang heboh sana sini, bersaing pelajaran dengan yang lain dan hati tetap terpusat pada Sunny. Dia seperti biasa kadang memberikan harapan lalu menghilang begitu saja. Aku muak.

Ujian akhir kulalui dengan baik. Nilai yang cukup memuaskan kudapat. Aku lulus, Dona juga lulus. Masa depan kami berdua ada di depan mata. Saatnya kami melangkah. Acara perpisahan yang menyedihkan. Aku pasti sangat merindukan masa-masa ini. Suka duka yang ada selama 3 tahun. Semua menangis bahagia campur sedih. Aku dan Dona berpelukan karena sebentar lagi kami akan berpisah. Aku mencari Sunny di saat itu, tapi tidak kutemukan. Dia lebih memilih mengurung diri dirumahnya karena hasil Ujiannya yang buruk. Dia tidak lulus. Sedih hatiku mendengar semua itu.

Ijasah telah aku dapat. Aku melanjutkan masa depanku dengan kuliah di luar kota, sedangkan Dona stay di kota tercinta. Kami berdua berjanji untuk tidak akan melupakan masa-masa menyenangkan ini. Sunny, dimanakah dia??? Nomor Hpnya pun aku tak punya. Aku berangkat ke tanah orang diiringi dengan derai air mata keluarga dan teman-temanku. Komunikasi antara aku dan teman-teman tidak putus begitu saja, beruntung ada Hp.

Hingga liburan tahun pertama bagiku, aku pun pulang. Sunny, dia masih seperti yang dulu membuat janji yang tidak ditepati, membuat aku penasaran. Huufft,, benar-benar menyebalkan untukku. Tapi akhirnya dia hilang lagi.

Selesai liburan aku pun balik lagi, tapi kemudian aku mendengar berita yang sangat menyedihkan + mengejutkan. Sunny pacaran dengan Novi. Aku menangis tanpa henti, siapa yang harus aku ceritakan?? Dona jauh, aku sendiri disini. Aku bertanya-tanya dalam diri sendiri. Kenapa semua ini bisa terjadi?? Novi tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya, dia belum menerima Sunny karena mengingat aku. Aku mengumpulkan keberanianku dan membujuk Novi untuk menerima Sunny. Semua teman terkejut dan mengirim sms padaku memberikan semangat. Dona dengan setia mendengar ceritaku dan turut menangis. Aku berpikir sejernih mungkin, aku tidak ingin Sunny sakit hati pada Novi hanya karena kasihan padaku. Aku hanya mau Sunny bahagia, meski akhirnya bukan denganku. Novi yang memang telah lama menyimpan perasaannya pada Sunny karena memikirkan aku yang begitu mencintai Sunny pun akhirnya menerima cinta Sunny. Disisi lain aku merasa bersalah telah begitu egois.

Sudahlah, Novi pacaran dengan Sunny. Mereka bahagia. Sunny terlalu menyayangi Novi. Ada satu yang aku minta pada Novi, agar jangan pernah menyakiti Sunny. Aku tetaplah aku yang kemarin, sekarang dan kedepannya. Kembali menata hidupku lebih baik lagi. Berusaha agar rasa cinta untuk Sunny segera musnah dan Novi bisa bernapas lega tak ada yang mengambil Sunnynya lagi.

Sunny adalah cinta pertamaku. Dari dia, aku belajar memahami orang, berkorban tanpa pamrih, meneteskan airmata, rajin belajar dan mengembangkan bakatku. Tanpa dia sadari, dia adalah inspirasiku untuk jadi lebih baik. Aku selalu ingin menjadi dia yang bertanggung jawab pada keluarga. Terima kasih banyak Tuhan, telah kirimkan seseorang seperti Sunny dalam masa putih abu-abu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun